Wanita yang mulanya bermulut tajam pada Aresha, berubah jinak dan bungkam. Diam, membiarkan gadis yang sering dibawanya berperang, menggosok lembut punggungnya dengan minyak angin.Miana jga pasrah saat dibawa masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar yang juga pernah digunakannya, saat sang kakak sulung masih hidup, sempat beberapa kali ikut menginap di rumah ini."Akan kuambilkan makanan, apa kamu mau?" Aresha berusaha lembut meski hatinya tetap bersiaga andai Miana kembali berulah. Miana tidak menjawab, hanya menatap Aresha dengan sayu."Akan kuambilkan," ucap Aresha lagi sambil beranjak. Baju tidurnya terasa ada yang menarik ke belakang. Miana telah menahan langkahhnya."Aku tidak mau," sahut Miana lemah. Dalam hati, Aresha mengumpati kekerasan hati gadis itu."Baiklah jika tidak mau, tidak kupaksa. Ini sudah malam, Venus waktunya tidur," ucap Aresha sambil lanjut bergeser. Namun, bajunya terus ditahan Miana."Apa maumu? Bukankah kamu hanya ingin istirahat dan menginap? Sebenarnya ini ka
Baca selengkapnya