Rengek tangis Venus seketika redam dan senyap. Bayi itu menelungkup di pundak Aresha dengan sisa isak dari hidung merahnya. Sedang Miana, telah berlalu pergi saat datangnya Herdion dan Taufiq di antara mereka di taman. Berlalu diam, tanpa izin pada Hisam, abangnya. "Ehemm! Maaf, Bang Fiq. Aku ingin meminta Aresha untuk bersiap. Akan kubawa Venus ke Nagoya. Oma dan Opanya sudah sangat rindu," ucap Hisam tampak buru-buru."Kalian menginap di rumah Venus?" Herdion memicingkan matanya."Iya, Bang. Venus belum memiliki dokumen untuk perjalanan ke luar negeri. Sementara ini aku akan mengurusinya. Minggu depan biar bisa kubawa menyeberang. Aresha, apa kamu sudah memiliki passport?" Hisam menatap lekat Aresha."Sudah, tetapi hilang. Belum kucari," sahut Aresha. Meski sangat ingat jika passport-nya tidak hilang, tetapi ada di rumah orang tua."Sekalian kita uruskan saja punyamu nanti," sahut Hisam."Ah, tidak perlu, Pak Hisam. Lagi pula saya tidak berminat bepergian ke luar negara," sahut Ares
Baca selengkapnya