"Bulik, bisa ngga sih ditahan ucapannya kalau ada Ibu? Bagaimana pun hubungan Anita sama Mas Rasyid, ibu itu akan tetap menjadi nenek Naila, juga jadi ibu buat saya." Aku mencoba berbicara pada Bulik selepas kepergian Ibu."Ya ngga apa-apa. Biar dia juga paham kalau kamu ngga bisa begini terus. Kamu juga butuh menata masa depan, masak iya janda terus. Kalau sudah seumuran Bulik sih, ngga apa-apa. Tapi kalau masih seusia kamu ya harus nikah lagi." Bulik menjawab dengan semangatnya. Ia tak peduli pada permintaanku untuk menjaga ucapannya di depan ibu."Iya, tapi ngga semata-mata bilang begitu sama Ibu. Apalagi di depan Ibu secara langsung, Anita yang ngga enak sama beliau.""Wes toh, Nduk. Kamu itu jangan ngga enakan! Nanti kamu menderita sendiri." Lagi, Bulik menjawab sesuka hatinya.Aku yang terlanjur malu dan merasa tidak enak pada Ibu sebaiknya diam dan mencari waktu yang tepat untuk bicara pada Ibu. Akhirnya aku pun pergi ke kamar, sepertinya berbicara dengan Bulik akan membuatku l
Read more