"Bagaimana dengan Naila jika saya menerima tawaran itu, Bu? Ah Anita asal menjawab, lupa ngga berpikir jauh sebelum mengiyakan." Aku mendesah. Antara butuh tapi juga ada Naila di sisi yang menjadi pertimbangan."Ngapain kok kamu pusing. Naila sudah besar, sudah kelas enam. Bisa apa-apa sendiri. Kamu tinggal masak terus kasih jatah jajan baru bisa ditinggal kerja. Kalau ada apa-apa biar ke sini, nemenin ibu.""Beneran boleh, Bu?" sahutku senang."Ya boleh, to. Gimanapun Naila juga cucuku. Bagaimana pun kelakuan Rasyid padamu, Ibu harap tidak memutus hubungan ibu denganmu atau ibu dengan Naila."Aku menatap wajah Ibu dengan mata menghangat. Lagi-lagi terbersit rasa bersalah dalam diriku. Sungguh ini pelajaran buatku, sebelum berbicara banyak jangan menjudge orang lain dengan sangkaan yang belum tentu benar adanya.Usai berbicara banyak dengan ibu, aku kembali pulang ke rumah. Mengistirahatkan badan dan pikiran yang terasa menyita waktu dan hatiku. Alhamdulillah, satu persatu masalah mul
Baca selengkapnya