Beranda / Fantasi / Sang Pengubah Takdir / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Sang Pengubah Takdir: Bab 111 - Bab 120

164 Bab

Rani Di Mulut Perangkap

Subuh pun tiba. Mbok Irah dan Mbok Tumini sudah sibuk di dapur mulai menyiapkan masakan yang akan mereka jual pagi itu.Kegiatan mereka membangunkan Citra, Rangga dan Rani yang sebenarnya masih mengantuk.“Astaga… tubuhku sakit semua, Kangmas…” kata Citra menggeliat. Pertempuran semalam memang sangat panjang dan berkali-kali dan rasanya tidak cukup mereka tidur malam itu.“Ah… benar… bagaimana jika kedainya libur, Nimasku… kita lupa memberi tahu kepada Mbok Irah dan Mbok Tumini…” kata Rangga.“Kalau begitu, sebelum mereka memasak lebih banyak lagi, aku harus memberi tahu mereka…” kata Citra. Ia bangun dan mengenakan pakaiannya, lalu berjalan dengan agak aneh karena paha serta sekujur persendiannya terasa ngilu setelah semalam ia telah dihajar habis-habisan oleh Rangga.Citra bergegas ke belakang dan membuka pintu tuang tengah menuju ke dapur belakang yang pintunya tak pernah terkunci sehingga dua wanita paruh baya itu bisa langsung bekerja di sana jika mereka datang.“Mbok, maaf lupa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-29
Baca selengkapnya

Jerat Pesona Sang Lelaki Tampan

Rani dan Bayu akhirnya mulai bisa mengobrol panjang. Sebenarnya, Bayu lah yang lebih mendominasi obrolan itu. Ia menceritakan hal-hal lucu dan konyol di masa lalunya. Tentu semua itu bukan pengalamannya, hanya pengalaman teman-temannya, atau cerita yang ia dengar dan seolah dialah yang menjadi tokoh utama dalam cerita itu.Rani mendengar sambil tertawa dan sesekali saja ia menyahut.“Kenapa Damar lama sekali. Ini sudah mulai siang…” kata Bayu. Saking asiknya mereka mengobrol, mereka sampai lupa jika sedari tadi Damar masih di dalam rumah.“Aduh… seharusnya aku pulang ini… aku tidak bisa seenaknya pergi lama…” kata Rani.“Kenapa memangnya?” tanya Bayu.“Aku kan pengawalnya Mbakyu Citra…”“Uhuk… apa?” kata Bayu tak mengerti.“Ya pengawal… aku yang menjaga Mbakyu Citra. Meski sekarang suaminya pulang, aku juga harus tetap selalu ada untuk mereka. Dulu sebelumnya aku yang menjadi pengawal Kang Rangga…” kata Rani.“Lho… jadi kau ini bisa kanuragan? Maksudnya pengawal itu menjaga mereka dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-30
Baca selengkapnya

Masalah Besar

Keluarga Sunu adalah keluarga prajurit di istana. Kematian Sunu masih meninggalkan duka mendalam meski sudah hampir dua bulan sang anak sulung itu mati.Praja, adik lelaki Sunu, masih belum memberi tahu keluarganya tentang satu kemungkinan yang menjadi penyebab kematian sang kakak.Waktu itu, ketika anak buah Sunu datang dan memberi tahu kabar soal Rangga yang telah tertangkap, kebetulan pula Praja sedang bersama kakaknya. Jadi dia tahu kemana Sunu pergi dan dia menduga jika besar kemungkinan penyebab kematian Sunu adalah Rangga. Apalagi, kini Rangga sudah kembali dan dalam keadaan baik-baik saja.Praja jelas tak terima. Namun mau mengangkat hal ini sebagai kasus pun ia juga tak mungkin bisa sebab kejadian itu jelas Sunu lah yang salah.Ia benar-benar dilanda galau hingga kemudian ia tak tahan lagi lalu ia menemui eyangnya yang merupakan seorang senopati sepuh di istana.“Ada apa kau menemuiku dengan raut wajah seperti itu, Praja?” tanya Eyang Bantar, sang senopati sepuh di istana itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-01
Baca selengkapnya

Eyang Kartareja Telah Mangkat

Apa yang membuat Rangga enggan bercerita adalah perihal kemampuan aneh yang ia miliki; yakni tak bisa mati. Ia merasa seperti memiliki ilmu hitam yang membuat tubuhnya akan kembali utuh setelah dilukai.Namun pada akhirnya, dalam situasi seperti itu, ia akan bercerita. Namun kali ini ia harus berhati-hati juga meski ia akan bercerita secara gamblang. Yang pasti, ia tak akan mengatakan jika jantungnya tertusuk parang.Lalu ia mulai bercerita dengan gamblang mulai dari awal ia dikejar lima anak buah Sunu, lalu ia bertemu Sunu ketika lelaki itu datang ke kedainya dan terakhir ketika ia kembali dikejar oleh anak buah sunu.“Awalnya saya tidak pernah mengira jika yang menyuruh orang-orang itu adalah Senopati Sunu. Dan begitu mereka kembali membawa sang majikan yang menginginkan kematian saya, barulah saya tahu bahwa ternyata dia adalah Senopati Sunu. Saya hanya membela diri. Jika tidak membunuh, maka sayalah yang akan mati!” kata Rangga mengakhiri ceritanya.Namun sepandai-pandainya Rangga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

Keluarga Sunu Menuntut

Kematian Eyang Kartareja membuat Rangga harus memikirkan pula semua pekerja yang bekerja untuk semua lini bisnis sang Eyang mulai dari siapa yang menjadi pelayan di rumah itu, para pengawal, dan juga para pekerja lain di perkebunan, penginapan, kedai-kedai dan lain-lain.Eyang Kartareja memiliki banyak tanah perkebunan dan juga tempat usaha di kotaraja. Bukan hal sulit bagi Rangga untuk mengelola itu semua. Ia sudah paham seluk beluk bisnis. Dan bahkan ia bisa mengembangkannya berkali-kali lipat lebih besar dari apa yang sudah dikelola oleh sang eyang.Hanya saja, Rangga tak tahu apakah ia bisa lolos dari masalah kematian Sunu. Itu sebabnya, dalam pertemuan bersama seluruh orang yang bekerja untuk Eyang Kartareja, Rangga mengajak pula Citra untuk turut terlibat. Citra masih tak mengerti dan ia menjadi pendengar yang baik ketika Rangga mengajaknya dalam pertemuan itu.Semua masih akan bekerja seperti sediakala dan tak ada yang berubah untuk sementara waktu. Yang berbeda hanyalah majika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-03
Baca selengkapnya

Rangga Disidang

Tak ada Eyang Kartareja, namun masih ada Eyang Dibya; sang mentri yang menjadi atasan Rangga.Mau tak mau Rangga menceritakan secara gamblang bahkan hingga momen saat Eyang Kartareja meninggal dunia.Eyang Dibya menghela nafas panjang. “Bantar memang orang yang bertanggung jawab, namun tidak bagi keluarganya. Semua ketururnannya itu orang-orang busuk di istana. Namun posisi mereka kuat sehingga sampai hari ini pun mereka tetap bekerja dengan posisi-posisi bagus di keprajuritan…”“Lantas apa yang harus saya lakukan, Eyang? Saya sungguh tidak tahu saat itu jika Sunu adalah seorang senopati…” kata Rangga.“Kau ceritakan saja secara gamblang di pengadilan. Tenanglah, aku akan mendampingimu. Mungkin kau tetap akan dihukum, namun setidaknya hukumanmu itu akan ringan mengingat kau berjasa besar dan kau tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini. Kau hanya membela diri dan tidak tahu siapa Sunu. Lagipula, kita bisa melimpahkan kesalahan ini kepad Praja, cucu dari Si Bantar itu. Bukankah dia satu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

Rangga Dipenjara

Seharusnya Rangga memenangkan persidangan itu. Namun ada satu dalih yang membuatnya tak bisa lepas dari hukuman.Rangga dinyatakan bersalah hanya karena ia tak melaporkan kejadian yang menimpanya kepada siapapun. Bahkan prajurit rendahan pun tetap harus melapor jika membunuh penjahat agar tak menutup yang namanya jalur penyelidikan.Rangga mendapatkan hukuman 2 tahun penjara dan setelah itu ia masih bisa menjadi pejabat istana. Selama dipenjara ia tetap bisa berkarya, yakni menyumbangkan ide dan gagasannya untuk pembangunan. Ia masih mendapatkan gaji dan ia belum diberhentikan. Ia hanya menjalani hukuman karena tidak melapor karena telah membunuh orang yang menyerangnya.Hal itu dilakukan agar kedepannya tak ada lagi yang seperti itu. Jika Rangga tak dihukum, maka kasus itu hanya akan menciderai hukum yang berlaku di istana.Namun demikian, Prana sebagai satu-satunya saksi pun juga tak lepas dari hukuman. Hal itu menjadi pil pahit bagi keluarga Sunu sebab apa yang mereka lakukan demi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya

Hari-Hari Ketika Rangga Dipenjara

Dua bulan berlalu dengan cepat. Selama dua bulan itu, Citra tak pernah absen menjenguk Rangga di penjara. Kadang sehari dua kali. Kadang tiga kali.Nawang juga sering ikut Citra menjenguk Rangga. Biasanya ia ikut di sore atau siang hari dengan alasan ingin mengunjungi Citra. Nah, di saat seperti itu (ketika Citra hendak menjenguk Rangga) tentu saja secara otomatis Citra sekalian mengajak Nawang. Tak ada kecurigaan sama sekali. Apalagi, Nawang memang hanya menjaga sikap dan biasa-biasa saja; memberi dukungan sebagai teman. Kadang Damar ikut serta. Kadang Nawang sendirian. Si tampan Bayu tak pernah muncul selama dua bulan itu. Ia sedang berada entah di mana dan hal itu membuat Nawang pusing sebab Bayu adalah salah satu pion penting yang nantinya akan menjalankan tugas penting.Selama dua bulan itu, Citra juga menyibukkan diri dengan usaha peninggalan Eyang Karta. Ia tentu saja tak hanya duduk diam menunggu laporan dan setoran di sore hari, namun ia juga perlu meninjau semua tempat usaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-06
Baca selengkapnya

Nawang, Damar Dan Bayu Menginap

“Kalian sudah lama di sini?” sapa Citra setelah ia turun dari kereta dan bergegas mendekati Nawang dan dua lelaki tampan yang ikut dengannya itu.Rani tampak sedikit tersipu melihat kehadiran Bayu. Jantungnya kembali berdesir-desir. Lelaki itu memang sangat tampan. Bening. Ia mengira tak akan pernah bertemu dengan lelaki itu lagi. Namun ternyata petang itu, setelah membahasnya di kereta bersama Citra, Rani bisa melihatnya lagi.Hatinya kian berdebar saat Bayu sengaja tersenyum manis ke arahnya.“Tidak terlalu lama, Citra. Kau baru saja menjenguk Kang Rangga?” tanya Nawang.“Benar. Wah, maaf jika membuat kalian menunggu…” kata Citra.“Tidak apa-apa. Ini lho, ada teman kami yang sedang kangen bertemu Rani. Dia baru saja kembali setelah mengirim barang ke tempat jauh,” kata Nawang sambil melirik Bayu. Sengaja. Bayu memang akan dijadikan umpan untuk menaklukkan Rani yang selalu menjaga Citra siang dan malam.“Wah-wah… umur panjang, Bayu. Tadi kami berdua membicarakanmu,” kata Citra.“Mbak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

Gombalan Buaya Sejati

Rani terperanjat saat mendengar pintunya diketuk. Padahal ia sedang nyaris enak. Rasanya tanggung sekali. Buru-buru ia membenahi pakaiannya dan membuka pintu. Lelaki yang baru saja menjadi fantasinya kini sudah ada di depan mata.‘Aduh… bagaimana ini… aghh… kenapa aku merasa semakin geli…’ ucap Rani dalam hati merasai kedutan di bagian tubuhnya yang menuntut diperlakukan sedemikian rupa itu.“Aku sulit tidur. Apakah boleh kita mengobrol lagi sampai agak mengantuk?” kata Bayu dengan senyum dan pesona ketampanannya yang membuat tubuh Rani semakin berdenyut-denyut.Meski Rani sangat matang dalam hal kanuragan, namun ia tetap wanita dewasa biasa saja yang bisa saja terjerat dalam pesona seorang lelaki tampan.“B-boleh…” jawab Rani gugup seiring dengan detak jantungnya yang tidak mau tenang.“Di kamarmu saja. Tidak enak jika di luar. Nanti kita malah dikira menguping Damar dan Nawang yang sedang itu… suara mereka keterlaluan sekali…” kata Bayu.“Baiklah…” kata Rani. Sekujur tubuhnya terasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status