Lelaki pengayom dua keluarga yang sempat berdiri itu, kini duduk kembali dengan menyandar luruh di kursinya. Seperti terengah memandang gadis bak dewi malam yang sedang berdiri menggoda penuh amarah di depannya. Susah payah dikencangkan diri dan kepalanya untuk terus berakal dan berpikir. Jika tidak, hasrat malam dalam raga akan menumbang, menguasai dan mengendalikan akalnya."Bagaimana, Pak Syahfiq Herdion? Segera katakan pendapatmu, jangan mengulur waktu, ini sudah malam. Jawab saja, mau menikah denganku atau tidak? Jika tidak, suruhlah aku pergi sekarang juga malam ini," ucap Aresha dengan tegas dan terdengar agak ketus. Jari lentiknya sedang menyisipkan sejumput anak rambut ke balik telinga.Herdion terus bungkam dalam duduknya. Mata yang biasa tajam berkilat, kini menatap redup dan sayu pada Aresha. Kebimbangan yang luar biasa sedang meraja di jiwa dan di raga lelaki itu."Kumohon cepatlah putuskan apa yang kamu inginkan. Ini sudah malam, Pak Syahfiq. Aku tidak ingin merasa taku
Read more