Home / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Chapter 61 - Chapter 70

112 Chapters

61. Kembali

Herdion yang terlihat tegang dan kaku, sebenarnya sedang mengulum senyum dengan pandangan fokus ke jalanan di depan. Melirik gadis baik yang duduknya pun tidak kalah tegang di sampingnya. Juga ... terlihat gelisah tidak tenang.Merasa jika sebenarnya tidak sangat susah membujuk Aresha agar ikut. Hanya dengan kata kunci bahwa Venus sakit, seketika kepanikannya berujung damai. Aresha hanya membuntut saat Herdion kembali mengajaknya. Menurut kala diarahkan masuk ke mobil dan duduk bingung di sana. Dibawanya sendiri kendaraan tanpa seorang driver yang disewa. Sang sopir mengeluh sakit kepala dan mengantuk yang sangat tiba-tiba. Sebab kebetulan rumahnya cukup dekat di kawasan perumahan yang disewa Aresha. Herdion menyuruh pulang setelah membayarnya dengan pantas."Ada apa?" tegur Herdion saat tatapan matanya dengan Aresha tidak sengaja bertemu. Wajah itu tampak gelisah dan bingung."Anu, aku tidak membawa apa pun. Buru-buru sekali tadi membawaku. Bagaimana ini ...," jawab Aresha dengan s
Read more

62. Desir Hakiki

Kedatangan Aresha disambut ucap syukur oleh Siti Yasmin dan Suster Tiwi. Sedang Yunus Herdion tidak tampak batang hidungnya. Pria kepala keluarga itu masih berlayar gembira di lautan bersama klub mancing kesayangan.Begitu pintu rumah dibuka dan Aresha masuk ke dalam, mereka berdua menghadang di sana. Venus baru saja terlelap, mungkin tidak sanggup melawan efek kantuk obat yang hebat.Aresha bergegas ke kamar lama dan membersihkan diri di kamar mandinya. Sebab dari kafe pun belum mandi, maka totalitas diguyurnya seluruh badan. Ingin benar-benar bersih sebelum menemui Venus di kamarnya.Beberapa pasang baju baru dipilihnya satu dan dipakai. Tampak melekat pas dan bersih di badan Aresha yang berkulit cerah dan ramping. Meski baru dibeli, seluruh baju sudah steril dan bisa langsung dikenakan. Sudah kebiasaan di saat genting, baju yang dipilih wajib dilaudry spesial di tempat membelinya.Aresha mendapat ketukan di pintu saat akan mengeringkan rambut. Serta merta diletaknya mesin pengering
Read more

63. Urusanku Demimu

Bayi cantik dengan kulit putih dan berhidung mungil itu masih juga terlelap. Belum memberi tanda bangun dengan sedikit gerakan awalan. Aresha tidak yakin apa kebiasaan bangunnya pagi ini masih sama dengan minggu lalu. Terbangun sebentar, tidur sejenak, kemudian benar-benar bangun.Adzan subuh yang berkumandang dari masjid baru di pulau, terdengar ke seluruh penjuru rumah dan kamar. Aresha terbangun sedari tadi dan tidak bisa tidur lagi.Kesadaran berada di mana dirinya, membuat perasaan tegang dan jadi tidak tenang. Was-was jika pemilik kamar akan masuk ke dalamnya kapan saja, maka ditinggalnya sementara Venus sendirian di sana. Tidak siap untuk bersemuka dengan Herdion di pagi-pagi buta saat itu.Dapur terdengar berisik oleh adanya Bu Dira yang menyiapkan makan pagi di sana. Aresha menyapa, begitu juga Bu Dira. Mereka saling bertukar kabar dan berbincang sejenak. Tidak lama, keduanya kembali meneruskan aktivitas masing-masing di dapur.Aresha membawa cangkir kopi di meja makan dan be
Read more

64. Bartender

Dua lelaki berjas dan berdasi dengan gaya elegant, sedang duduk tegak di sofa lobi. Mereka adalah Herdion dan salah satu pejabat terbaik di hotelnya yang bernama Ari. Pegawai yang mengatur pemadaman lampu atas perintah Herdion malam itu. Kini, Herdion dengan membawa Ari, mendatangi hotel besar berbintang di kota Singapura demi urusan yang pribadi.Bukan mudah, selain harus keluar uang tidak sedikit, mereka juga harus bernegosiasi dengan petinggi hotel yang lumayan rumit. Semua dilakukan demi mendapat kepercayaan sekaligus uluran tangan dari pihak hotel."Apa menurutmu akan lama, Ari?" tanya Herdion pada pegawainya yang bernama Ari."Tidak, Pak, tidak lama. Kita sudah membayar uang pelicin tidak sedikit. Orang hotel di bagian teknisi dan IT sedang mengupayakan lebih cepat. Anda bersabarlah sebentar," jawab Ari yang terdengar menyenangkan. Herdion pun terdiam. Tidak lagi duduk tegak. Namun, menyandar condong dengan kaki yang menjulur lebih panjang di lantai.Dua puluh lima menit beriku
Read more

65. Menang Tanpa Perang

Aresha merasa lega setelah meletak Venus di ranjang khususnya. Mereka tidak lagi menempati kamar Herdion, melainkan sudah kembali tidur di kamar si bayi sendiri.Rasanya sungguh tenang, pintu kamar sudah dikunci sesuka hati seperti kamar milik sendiri. Sejak dirinya dijemput dan kembali, perlakuan penghuni rumah terasa lebih manis dari sebelumnya.Adzan isya telah berkumandang belasan menit berlalu. Aresha bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, ingin segera menunaikan wajib isya nya. Tidak ingin menunda lebih lama yang kian ditangguhkan justru akan lebih terasa malasnya.Malam sangat larut saat pintu kamar sayup terdengar diketuk. Aresha membuka mata dari seretan kantuk dan tidurnya dengan perasaan yang bertanya. Siapa yang telah mengetuk pelan pintu kayu di luar sana ....Pria yang hampir seharian tidak dilihat, kini berdiri di depan kamar dengan tersenyum hangat padanya. Merasa sikap Herdion telah jauh berbeda, hampir tidak pernah lagi menatap dingin di manapun. Membuat Ares
Read more

66. Gagal Nikah

Pria gentle itu tidak bersetuju begitu saja pada permintaan orang tua. Hanya mengiyakannya dalam hati dan mulut pun berkata tidak janji. Kini, Herdion sedang di Singapura membawa seorang lelaki muda untuk dihadapkan pada Miana dan keluarga di rumah mereka. Demi membicarakan hal pembatalan tunang dan janji menikahi tanpa merasa merugikan."Bagaimana jika videoku ini nanti tersebar, Bang Fiq?!" tanya Miana di sela isak tangisnya. Sambil memegang ponsel Herdion yang baru memutar video dirinya dengan lelaki asal Indonesia di depannya. Miana sudah memutar yang kedua kali. Di putaran pertama, adalah ayah, ibu dan Hisam yang juga ikut melihatnya. Kini ibunya masih tampak menangis. Sedang sang ayah, memilih merokok dengan sedikit menjauh sambil menyimak dan sesekali terbatuk."Tidak akan Miana. Pihak hotel sudah menjamin jika ini adalah satu-satunya salinan video. Bahkan mereka pun sudah berjanji untuk menghapus data mereka sendiri. Sudah kubuat jaminan untuk kalian secara hitam di atas pu
Read more

67. Rasa Remuk Redam

Senja di ufuk barat dengan sinar jingga keemasan memancar anggun di sana. Bersinar redup tanpa silau dan terasa hangat dipandang. Semakin memukau dengan sebagian sinar yang memecah dan kemudian memantul di air pantai. Terlihat jelas dan indah dari kawasan perumahan di pulau, begitu pun saat dipandang dari rumah keluarga Pak Herdion.Aresha bersama Venus baru saja meninggalkan taman setelah menghabiskan satu mangkuk bubur ayam dan bayam. Bersama kedatangan mobil sang paman di halaman. Namun, kedua perempuan beda generasi itu tidak lagi melihat ke belakang."Bagaimana, Syahfiq? Apa sudah kamu sampaikan pada Aresha? Tetapi mama lihat tingkah dia biasa saja ... Kamu belum mengatakan padanya, haaa ...?" tanya Siti Yasmin. Sang Mama menyongsong datangnya saat kaki panjang Herdion menapak di dapur."Belum ada waktu, Ma. Aku baru saja menjumpai besanmu dan mengatakan terus terang jika rencana pernikahan itu dibatalkan," sahut Herdion setelah menghabiskan air putih segelasnya. Siti Yasmin memb
Read more

68. Panik

Walau mendapat penolakan dari niat baiknya untuk menikahi, sikap Herdion tidak lalu berubah. Seperti abai dengan tolakan Aresha dan masih berusaha mengambil hatinya. Tetap hangat dan bersikap perhatian. Seperti yakin jika gadis itu akan mengubah putusan dengan sendirinya. Herdion tetap tenang dan tidak buru-buru.Namun, perasaan santai dan tenangnya seketika tersentil dan goyah. Kala di hari Minggu dan pagi-pagi, paman dari pihak ibu si bayi datang dan berniat membawanya jalan-jalan. Tentu saja sepaket dengan pengasuh kecintaannya.Yang kian membuat tidak tenang, gelisah dan resah, adalah raut Aresha yang cerah berseri saat berpamitan. Herdion menganggap jika Hisam mulai memiliki nama tersendiri di hati gadis itu. Dadanya jadi ketar ketir dan seperti kebakaran jenggot saja rasanya."Fiq ... apa Hisam menyukai Aresha?" tanya Siti Yasmin saat melihat anak lelaki demikian kusut setelah Venus dan Aresha dibawa Hisam meninggalkan rumahnya."Hisam memang menyukai Aresha, Ma. Bahkan berniat
Read more

69. Paksaan

Sebelun tengah hari, Hisam sudah mengangantarkan Aresha dan Venus kembali. Mereka disambut Siti Yasmin di teras. Venus tidur kelelahan di gendongan pengasuhnya.Hisam tidak singgah dulu ke dalam rumah. Lansung berpamitan undur diri sebab sedang memburu waktu siang itu. Janji berjumpa rekan bisnis tepat setelah adzan dzuhur di Nagoya."Apakah jalan-jalan kalian menyenangkan?" tanya Siti Yasmin setelah kelebat Hisam dalam kendaraan berlalu."Alhamdulillah, sangat menggembirakan, Bu. Venus terus saja tertawa. Kami bermain di pasir pantai, kemudian masuk ke taman dan wahana. Sangat menyenangkan menaiki hampiri semua wahana. Rasanya jadi sangat lelah, tetapi tidak puas jika sudah," terang Aresha bersemangat."Begitukah? Jika lelah, cepat letak Venus di kamar. Habis itu turun dulu makan siang. Mama tunggu sama Syahfiq di meja makan ya," ucap Siti Yasmin lembut. Sambil agak mendorong bahu Aresha lembut agar segera pergi ke kamar."Iya, Bu. Permisi, mari Pak Syahfiq ...," pamit Aresha pada Si
Read more

70. Dilamar

Zaman sudah demokrasi dan kamu pun berwawasan. Bisa-bisanya akan memaksaku untuk menikah," sungut Aresha dengan perasaan tidak percaya.Herdion tidak menanggapi ucapannya. Tetapi, membuka laci di meja kerja dan menarik satu kotak kecil dari dalam. Kemudian diletaknya di depan Aresha."Lihatlah, betapa siap aku untuk menikahimu. Aku menunggu moment tepat untuk memberimu ini. Tetapi kamu masih saja menolakku, Aresha. Kali ini aku terpaksa memang harus memaksamu," ucapnya tegas sambil membuka kotak. Seketika sebuah cincin manis dari emas putih dengan mata berlian berkilatan pun terlihat. Bagus sekali ...."Kuberi peluang baik padamu dan keluargamu untuk melunasi hutang kalian dengan mudah. Menikah denganku, maka hutangmu akan lunas," ucap Herdion tanpa memandang Aresha. Sepertinya merasa enggan sendiri dengan ucapannya, tetapi terpaksa ditempuhnya."Apa...?! Apa sebenarnya kamu ingin menagih hutang? Kamu ingin membeliku? Pamrih," tanya Aresha terkejut sekaligus bersungut kesal."Sudahlah
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status