Home / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Chapter 71 - Chapter 80

112 Chapters

Bab 71. Lamaran Tanpa Kabar

Keluarga Herdion pulang sangat malam dari rumah keluarga Aresha setelah membuat lamaran dengan resmi. Venus sudah tidur nyenyak di ranjangnya semenjak datang awal malam. Obat demam yang kebetulan masih dimiliki dan diminumkan sehabis maghrib, sangatlah bermanfaat. Suhu badan yang panas itu sudah kembali normal dengan cepat.Sudah tiga malam dan akan tiga hari berlalu. Tetapi tidak ada sepatah kabar pun tentang lamaran malam itu yang Aresha sudah tahu. Tidak seorang pun dari Herdion, Siti Yasmin dan Yunus Herdion yang mengatakan padanya bagaimana hasil lamaran.Sedang kedua orang tua Aresha tidak sekali pun mengangkat panggilan yang Aresha lakukan. Baik panggilan untuk telepon rumah atau pun panggilannya di ponsel mereka. Untuk bertanya langsung pada Herdion dan yang lain, rasanya sungguh gengsi. Padahal, rasa penasaran sudah tak bisa lagi di bendungnya.Aresha yang tergesa menuju dapur untuk membuat teh jahe dan madu, terkejut dengan adanya Herdion di sana. Lelaki itu sedang menikmati
Read more

Bab 72. Sah

Sebab belum lama melakukan tukar cincin dengan acara resmi tunangan di Hotel Herdion, sepasang calon mempelai baru itu sepakat tidak perlu melakukan perayaan. Hanya bertukar cincin pribadi di sebuah makan malam bersama keluarga. Demi mengurangi timbulnya desus miring pada calon pengantin wanita yang bertukar.Keinginan Herdion untuk menikah sah dalam tempo singkat seperti yang sudah dikatakan pada Aresha, terpaksa ditolak dua pihak keluarga. Terlalu mendadak dan diluar kesepakatan.Mufakat dua keluarga saat lamaran di rumah orang tua Aresha, telah disepakati dua minggu kemudian acara pesta nikah akan dilangsungkan. Kini diperpendek menjadi sepuluh hari kemudian. Keinginan Herdion untuk menggelar akad nikah dengan pesta belakangan, juga ditolak tegas oleh Siti Yasmin dengan sangat terheran.Putranya yang hampir berkarat sebab enggan menikah, tiba-tiba begitu tidak sabar dan sangat bersemangat. Bahkan ingin buru-buru sah lebih dulu jauh sebelum pesta nikahan berlangsung. Namun, Siti Yas
Read more

Bab 73. Malam Indah

Ballroom benar-benar sudah lengang. Para tamu undangan sudah pulang ke kediaman masing-masing. Sebagian juga diarahkan menginap di hotel bagi yang jarak rumahnya sangat jauh. Atau kepada siapa saja yang ingin.Seperti halnya tawaran yang diberikan kepada keluarga Hisam Ardan. Namun, keluarga Hisam memilih menginap pada rumah duka di Nagoya. Hisam dan Miana keberatan menginap di hotel milik keluarga Herdion. Merasa lebih baik menginap di bekas rumah almarhum yang sudah lama tidak dikunjungi. Sekalian berziarah ke makam kedua almarhum sekaligus dua korban yang lain.Aresha telah lebih dulu meninggalkan orang-orang ke dalam kamar Siti Yasmin yang mewah. Menidurkan Venus yang sedikit rewel sebab terlambat pergi tidur saat Aresha masih sibuk bersalam di pelaminan."Apa Venus sudah tidur, Ma?" tanya Herdion dengan tersenyum segan pada Siti Yasmin."Ayo lihat sana ... Mama tahu kamu tidak sabar." Siti Yasmin berkata sambil mengerling mata pada Herdion. Merasa lucu dengan tingkah anak lelaki
Read more

Bab 74 . Noda Gembira

Alarm pukul empat kurang lima belas menit baru saja berbunyi pada dering yang pertama. Herdion membuka mata dan langsung menyadari, segera disambar ponsel di atas sandaran ranjang dan dimatikan.Wajahnya menegang dengan perasaan lega dan bahagia. Gadis yang sudah ternoda olehnya itu tidak terusik oleh bising alarm yang tergolek di sampingnya dengan tenang. Lingerie biru tuanya, hanya menutup sedikit dada. Sungguh menambah indah tampilannya. Benar-benar tidak ada celah lagi untuk mendustakan nikmatNya!Herdion tersenyum-senyum sendiri, teringat kuat di kepalanya betapa sempurna pahatan tubuh Aresha di balik lingerie. Lebih indah dari seorang Rose saat dilukis tanpa busana oleh Jack di film kapal Titanic. Yang Herdion sempat menonton film fenomenal itu bersama teman-teman saat muda.Penuh senyum, pria itu menyelimuti sang istri rapat-rapat. Menyisakan wajah damai dan rambut lebat saja yang terlihat. Herdion meluncur ke kamar mandi seraya menyambar handuknya.Aresha menggeliat bangun saa
Read more

Bab 75. Mendadak Honeymoon

Satu minggu kemudian ….Herdion pulang dari bekerja dan terlihat lelah. Duduk santai di sofa kamar dengan menatap pintu kamar mandi yang ada istri di dalamnya. Bersit tanya kenapa sang istri tidak menyambut kepulangannya petang ini berkelebat.KlekAresha yang keluar dari kamar mandi terkejut sesaat dan kemudian tersenyum. Merasa senang telah ada Herdion duduk di dalam kamar dan memandang tanpa kedip. Namun, wajahnya masam dan tidak membalas senyum manisnya.“Ada apa? Ada masalah? Atau aku berbuat salah?” tanya Aresha dan gegas menghampiri. Duduk di samping Herdion dan dekat. Mengecup bibir dan pipi suaminya sekilas.“Kenapa mandi lambat sekali? Bukankah biasanya menyambut kepulanganku di teras?” Herdion memasang wajah masam, tetapi kian tampan.“Tadi sudah mandi, tetapi aku mandi lagi. Maaf, tidak menyambutmu,” ucap Aresha dan menatap Herdion penuh makna.“Kenapa mandi lagi?” Herdion telah bertanya lembut. Paham jika Aresha akan jarang melakukan kesalahan tanpa alasan benar yang kuat
Read more

Bab 76. Julian!

Bayi dalam gendongan sangat anteng dan jinak. Hanya diam menempel mengikuti ke mana saja Aresha berbelanja. Keranjang besar yang diseret ke mana-mana dan dari lorong ke lorong pun hampir penuh.“Venus bagaimana perasaanmu, senang tidak? Besok pagi-pagi kita naik pesawat. Ini adalah penerbangan pertamamu, kan? Ke Bali lagi … Uh, senengnyaa!” Aresha berbicara dengan menatap Venus yang juga menyimak serius wajahnya. Seolah mengerti dengan apa yang sedang dia bicarakan. Bahkan melonjak saat Aresha telah menutup mulut dan erat memeluk.“Apa lagi yang perlu kita bawa, ya. Eh, tapi ini sudah banyak. Takutnya pamanmu akan keberatan jika bawaannya banyak. Dia kan yang jadi kulinya juga. Ha ha ha,” omong Aresha lagi.“Ya sudah. Ini saja dulu ya, Venus. Kalo kelupaan mending beli di sana. Pasti semua ada dijual di sana. Oh, Sanur … Jimbaran … Denpasar … Tanah Lot, tungguin kami.” Aresha sambil berputar-purtar beberapa kali dengan Venus yang kegirangan. Bahkan si bayi terkekeh-kekeh gembira.Kea
Read more

Bab 77. Buang Belanjamu!

Baju-baju telah berserakan di karpet, bercampur baur antara kepunyaan Aresha dan Herdion. Mereka rebah berhadapan dengan bulir keringat basah yang tersisa di badan. Saling pandang penuh engah dan hembus napas yang memburu.“Hampir maghrib, Bang … mandilah,” ucap Aresha. Berniat memberi kesempatan terlebih dahulu pada sang suami.Herdion tidak menyahut. Hanya menatap kaku wajah Aresha. Aura dingin di wajah tegasnya kembali memancar meresahkan. Sang istri yang dipandang sedemikian pun bukan tak paham, pria di hadapannya masih menyimpan rasa tidak gembira akan pertemuannya yang tidak sengaja dengan Julian. “Nanti maghribnya kelewatan, Bang Syahfiq…,” ucap Aresha lagi dan lembut.“Ck …!” Herdion berdecak keras sambil beringsut bangun. Selimut yang tersingkap dan menampakkan sebagian tubuh poloss sang istri, yang biasanya dia tutupkan semula, terbiar begitu saja. Sungguh sedang sangat merajuk.Pria dengan penampilan sekelas model internasional berjalan santai sambil menyambar handuk dan m
Read more

Bab 78. Ke Bali

Aresha benar-benar tidak membawa satu barang pun dari hasil belanjanya kemarin. Larangan keras dari Herdion, dipatuhi olehnya tanpa syarat. “Sorry, Pa. Cepatlah sembuh.”Herdion sebagai orang yang terakhir berpamit. Baru saja salam sungkem pada sang papa yang sakit.“Tidak masalah, Fiq. Semoga urusanmu sukses dan lancar. Pulang pun membawakanku dan mamamu oleh-oleh calon cucu,” sahut Pak Yunus Herdion pada sang putra dengan suara lemah dan gemetar. Namun, masih sambil melemparkan senyuman. Siti Yasmin juga tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih, Pa, Ma. Doakan saja untuk hal itu. Kami berangkat. Assalamu'alaikum,” pamit Syahfiq Herdion. “Wa'alaikumsalam,” sahut kedua orang tuanya hampir bersamaan.Siti Yasmin menatap haru pada kepergian kendaraan yang membawa rombongan putranya. Merasa bersalah sebab tidak mampu menjadi seorang nenek sekaligus seorang ibu yang baik.Bagaimana tidak, moment di mana seharusnya menjadi hari bahagia antara Aresha dan Herdion, berbulan madu dengan ber
Read more

Bab 79. Di Hotel

Herdion turun begitu saja dengan menggendong Venus. Wajah tampannya terlihat tegang dan serius, maklum baru bangun tidur. Itu pun sebab dibangunkan oleh Aresha.Begitu juga suster Lia. Matanya memerah dan sebab dibangunkan oleh Aresha juga. Bahkan kerudung yang dipakai sudah senget senget berantakan. Namun, masih tersangkut aman di kepalanya.Aresha sengaja tidak mengambil Venus dari Herdion. Agar sang suami lebih fokus sebab kerepotan menggendong sambil berbicara dengan resepsionis. Tidak sempat mengamati di sekeliling lobi. Resah andai Herdion sempat melihat kelebat kepergian Julian di lorong tangga hotel.Entah kenapa, si mantan tega itu memilih menaiki tangga. Bukan masuk lift agar pintunya menutup dengan cepat. Membuat Aresha senam jantung saja dibuatnya.“Mana, Bang. Biar aku yang gendong Venus. Capek …?” tanya Aresha iba dan perhatian memandang. Sebenarnya kasihan dari tadi, tetapi si mantan tega belum hilang juga dari pandangan. “Kenapa? Tidak masalah, Aresha. Kamu ragu deng
Read more

Bab 80. Dibuntuti

Aresha mengancing kemeja suaminya yang akan berangkat ke Denpasar untuk bertemu rekan bisnis sore ini. Menolak tawaran untuk ikut, lebih memilih tinggal dan menunggu di hotel saja dengan Venus. Khawatir jika anak itu mengamuk mencarinya, sedang suster Lia masih selalu gagal menenangkan. Bayi tampan dan berkulit putih itu suka berunjuk rasa jika tidak ada Aresha saat bangun tidur. Akan menangis heboh sekali setelah lama tidak dihampirinya. Sedang mengajak Venus di pertemuan sore ini, Herdion menolaknya. Suaminya bilang, itu bukan ide bagus. Bayi lucu itu bisa memecah fokusnya sewaktu-waktu.“Sepulang dari Bali, coba kita letak Venus di kamarnya lagi, Sha,” kata Herdion.“Sama aku?” Aresha senyum menggoda. Rambutnya masih basah dan sesekali menitikkan air dari ujung rambut panjangbya di punggung. “Kamu di kamar Venus, lalu aku sama siapa?” Herdion tampak gemas. Di tariknya hidung kecil Aresha dengan jarinya yang besar dan panjang.“Tujuan Venus dilatih, supaya dia bisa mandiri tanpa k
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status