Home / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Chapter 31 - Chapter 40

112 Chapters

31. Takut Aku atau Hantu?

Venus telah kekenyangan dengan satu mangkuk bubur bayi yang diracikkan khusus oleh rumah makan yang Herdion singgahkan. Meski tidak tersedia menu bayi, melihat kelucuan Venus yang cantik menggemaskan, pemilik rumah makan yang kebetulan datang pun meminta kokinya untuk mencipta menu khusus yang terbaik.Kini bayi cantik itu kembali tertidur pulas di pangkuan Aresha yang juga ikut mengantuk. Bahkan tangan yang memeluk Venus hampir terkulai dan lepas. Herdion merasa sangat tidak nyaman melihat pemandangan di sampingnya."Aresha, Sha!" Dibangunkan si pengasuh setelah membelok ke sebuah mall. Aresha merespon dan segera membuka lebar matanya. "Eh, maaf, tertidur. Kita belum sampai, di mana kita ini?" Aresha memandang ke sekeliling di luar kaca pintu."Di Mega Mall Nagoya. Aku ingin membelikan Venus baju baru, kau bisa memilihkan?" Herdion telah membuka pintu di sampingnya."Bajunya sudah sangat banyak, Pak," sahut Aresha mengingatkan."Tapi dia sudah sangat besar badannya, apa tidak sesak?
Read more

32 Pengakuan

Kotak besar sudah berisi penuh dengan baju anak-anak, sepatu dan topi. Aresha berdiri tegak meluruskan punggung yang cukup lama dibawa membungkuk dan berjongkok. Berpindah ke sofa dengan membawa serta kotak baju. Lebih dirapikannya lagi dengan duduk di sana."Menurutmu, dengan siapa Miana melakukannya, Sha?" Herdion kembali bertanya. Aresha sedikit berkernyit dahi, merasa bingung dengan tanya pria itu. Meski wajahnya sedang memerah, bibir sensual itu berusaha logis menjawab."Bukankah Pak Jack juga mengakui langsung jika mereka sudah melakukannya? Namun, bukan dia yang menghamili Miana. Aku sangat yakin jika Pak Jack berkata benar," sahut Aresha. Meraba mungkin seperti itulah maksud dari Herdion bertanya. Pria menawan itu tersenyum samar dan mengangguk."Apa Jack tidak pernah menggodamu?" Herdion bertanya lagi dengan pandangan serius. Aresha menolehnya dengan senyuman yang tipis. "Sebab, dia sudah tahu tentang Julian, juga kuyakinkan jika aku sangat tidak suka perselingkuhan dan peng
Read more

33. Niat Hisam

Perbincangan antara Herdion dan Hisam berlangsung penuh ketegangan. Pria tampan berkulit putih itu sangat terpukul dengan musibah yang menimpa adiknya. Merasa bersalah dengan kelalaian sebagai seorang kakak lelaki satu-satunya.Selama ini Miana memang jarang diperhatikan, si bungsu lebih sering bersama teman-teman di luaran. Jika ada masalah, akan memilih mendekat pada kakak perempuan. Akan diluahkan segala masalah padanya. Namun, kini sang kakak sudah tiada ....Bukan tanpa alasan Hisam begitu sibuk. Dia pun berusaha membangun sebuah bisnis yang berkelas. Demi penguat pundi-pundi rupiah dan dolar keluarga. Kini, disaat dirinya telah berhasil mendapatkan, cobaan datang silih berganti menyesalkan."Jadi, kamu keberatan jika Venus bersama keluargaku minggu ini?" tanya Herdion.Herdion telah meminta pada Hisam agar Venus dibawanya dua minggu sekaligus. Ingin mengajak untuk menjemput pulang Taufiq di Singapura, tentu saja juga bersama pengasuhnya.Bukan berkuasa, tetapi dengan bergantian.
Read more

34. Pasangan Dansa

Pesta pernikahan itu diusung dengan cara dan nuansa kebaratan. Maklum, pasangan pengantin adalah lulusan dari perguruan tinggi di Eropa banyak tahun lamanya. Kini mereka mengobati rindu dengan menerapkan nuansa Eropa di hari bahagia sebagai pasangan raja dan ratu.Penyelenggara pesta adalah sepupu jauh dari papanya Herdion, pak Yunus Herdion. Kini, keluarga tuan rumah sedang mengunjungi meja keluarga Herdion dengan perbincangan yang seru. Pak Faisal sangat terbuka dan ramah sikapnya."Bang Yunus sudah punya cucu dari putra sulung ini, ya. Kenapa pas acara nikahannya tidak mengundang?" Tuan rumah memandang Herdion dan Aresha bergantian. Lalu berganti memandang pada orang tua, Siti Yasmin dan Yunus Herdion."Maaf, Faisal. Pernikahan putraku hanya berlangsung sederhana, tidak terpikir untuk mengundang saudara mara kala itu," ucap Yunus Herdion menerangkan. "Tidak boleh seperti itu dong, Bang Yunus. Harusnya, bagaimanpun, diundanglaaah ...," ucap pak Faisal dengan diselingi tawa hangat.
Read more

35. Pasangan Dansa Termesra

Aresha mengingat sejenak dengan siapa orang yang sering mengajaknya berdansa. Ya, tentu saja Julian, si mantan yang tega!"Sering juga dengan teman. Namun, baru kupelajari benar saat bersama Julian," sahut Aresha apa adanya.Herdion terdiam, itu sudah diduganya. Sama hal dengan dirinya saat dulu. Bersemangat menghafal langkah dan etika dansa demi terlihat sempurna di mata seorang gadis yang dipuja. Namun, semua pun berakhir dengan pengkhianatan yang menyakitkan. Ah, memuakkan sekali baginya."Setelah tanpa Julian?" Herdion merasa ingin tahu. Berusaha fokus kembali dengan tugasnya bersama Aresha."Masih sering, hanya sekedar agar tidak lupa langkah dan gerak saja," terang Aresha. Mereka berbicara dengan terus saling memandang. Tidak sadar jika sebelah tangan keduanya masih terus berpegangan."Bagaimana jika kali ini kita berdansa sebaik mungkin? Anggap saja aku adalah Julian," ucap Herdion tiba-tiba. Mata berbinar itu membelalak sejenak."Tidak, bukan Julian. Nama itu terlalu buruk bag
Read more

36. Makan Larut Berdua

Aresha pergi ke meja dapur sebab rasa lapar yang pedih. Sengaja tidak menyambut ajakan makan malam bersama dari Siti Yasmin di meja makan. Sebab merasa perutnya masih sangat penuh karena makan banyak di jamuan pesta nikah. Kini hampir tengah malam terjaga dengan perutnya kelaparan.Venus sangat nyenyak dan tidak ada sedikit pun pergerakan. Merasa aman meninggalkannya, Aresha pergi ke pintu kamar dan keluar. Menutup kembali, berjalan menuju dapur dengan posisi pintu yang hampir bersebelahan.Ingin saja membuat mie instant dengah sayur segar berkuah dan tomat. Tetapi, di meja makan ada rendang daging yang sangat disukainya. Segera mengubah haluan dan mengambil nasi panas di piring. Aresha duduk sendirian tengah malam makan nasi dan rendang. Berteman air jahe hangat yang manis dari madu. Semua bahan alami telah tersedia mudah di dapur. Siti Yasmin pun menggemari jenis minuman yang sama."Sha ...," panggil suara yang Aresha sangat tahu siapa.Kini sudah berdiri dan menyeret kursi di depan
Read more

37. Hasrat Jiwa Raga

Kapal kelas eksklusif yang dinaiki Hisam dan Aresha serta Venus, telah lepas jangkar dan meluncur. Cast off dari Pelabuhan Internasional Batam Centre menuju Harbour Front Singapura berjalan lancar dan hanya akan menyisir waktu kurang lebih 45 menit hingga satu jam saja. Perjalanan akan serasa sangat singkat dengan keindahan lautan Singapura yang memanja mata di sepanjang pelayaran.Kapal dengan dua lantai itu berlayar tenang di lautan dengan kecepatan yang stabil. Aresha memilih tinggal di kabin umum eksklusif sampil merebah santai di kursi dengan Venus yang bermain dalam seat khusus penumpang anak-anak. Semenjak usianya hampir genap enam bulan, Venus sudah bisa benar-benar duduk dengan tegak lurus. Bawaannya selalu tengkurap dan duduk. Kini sedang bermain kapal-kapalan yang dibelikan Hisam di swalayan souvenir dalam kapal. Juga sekantung berisi snack dan makanan ringan untuk pengasuhnya. Aresha tersenyum melihat apa saja yang sudah dibelikan Hisam untuknya. Coklat, keripik, dan bol
Read more

38. Berjumpa Syahfiq

Pengunjung di hotel super spektakuler Marina Bay Sands, Singapora, mengalir deras bak air terjun Niagara. Menuju banyak destinasi mewah dan menarik di dalamnya yang merupakan bagian dari bangunan gedung hotel Aresha tengah berada di antara pengunjung museum di lantai satu. Melihat koleksi karya seni yang melimpah. Kumpulan dari seluruh karya yang didatangkan hampir dari seluruh seniman di belahan dunia. Hingga mata menjamah dan lelah pun seperti tidak akan ada habisnya menelaah."Pak Hisam, sudah saja. Sebaiknya kita kembali pulang, aku lelah," ujar Aresha pada lelaki yang tidak mampu menyembunyikan rasa cemasnya."Maaf, Aresha. Pasti kamu sangat kecewa. Kita singgah dulu untuk minum. Barangkali ada menu-menu yang kamu akan suka. Jika tidak mau makan di sini, kita bungkus saja," ucap Hisam dengan raut bersalah. Aresha mengikuti Hisam memasuki satu resto yang juga padat pengunjung. Meja dan kursi yang benar-benar kosong hampir tidak ada dan kesusahan didapat.Aresha merasa sangat lel
Read more

39. Join Kamar

Memang sungguh jadi lain rasanya. Ringan tidak terberati lagi sekarang. Beban yang dibawa hingga lama ke mana-mana, masih terus berpindah di satu tangan. Ya, Venus masih bersama Herdion dalam waktu yang lama. Aresha hanya melenggang kaki dengan dua kotak kecil steak dan acar. Serta tas kecil di pundak.Semakin merasa tegang saat diekorinya mereka menghampiri sebuah pintu kamar di lantai lima puluh dua. Bagaimana tidak, paman Venus telah memutuskan jika mereka akan sekamar berempat malam ini. Tidak ada lagi kamar kosong berhampiran yang masih tersedia. Yang tersisa adalah berjauhan dan lebih-lebih beda lantai. Tentu saja Herdion tidak tenang meletak keponakan dan pengasuh dengan terpisah jauh darinya.Taufiq terlihat gembira dengan tersenyum lebar banyak kali. Menggoda Venus dan berusaha menghibur dengan berbagai permainan tangan dan ekspresi wajah. Bayi itu hingga terkekeh-kekeh merespon candaan sang paman padanya di ranjang. Terapi dan rehabilitasi yang diusahakan Herdion untuk Tau
Read more

40. Susah Tidur

Bocah istimewa itu sempat mendapat hardikan dari abangnya. Sebab tidur terlentang di atas ranjang tanpa baju begitu saja. Tidak menutup dengan selimut atau juga bercelana.Taufiq yang keluar dari kamar mandi hanya bercellanna dallam, menggelepar dengan santai di ranjang bersebelahan dengan Venus. Membuat Aresha memekik kecil sebab sangat terkejut. Namun, Taufiq dengan manis mengikuti arahan Herdion agar menyingkir dan merebah jauh di sofa. Herdion sangat tahu akan kebiasaan tidur adiknya yang seperti baling-baling. Akan sangat merepotkan jika badan besarnya mengenai bayi yang terlelap di sana. Kini, bocah istimewa itu telah mendengkur heboh di sofa dengan sudah berbaju.Malam kian bergulir ke dini. Herdu tion duduk di sofa tanpa menyalakan televisi. Tidak ingin membuat bising yang bisa membangunkan si bayi. Memangku notebook kerja dengan ponsel yang seringkali dibuka, sesekali diliriknya Aresha di ranjang. "Kamu tidak bisa tudur, Sha?" Herdion tidak tahan lagi untuk abai.Aresha ya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status