Home / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Chapter 51 - Chapter 60

112 Chapters

51. Tarikan Dalam Gelap

"Ari ...!" Herdion berseru pada pegawai kepercayaaan. Ari berhenti dan berbalik. Mendekati Herdion yang tegak berdiri di tempat menunggunya."Ada apa, Pak ...?" tanya Ari siaga."Jangan empat menit. Perpanjang menjadi tujuh menit, Ari ...!" Herdion berbicara dengan tegas. Sepertinya sedang menyampaikan hal sangat penting."Siap, Pak ...!" sahut Ari tidak kalah tegas. Herdion mengangguk. Merasa puas dengan keloyalan Ari yang tanpa banyak tanya.Tidak ada lagi yang disampaikan. Ari pun undur diri. Meninggalkan sang tuan yang juga berjalan menjauh nenuju ke meja di barisan paling depan.Kehadiran kedua orang tua Aresha menambah riang suasana. Mereka duduk di tiga meja yang saling didekatkan. Keluarga Hisam, keluarga Herdion dan keluarga Aresha duduk bergabung berhampiran.Lebih menarik, adiknya Aresha pun diajak turut serta. Entah bagaimana, Alya dan Taufiq tampak sudah akrab dan memilih duduk berdua yang jauh di meja sebelah. Hingga mereka menggunakan empat meja pribadi di barisan palin
Read more

52. Sengaja Khilaf

Dalam kegelapan yang gulita, Aresha membawa kedua kaki mengikuti tarikan tangan di pinggangnya. Tidak jauh, hanya tempat lebih lapang dan sedikit menjauh dari pusat latar dansa. Sayup terdengar suara Hisam yang memanggil namanya dengan lirih.Sosok itu telah berhenti dan menahannya. Tangan yang terasa kokoh dan keras, telah memeluk di kedua pinggang Aresha. Tubuh pemilik tangan bukan lagi sangat dekat, melainkan sudah merapat. Hingga hembus nafas hangatnya mengenai kening di pangkal hidung Aresha.Harum aroma sabun dari badan itu sudah sangat dihapal. Brand sabun mewah yang harganya sanggup menghabiskan upah gaji Aresha dalam semalam. Aresha menduga bahwa pemilik tangan besar yang sedang menempel di pinggang langsingnya adalah Herdion.Rasa di sendi raga perlahan lunglai. Detak jantung di dada semakin laju berdenyut. Aroma harum sabun kian berhembus dan memenuhi rongga dalam dadanya.Tangan itu tidak diam. Telah bergerak mengelus di tubuh belakangnya. Dari usap memutari punggung hingg
Read more

53. Jatuh Cinta?

Lampu menyala terang benderang semula disertai bunyi musik yang serta merta kembali berputar. Semua saling memandang lega dengan berbagai ekspresi. Tertawa, mengulum senyum dan bahkan wajah cemas.Bersyukur sekali, mati lampu selama tujuh menit itu tidak membuat para balita dalam ruangan menangis. Hanya terdengar ringik sesekali tanpa sempat tersedu dan melolong. Demikian juga dengan Venus. Wajah cantik bayi itu hanya terlihat tegang dan siaga. Aresha menyangka jika Venus sudah mulai bisa hidup tanpanya."Aresha, bagaimana bisa kamu berdiri sangat jauh dariku? Aku berusaha mencarimu," ucap Hisam dengan raut menyesal. Mereka telah kembali ke meja dan berkumpul dengan keluarga."Iya, Pak Hisam. Rasanya lucu sekali. Tidak sengaja aku bisa terbawa arus tarikan hingga ke tepi," sahut Areesha dengan senyum lebar yang sebetulnya di dada terasa hambar."Maaf, aku tidak sigap mengambil tanganmu, Aresha," ucap Hisam masih tampak menyesal."Ah, itu tidak masalah, Pak Hisam. Aku justru mengalami
Read more

54. Sakitnya Diabaikan

Kini sudah ada kursi baby pribadi yang dibelikan Siti Yasmin untuk Venus. Baby dan pengasuh telah diwajibkan untuk pergi ke meja makan bersama keluarga yang lain setiap tiba waktu makan."Kamu ini putri sahabat mama, Aresha. Jangan sampai mama memperlakukan kamu dengan tidak layak. Jika terjadi, sungguh akan sangat memalukanku," ucap Siti Yasmin menyambut. Menoleh pada gadis dengan wajah cerah berbinar meski tanpa sapuan make up di wajah mulusnya."Terima kasih, Bu," sahut Aresha tersenyum sambil duduk. Dia baru datang bersama Venus setelah senam pagi di taman dan mandi. Paling belakangan datang di antara Siti Yasmin, Yunus Herdion dan Syahfiq."Hei, Aresha. Kenapa matamu sangat sembab seperti itu?" tanya Siti Yasmin dengan memperhatikan kedua mata Aresha.Kini bukan hanya ibu rumah saja yang melihat. Pak Yunus dan Syahfiq Herdion juga ikut memandang menelisik."Benarkah, Bu? Mungkin sebab saya lambat tidur dan tadi pun terbangun buru-buru," sahut Aresha menjelaskan. Menyadari jika ke
Read more

55. Wallpaper

Meeting singkat selama tiga puluh menit pun berakhir. Mereka sedang saling bersalaman. Terlihat Herdion sangat dihormati dan disegani oleh para peserta rapat yang bisa jadi seluruh dari mereka adalah pekerja di bawahnya.Pria itu terlihat paling mentereng di antara mereka di sana. Mencolok dengan paras kelewat tampan dan posturnya yang ideal. Aresha menduga pasti tidak kurang-kurang wanita yang berniat mengejar dan memilikinya. Bukan hanya Miana saja ....Kelebat sangka jika Herdion sempat berniat melamar, membuat Aresha kembali menyesali. Harusnya saat ini menjadi wanita yang merasa beruntung dan istimewa. Namun, peluang itu telah ditepis jauh dengan mudah begitu saja. Tidak disangka jika sekarang disadari akan sesal hatinya yang terlambat.Venus dibawa keluar dari ruang meeting oleh Herdion. Bayi itu menelungkup di pundaknya dan tidur meletak kepala di sana. Terlihat nyaman dan nyenyak. Sepertinya harapan pria itu agar Venus bisa tanpa Aresha pun terjawab. Herdion bisa mengcover pon
Read more

56. Lamarlah Aku

Aresha melangkah ke dalam kamar. Diikuti Hima yang berjalan di belakangnya. Mereka mendapati Herdion tidak sendirian. Ada seorang perempuan setengah baya di dalam kamar bersama pria itu."Aresha, dia ini adalah perawat resmi yang baru kubawa dari Rumah Sakit Besar Nagoya. Dia akan menggantikanmu menjaga Venus. Beritahulah apa-apa kebiasaan Venus dan apa pun yang wajib dia lakukan," ucap Herdion tegas dengan menatap Aresha sesekali. Pria itu seperti tidak menyukainya. Seperti tidak nyaman jika Aresha berada di depan matanya."Menggantikan aku? Apa aku harus berhenti dari merawat Venus?" tanya Aresha dengan tercekat. Sikap Herdion sungguh keterlaluan padanya. Aresha memandang perawat baru yang juga sedang menatapnya. Mereka pun saling melempar satu senyuman."Hanya selama kamu bercuti. Kamu tidak punya kesalahan apapun yang bisa kujadikan alasan untuk mengehentikanmu bekerja padaku," sahut Herdion buru-buru. Aresha menganggap itu sebagai sindirian agar dirinya cepat resign."Apa sudah t
Read more

57. Seajaib Aresha

Lelaki pengayom dua keluarga yang sempat berdiri itu, kini duduk kembali dengan menyandar luruh di kursinya. Seperti terengah memandang gadis bak dewi malam yang sedang berdiri menggoda penuh amarah di depannya. Susah payah dikencangkan diri dan kepalanya untuk terus berakal dan berpikir. Jika tidak, hasrat malam dalam raga akan menumbang, menguasai dan mengendalikan akalnya."Bagaimana, Pak Syahfiq Herdion? Segera katakan pendapatmu, jangan mengulur waktu, ini sudah malam. Jawab saja, mau menikah denganku atau tidak? Jika tidak, suruhlah aku pergi sekarang juga malam ini," ucap Aresha dengan tegas dan terdengar agak ketus. Jari lentiknya sedang menyisipkan sejumput anak rambut ke balik telinga.Herdion terus bungkam dalam duduknya. Mata yang biasa tajam berkilat, kini menatap redup dan sayu pada Aresha. Kebimbangan yang luar biasa sedang meraja di jiwa dan di raga lelaki itu."Kumohon cepatlah putuskan apa yang kamu inginkan. Ini sudah malam, Pak Syahfiq. Aku tidak ingin merasa taku
Read more

58. Jemput Aresha

Nenek si bayi meninggalkannya di kamar sang paman. Sebab merasa sangat mengantuk yang tidak sanggup lagi ditahan. Pijat nikmat dari wanita di ujung komplek perumahan sungguh melenakan. Membuat badan sangat nyaman hingga ingin tidur lena saja hawanya.Namun, Siti Yasmin sempat juga mengemaskan kamar sang putra. Menaikkan semua barang berguna yang dibuang ke lantai itu kembali ke tempatnya semula.Bahkan, sarung bantal, sarung guling dan selimut yang berpindah ke lantai itu telah ditukarnya yang baru. Tidak ingin terdapat kuman dan tungau yang bisa jadi penyebab gatal-gatal di kulit. Setelahnya, wanita senja itu meninggalkan anak dan cucunya berjuang sendiri dalam kamar.Herdion yang semula berusaha abai, justru kembali ingat Aresha setelah Venus hanya ingin bersamanya. Menolak suster Tiwi dan tidak tidur nyenyak di kamarnya. Sebentar-sebentar bangun dan kembali menangis dengan keras. Hanya sang pamanlah yang membuat si bayi seketika diam dan tenang. Serta merta Herdion pun menyambarnya
Read more

59. Kejutan

Perempuan mempesona dan enerjik dengan celana panjang jins biru dan Tshirt katun warna putih itu berjalan cepat, mondar-mandir dan hilir mudik. Membawa nampan berisi menu pesanan untuk diantar ke meja pengunjung yang menunggu. Juga membawa kembali piring dan gelas kosong yang ditinggalkan di meja untuk dibawa ke belakang."Na, satu cangkir kopi pahit!" seru gadis itu menghampiri sang koki yang bernama Na."Siap, Re! Masih rame nggak?" tanya Na pada gadis pelayan yang dia panggil Re, tak lain adalah Aresha."Ngalir, tutup pukul berapa?" tanya Aresha sambil meluruskan kedua tangannya."Sebelas?" tanya balik Na dengan tidak yakin. Menatap Aresha dengan peluh merembes di dahinya. Bagian dapur memang lumayan kerja berat dan gerah."Sampai nggak ada yang datang aja ...?" tanya Aresha mengusulkan."Waduh, bisa dua puluh empat jam kita buka, Re. Ogah ...!" Na menggelengkan kepalanya dengan lelah."Ya sudah, sebelas tepat!" putus Aresha dengan tegas. Tidak ingin mengulur waktu dengan kebingung
Read more

60. Membujuk

Pemilik kafe yang sudah hampir sepuluh hari membuka sendiri usahanya sebab ditinggal mudik keluarga ke Tanjung Pinang, sangat keberatan ditinggal Aresha. Memohon dengan sangat agar terus ditemani hingga kafenya benar-benar dia tutup.Bahkan tidak lagi pukul sebelas, tetapi Bona menutup kafenya saat itu juga dengan dibantu Aresha. Merasa takut andai lelaki mabuk tadi mendendam dan kembali ke kafenya diam-diam."Bye,Na. Aku pulang, ya! Assalamu'alaikum!" pamit Aresha sambil menyambar bungkusan yang disiapkan Na khusus untuknya."Wa'alaikumsalam. Iya, hati-hati. Tolong, jangan lupa kuncikan pagar, Re!" ucap Na dengan berdiri di ambang pintu dapur."Iya ...!" sambut Aresha sambil berjalan cepat melewati pagar kafe. Kemudian ditutup dan dilocknya dengan angka. Pagar kafe sekaligus pagar rumah keluarga Na sudah terkunci dengan aman.Na masih terlihat memandangnya di pintu. Mengawasi hingga Aresha juga masuk ke dalam pagar rumah sewa. Malam ini rasanya sangat lelah. Mengantar Aresha hingga k
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status