Home / Fantasi / Sang Pengubah Takdir / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Sang Pengubah Takdir: Chapter 131 - Chapter 140

164 Chapters

Pengakuan Teja

Dua hari setelah Teja memergoki Damar, akhirnya lelaki itu bersama Nawang datang ke rumah Citra.Keduanya telah kompak dan menyusun narasi bahwa Damar memang masih melayani wanita-wanita tertentu dengan harga mahal. Sementara Nawang sudah tidak lagi sejak Damar bersedia menanggung hidupnya.Dan begitulah mereka kini mengaku di depan Teja, Citra dan Rani.“Kami menutupi hal ini tentu saja karena kami malu kepada kalian, sungguh. Kami tak punya maksud apa-apa. Soal Bayu, kami mengira dia itu jujur kepada Rani soal pekerjaan dia yang sesungguhnya. Bayu tidak pernah menceritakan bagaimana hubungannya bersama Rani kepada kami. Dan kami ini hanyalah teman, kami tak bisa juga terlalu banyak ikut campur…” kata Nawang.Teja tetap merasa ada yang belum terungkap. Namun sesungguhnya dia pun juga tak punya celah atau bukti. Pasalnya, mereka memang belum melakukan tindak kejahatan dan yang selama ini terjadi memang hanya sebuah hubungan pertemanan yang baik. Soal Bayu itu pun adalah hal lain. Dala
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Menerima Tawaran Teja

Citra mengatakan kepada Teja, jika dia memang berniat menikahi Rani, maka sebaiknya dia menemuinya dan mengajaknya bicara.Maka petang itu usai makan malam bersama, Citra pergi terlebih dahulu meninggalkan Teja dan Rani di ruang makan.“Kau tadi menangis, Rani?” tanya Teja. Rani mengangguk. Ia tak bisa menutupi matanya yang sembab. Dan saat itu perasaannya sungguh kacau. Penilaiannya selama ini atas Teja ternyata salah; ternyata lelaki bertampang sangar itu menaruh perhatian dan juga perasaan cinta padanya.Bayu mungkin membuat Rani silau dan terlena. Namun Teja mampu membuat inti jiwa Rani bergetar karena sikapnya yang diam-diam menaruh perhatian itu.Bagaimana pun, baru kali ini Rani menghadapi masalah asmara. Sebelumnya, hal-hal seperti itu tak pernah terlintas di kepalanya.“Rani… bisa kita bicara sebentar saja?” kata Teja dengan suara pelan. Rani sudah menebak apa yang kira-kira akan dikatakan oleh lelaki itu. Kini jantungnya berdetak sampai nyeri rasanya.“Silakan Kang… tapi jik
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

Ayah Dan Ibu Citra Datang

Teja tak ingat kapan ia terakhir kali memotong brewok dan kumisnya. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin dan mendapati wajah itu memang menyeramkan. Ia memang malas mengurusi wajahnya yang sebenarnya tampan. Dengan penampilan sangar seperti itu pun, ia juga mudah melakukan pekerjaan. Ia senang menjadi orang yang ditakuti oleh orang-orang pelaku kejahatan. Lantas bagaimana dengan jodoh? Apakah Teja tak pernah mempertimbangkan hal itu? Wajah garang dengan hiasan brewok dan kumis tebal tentu saja membuat banyak wanita merasa segan dan takut. Apalagi sikap Teja cenderung dingin dan datar. Namun Teja berpikir, andai ada perempuan yang mau menjadi istrinya tanpa memikirkan soal penampilannya, ia akan sangat bangga dan merasa wanita itulah yang tepat menjadi pendampingnya. Dan apakah Rani adalah wanita itu? Mungkin iya dan mungkin tidak. Sebab bagaimana pun, Rani sedang dalam situasi sulit. Teja menyadari hal itu. Tapi setidaknya, dan yang pertama, Teja memang menyukai Rani terlebih dahu
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

Sikap Kedua Orang Tua Yang Tak Berubah

Citra merasa canggung dengan kehadiran kedua orang tuanya. Masa-masa bahagia seperti dulu sebelum ia menikah sepertinya sudah lenyap; ditambah lagi dengan sikap sang ibu yang tampak serakah dan malahan terkesan menjualnya kepada lelaki kaya yang menginginkan dirinya.Citra juga masih ingat betapa sakitnya saat dulu ia diusir dari rumah karena ia menolak untuk meninggalkan Rangga dan juga menolak dinikahkan dengan seorang duda kaya. Citra merasa saar itu ia sedang dijual secara halus. Tapi bagaimana pun, sesakit-sakitnya Citra diperlakukan demikian, mereka adalah orang tua. Rasanya tetap tidak patut jika ia menyimpan dendam sampai mati.Ki Suryo dan istrinya menatap takjub halaman beserta rumah utama peninggalan Eyang Kartareja yang indah, gagah dan besar itu. Di kotaraja, sangat jarang ada rumah besar dengan halaman serta pekarangan luas. Hanya kaum bangsawan saja yang memilikinya.“Ini rumah Rangga?” tanya Nyi Suryo.“Benar…” jawab Teja singkat. Ia bingung mau bercerita bagaimana seh
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Orang Tua Yang Keterlaluan

Mereka sudah berbicara. Sikap Nyi Suryo sangat kentara tidak menyukai Rani sebagai menantunya. Namun ia tak berani pula menolak permintaan Teja atas ancaman yang sebelumnya Teja sampaikan jika sang ayah dan ibu sampai berbicara menyakitkan kepada Rani.Teja tak peduli jika pun kedua orang tuanya tidak bisa bersikap baik dan ikhlas. Yang penting, mereka masih bisa menjaga bicaranya dan juga tetap setuju.Citra pun juga banyak diamnya dalam rembugan itu. Ia sungguh malas menghadapi kedua orang tuanya dan cenderung menghindari untuk berbicara dengan ayah dan ibunya.Kurang dari satu bulan, pernikahan akan dilangsungkan. Tempat dan biaya akan ditanggung sepenuhnya oleh Citra. Ia sudah berkomitmen agar kedua orang tuanya tak perlu mengeluarkan apapun untuk acara itu, dan ia melakukan hal itu demi Rani sebab adatnya pihak perempuan lah yang menerima tamu (pengantin laki-laki).Rani hanya memiliki Citra. Untuk itulah, tanpa diminta dan dengan kesadaran penuh, Citra ingin mengadakan pesta itu
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Rangga Pulang Ke Rumah

Dua hari sebelum acara pernikahan itu diselenggarakan, rumah peninggalan Eyang Kartareja sudah dihias sedemikian rupa. Ada pula panggung pelaminan di halaman depan dan juga panggung hiburan lengkap dengan alat-alat musiknya.Meja dan kursi tamu telah tertata sedemikian rupa, para wanita pun sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan dan lain-lain.Pada akhirnya, ada banyak teman Teja, para prajurit istana, yang diundang. Dan karena acara itu merupakan acara keluarga Rangga, maka tidak sedikit pula pejabat istana yang datang. Selain itu, mereka-mereka yang diundang adalah rekan bisnis usaha peninggalan Sang Eyang.Maka konsep acara yang semula sederhana saja pada akhirnya juga membengkak. Citra tak keberatan sama sekali. Semua itu demi kebahagiaan Teja dan Rani. Dua orang itu, bagaimana pun, sudah menyelamatkan hidupnya beberapa kali.Sore itu, Citra, Teja dan Rani tengah berkumpul di beranda sambil sibuk melihat para pekerja menambah pasangan hiasan di panggung.“Kalian berdua merasa teg
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Pernikahan Teja dan Rani

Pesta pernikahan Teja Rani terselenggara juga setelah mereka melewati prosesi pemberkatan di kuil dengan penuh khidmad.Rani tak pernah mengira ia akan menikah dan mengalami pernikahan yang seperti itu. Ia merasa sangat berhutang pada keluarga Rangga. Ia tak tahu apa, namun sejak awal pun ia sudah hutang nyawa kepada Rangga. Kini, ia malah diberi sebuah kebahagiaan setelah lagi-lagi ia terjerumus dalam masalah.Rani tahu, andai ia masih bersikeras menunggu Bayu, mungkin ia tak akan pernah merasakan pengalaman menikah secara adat dengan rangkaian acara yang menurutnya meriah.Selama hari-hari itu, Ki dan Nyi Suryo memang bersikap sangat baik kepada Rangga. Ada maunya itu pasti dan Rangga memang tidak perhitungan jika memberi. Berbeda dengan Citra yang memang mempertimbangkan banyak hal ketika memberikan uang kepada ayah dan ibunya sebab Citra merasa apa yang ia kelola itu adalah milik suaminya. Ia harus bertanggung jawab dan ia malu kedua orang tuanya itu bersikap boros.Sementara Rang
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

Teja Merasa Berdebar-Debar

Teja sendiri merasa panas dingin saat ia memijit betis Rani. Ada sesuatu yang mengembang dan mengeras di celananya sampai-sampai ia tak berani menatap wajah istrinya saking gugupnya meski ia tahu ia tak akan melakukan hal itu entah sampai kapan.Keduanya sama-sama menahan hasrat. Sama-sama malu. Yang jelas, Rani sangat menikmati apa yang saat itu sedang dilakukan oleh Teja.Cukup lama Teja memijit hingga akhirnya Rani menyuruhnya berhenti. “Sudah enak, Kang. Tidurlah. Jangan terlalu capek…”“Baru kaki saja. Kau yakin punggungmu tidak mau dipijit biar besok pagi segar? Besok masih ada acara di rumah. Kita pun akan seharian lagi dipajang…” kata Teja.“Tapi kalau Kangmas capek bagaimana?” kata Rani.“Hanya memijit… kau menyuruhku angkut-angkut kayu saat ini pun akan aku lakukan…” kata Teja.Rani merasa tersanjung mendengarnya. “Baiklah, Kangmas… sebenarnya enak juga jika punggungnya dipijit. Mungkin kalau perutku sudah membesar nanti, akan sulit menikmati pijitan di punggung. Saat ini ak
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

Rangga dibebaskan

Teja masih takjub memandangi hal paling misterius yang dimiliki oleh Rani. Tubuhnya gemetar dan jantungnya meledak-ledak. Darah meluap di bagian tubuh bawahnya yang tegang sempurna itu.Rani masih mengingat rasanya ketika kepala Bayu berlabuh di sana dan kali ini ia ingin Teja melakukan hal serupa. Ia rindu merasakan sensasi basah dan hangat dari lidah yang menari di pelabuhan asmaranya. Namun ia tak berani meminta. Ia khawatir jika Teja jijik dan tersinggung.“Kenapa hanya dilihat, Kangmas…” kata Rani mulai memancing.“A-aku… gugup, Raniku sayang… apa yang harus Kangmas lakukan?”“E—apakah Kangmas jijik jika mencium yang itu?” ucap Rani sambil menggigit bibir bawahnya dan menatap Teja dengan tatapan sayu.Tanpa menunggu diminta dua kali, Teja langsung mendekatkan wajahnya, mengendus kelopak bunga yang sudah basah itu, merasai aromanya yang entah kenapa membuatnya merasa senang, lalu ia mencium kelopak bunga itu seolah ia sedang mencium bibir Rani. Seketika juga, tubuh Rani meliuk sep
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Izin Ke Utara

Waktu berlalu. Seminggu setelah pesta usai, kedua orang tua Rangga masih berada di rumah itu dan mereka tak menunjukkan tanda-tanda ingin pulang.Citra merasa sungguh tidak nyaman. Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang teduh dan menenangkan kini terasa seperti neraka.Rangga pun juga sudah sibuk di istana dari pagi hingga sore, kadang hingga malam.Banyak pejabat yang sibuk dan pusing soal pergerakan pasukan Wonobhumi di perbatasan. Sejauh ini, menurut laporan mata-mata, mereka masih belum melakukan tindakan apapun kecuali menghimpun pasukan di sana yang sewaktu-waktu bisa diberangkatkan untuk menguasai kadipaten Manggis.Meski Rangga masuk dalam devisi kementrian pembangunan, namun ia tetap dilibatkan pula dalam rapat besar yang membahas soal pertahanan itu.Ada banyak hal yang Rangga pikirkan dan selama sekian hari itu ia sibuk mengingat peristiwa demi peristiwa yang pernah ia dengar saat perang terjadi.Sayangnya, saat itu, ia tak mengetahuinya langsung. Ia hanya mendengar gari
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more
PREV
1
...
121314151617
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status