Semua Bab Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Bab 21 - Bab 30

112 Bab

21. Dijemput Herdion

"Auwh...!" Aresha memekik keras. Dirinya yang keluar kamar dengan jalan buru-buru, tiba-tiba terhantam seseorang. Sebelah kamar Venus adalah ruang tamu dengan pintu masuk. Tidak heran jika peristiwa tabrak menabrak sering terjadi di lokasi depan kamar, yang ibarat tikungan tajam lalu lintas di jalanan."Kau jalan tak pakai mata?! Atau kau tak ada mata?!" Seorang perempuan yang ternyata Miana, bertanya dengan semprotan sangat kasar. Kepala Aresha yang mulanya berat sebab baru bangun, terasa waras seketika. Otak dalam kepala pun berputar kencang dan laju."Kamu pikir aku percaya jika matamu ada?! Pagi-pagi sudah menabrak! Apa kamu baru pulang dari hotel?!" Aresha membalas tak kalah sengit. Berpikir gadis itu yang memulai, tidak salah membalas. Miana yang tampak kusut itu membelalak."Kau benar-benar ngelunjak! Cepatlah pergi, menyingkirlah dari mataku! Jika tidak, akan kukoyak lebar-lebar mulutmu!" Miana berseru dengan wajah yang merah. Mukanya yang cantik dan putih itu seperti tomat be
Baca selengkapnya

22. Adik Herdion

Kendaraan sebentar lagi memasuki jembatan menuju Pulau Marina. Herdion tampak menyiapkan sebuah kartu elektronik sejenis E-Toll. Khusus di gunakan saat akan melewati jembatan. Sedang saat keluar dari Pulau Marina, pass e-toll tidak lagi diperlukan. Pengguna jembatan dibebaskan melenggang keluar berapa kali pun dalam sehari menyeberanginya."Apa Venus makan banyak?" Herdion memecah hening setelah menggesek e-toll miliknya di mesin. "Iya, banyak. Lagipula sudah kecapekan guling-guling sama oma Nur, sepertinya sebentar lagi dia akan bisa duduk," jelas Aresha bsrsemangat, jari lentik itu menepuk-nepuk lembut lengan Venus yang tampak mulai menebal. Herdion mendapati binar gembira di wajah cantik gadis itu."Apa tinggal di keluarga Hisam bagimu menyenangkan? Kurasa mamanya Hisam sangat menyukaimu," tanya Herdion sekaligus berkomentar."Venus memang gembira di sana. Dia juga jarang menangis. Dilihat dari apa, mamanya Pak Hisam menyukaiku?" Setelah berkomentar, Aresha justru balik bertanya. H
Baca selengkapnya

23 Ke Singapura

Dengan tubuh terasa berat yang membuat susah berenang cepat, Herdion tidak fokus lagi dengan tujuannya. Taufiq bahkan sudah keluar dari air. Terbirit menjauhi kolam renang dan masuk ke dalam rumah.Diikuti Siti Yasmin menggendong Venus mengekori putra bungsu yang telah basah kuyub hingga air mengalir dari badan dan baju, bukan lagi menetes. Air menggenang di sepanjang jejak kaki si bocah bongsor itu.Aresha masih merapat di punggung Herdion dengan tangan melingkar di dada pria itu. Sangat paham jika dirinya telah sangat menyusahkan. Tetapi, Herdion masih mampu membawanya hingga ke tepian tangga kolam. Tidak juga berusaha menepis tangan dan kaki Aresha dari membelitnya saat sudah berdiri."Taufiq sudah keluar dari kolam, Aresha. Apa sangat menyenangkan kugendong?" Herdion berkata dingin dengan berdiri tenang di tangga kolam. Berpegangan di salah satu sisi kerangka tangga dengan hanya sebelah tangan. "Eh ... tidak!" Aresha menyahut dari belakang. Seketika menjauhkan diri dari punggung
Baca selengkapnya

24 Tetiba Tamu

Wanita yang mulanya bermulut tajam pada Aresha, berubah jinak dan bungkam. Diam, membiarkan gadis yang sering dibawanya berperang, menggosok lembut punggungnya dengan minyak angin.Miana jga pasrah saat dibawa masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar yang juga pernah digunakannya, saat sang kakak sulung masih hidup, sempat beberapa kali ikut menginap di rumah ini."Akan kuambilkan makanan, apa kamu mau?" Aresha berusaha lembut meski hatinya tetap bersiaga andai Miana kembali berulah. Miana tidak menjawab, hanya menatap Aresha dengan sayu."Akan kuambilkan," ucap Aresha lagi sambil beranjak. Baju tidurnya terasa ada yang menarik ke belakang. Miana telah menahan langkahhnya."Aku tidak mau," sahut Miana lemah. Dalam hati, Aresha mengumpati kekerasan hati gadis itu."Baiklah jika tidak mau, tidak kupaksa. Ini sudah malam, Venus waktunya tidur," ucap Aresha sambil lanjut bergeser. Namun, bajunya terus ditahan Miana."Apa maumu? Bukankah kamu hanya ingin istirahat dan menginap? Sebenarnya ini ka
Baca selengkapnya

25. Tamu Malam

Dipercepatnya langkah kaki menuju pos satpam di gerbang. Wanita yang tadinya duduk, seketika berdiri setelah melihat kelebat kedatangan Aresha.TinSebuah mobil dengan nyala lampu yang menyilau mata juga berhenti di depan gerbang. Aresha memicing matanya. Sekilas mengenali jika itu mobil Herdion. Rupanya malam-malam begini lelaki itu pulang. Apa wanita itu teman Herdion?"Ka ... kamu? Bukankah kamu Aresha?!" Wanita itu sudah berdiri mendekati Aresha. Lampu mobil yang silau membuat samar gerakannya. Meski diteliti berulangkali pun, merasa gagal mengingatinya."Benar. Kakak, siapa?" Aresha bertanya heran. Ekspresi wanita itu terlihat kesal dan marah. "Aresha, kuminta dengan penuh mohon padamu. Jauhilah suamiku, jangan lagi menggoda Jack. Jangan ganggu lagi rumah tanggaku. Aku sudah lelah, aku lelah ...!" Wanita yang mulanya berkata pelan, semakin keras bicaranya. Aresha tidak terlalu paham maksudnya. Namun, segera ingat jika wanita itu adalah istrinya Jack."Maksudmu, apa? Aku dan Pa
Baca selengkapnya

26. Dua Garis

Ponsel Aresha di letak pelan di meja. Telapak lebar dengan jari-jari tangan yang panjang, meraup wajah lelahnya. Herdion menunduk sejenak sebelum menatap redup Aresha."Maaf, ikut menuduhmu sebagai pelakor. Jadi kamu benar-benar tidak ada hubungan spesial dengan Jack?" Herdion masih juga mencari kepastian. "Aku ... apa Anda tidak dengar ucapan istri Jack padaku? Aku terlalu cantik hanya untuk menjadi simpanan suaminya. Lagipula, aku pun tidak bodoh, Pak Herdion," sahut Aresha terdengar kesal. Wajah memerahnya justru membuat terlihat lebih cantik dan menarik. "Sejak kapan Miana datang?" Herdion bertanya hal lain sambil menyodor ponsel pada Aresha. Rupanya sudah tidak lagi curiga sedikit saja."Pukul delapan malam sudah datang. Dia sakit, muntah dan pusing. Kuberi obat mag. Ternyata, seperti itu sakitnya. Garis dua ...," ucap Aresha menggantung. Herdion mengangguk tanda mengerti."Jika benar sesuai testpack yang kamu rekam, menurutmu, anak siapa yang dikandungnya?" tanya Herdion. Ares
Baca selengkapnya

27. Pulang

Jack tidak tahu jika Miana berada di rumah Herdion di Pulau Marina. Juga tidak menyangka jika Aresha akan membicarakan hubungannya dengan Miana. Tidak tahu menahu juga akan kedatangan istri sahnya ke rumah Herdion malam itu untuk melabrak, tetapi salah alamat."Aku memang bertengkar dengan Miana malam itu, Aresha. Sebab, bukan aku ayah dari bayi yang di kandungannya," sahut Jack setengah bersungut."Bagaimana Anda bisa seyakin itu mengelak dari masalah?!" Herdion menyela keras dengan sanggahan Jack. Terlihat sangat geram dan kesal di wajah tegasnya."Kukatakan padamu, Saudara Syahfiq, aku mengenal Miana belum ada dua bulan. Kami pun mulai melakukannya baru dua mingguan yang lalu. Bukan aku yang menyentuhnya pertama kali. Bagaimana bisa dia menuntutku telah menghamili. Dia menjebakku?!" Jack pun tampak kesal dan emosi. Merasa dipermainkan oleh Miana."Apa kata-katamu bisa kupegang?" Herdion bertanya sambil meletak Venus yang tadi digendongnya di stroller dengan hati-hati."Jika begitu,
Baca selengkapnya

28. Ditahan Julian

Rumah yang masih sama dengan setahun lalu ditinggal itu tampak sepi. Aresha melangkah cepat menghampiri gerbang pagar yang kini ada security. Setahun lalu tidak ada seorang pun yang berjaga, sang ayah bilang tidak perlu. Aresha menduga jika itu adalah orangnya Julian. Herdion mengikuti Aresha dengan Venus digendongnya. Mengerti bisa jadi akan merepotkan saat melepas rindu dengan keluarga jika Venus terus menggelayuti gadis itu.Sekitar rumah terlihat asri dan rindang, banyak tanaman hias palem dan tanaman pucuk merah yang cukup terawat. Ada kolam kecil berisi beberapa ikan koi merah, hitam-putih dan kuning. Kemungkinan pemilik rumah menyukai suasan alam yang segar."Nona Aresha?!" Security yang Aresha tidak kenal menyerunya. Merasa dugaannya benar, Julian tidak hanya memasang cctv, tetapi juga menempatkan security."Kenapa di rumahku ada penjaga? Aku juga tidak mengenalmu ...," sambut Aresha tanpa basa-basi. Lelaki penjaga itu tampak tersenyum dipaksakan."Maaf, Nona. Aku adalah Angga
Baca selengkapnya

29. Ditebus Herdion

Langit yang cerah tanpa mega di atas sana tidak seperti suasana dalam hatinya. Aresha begitu runsing dengan wajah terlipat penuh mendung. Semakin merasa sakit sebab lelaki penuh paksa yang kini memandang sinis di depannya."Tenanglah, Sha. Kamu tidak akan kunikahi hari ini. Hanya orang-orangku akan mengawasimu untuk tidak ke mana-mana. Masuklah ke dalam rumahmu kembali. Hingga aku selesai dengan urusanku. Tidak lama, mungkin hanya satu minggu,""Kamu tidak perlu susah, akan kusiapkan segalanya untuk pernikahan kita. Keluargaku sangat mendukung. Akan kusewakan orang salon dan spa untuk melayani dan memolesmu setiap hari di rumahmu," ucap Julian teesenyum, bermaksud membujuk untuk meluluhkan. Tatap Aresha justru tajam dan menusuk terhadapnya."Ehem ...!" Herdion bersuara dengan deheman. Perhatian Julian beralih pada lelaki gagah yang terlihat mentereng di samping Aresha. "Siapa dia, Sha?" Julian memandang Aresha menyelidik."Namaku Herdion. Aku sangat tidak paham apa urusanmu dengan Are
Baca selengkapnya

30. Kantor Imigrasi

Gadis yang duduk manis dengan bayi cantik tertidur di pangkuan itu terlihat gusar dan gelisah. Herdion tidak paham kenapa seringkali tidak sengaja melirik. Meski sadar tidak ingin lagi memandang, lagi-lagi wajah dengan hidung indah itu menjadi pelabuhan gerak matanya. Untung sekali Aresha tidak sekali saja menangkap basahnya mencuri pandang. Pria tegap berusia tiga puluhan tahun, datang menyambut di parkiran. Herdion memang sempat menghubungi beberapa menit lalu. Pandang teduh pria itu tampak heran mengamati. Mereka berdua kemudian bersalaman. Aresha tersenyun dan mengangguk saat pria itu menoleh padanya."Haih, Bro! Kapan kau ini kawin, hah?! Punya anak bini saja kau tiba-tiba?!" Pria pegawai imigrasi senior itu berbicara dengan keras. Beberapa pengunjung di parkiran tergerak menoleh sesaat."Siapa yang kau maksud, Dam?" Herdion justru menanggapi santai dan tersenyump cukup lebar. Mengulurkan tangannya pada Dam."Kaulah, Syahfiq! Wanita cantik molek ini bini engkaukah? Ini anak engk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status