Home / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pengasuh Kesayangan Tuan Hartawan : Chapter 91 - Chapter 100

112 Chapters

Bab 91. Mungundang Dokter

Julian tidak juga menyentuh kian jauh. Begitu kesalnya, Aresha selalu akan muntah setiap didekati dan dipeluk. Wajah yang pucat dengan suhu tubuh sangat penas membuatnya jadi bimbang. Antara ragu, percaya dan gelisah. Khawatir juga jika terjadi apa-apa dengan wanita yang sedang sangat didamba.“Jangan bohong, Sha! Kau pikir aku bodoh, percaya dengan ancamanmu?! Lihat saja setelah kau mandi, habis! Kau akan mengandung anakku!” Julian melengking kesal. Rasa hasrat terus menggebu, tetapi Aresha bersikap menolak dengan cara meresahkan sebegitu.“Stop di sini, Julian! Aku bisa sendiri!” hardik Aresha. Julian telah melepaskan ikatan, kini mengantar Aresha ke kamar mandi. Memaksanya untuk membersihkan diri dan mandi. “Masuklah. Jangan coba berbuat yang tidak-tidak, Sha.” Julian berdiri di depan pintu menunggu.“Kau sadar sudah berbuat jahat dan menyakitiku. Hingga kau takut aku bunuh diri, kan?! Sayangnya, aku sangat mencintai suamiku dan rasa cintaku ini akan membuatku bertahan. Bukan se
last updateLast Updated : 2024-01-05
Read more

Bab 92. Hingga Singapura

Herdion mondar mandir di teras rumah dan sama sekali tidak tenang. Meski sudah dini hari dan sebentar lagi subuh, mata sama sekali tidak merasa mengantuk. Bukan hanya dirinya. Orang tua pun baru saja masuk kamar setelah lelah menemani. Mereka sama-sama galau dan sama sekali tidak mengantuk.Memikirkan Aresha yang belum ada titik terang juga di mana rimbanya. Merasa demikian gagal sebagai suami yang harusnya melindungi. Tidak menyangka jika mantan kekasih Aresha demikian gelap mata.Ponsel Herdion berdering nyaring di seantero teras rumah. Benda yang dia letak di atas meja teras segera disambarnya.“Bagaimana, Him?” Herdion mengangkat panggilan berdering yang seolah tidak sabar tersambut.Pria penuh gusar itu terdiam serius dan menyimak.“Shit! Begitukah?!” serunya pada Hima di seberang.Herdion terlihat menyimak kembali bicara sekretaris dalam talian. Sesekali mendongak dan meraup wajah berulang-ulang. Terlihat amarah di wajahnya yang tegang dan memerah. “Baiklah, Him. Minta Ari unt
last updateLast Updated : 2024-01-06
Read more

Bab 93. Dokter Josh

Hisam baru keluar, kembali dengan membawa empat kotak nasi dan mereka pun makan pagi bersama di lobi. Sambil mengamati, barangkali Hana kembali ke apartemen pagi ini. "Apa wanita dengan nama Hana belum terlihat datang, Bang?" tanya Hisam. "Belum, Sam. Aku benar-benar tidak tenang. Jika tidak demi mendapat tenaga, aku tak sedap makan, Sam," ucap Herdion lirih."Aku paham perasaanmu, Bang Fiq. Kamu adalah suaminya. Aku yang orang lain saja sangat khawatir dengan keadaan Aresha saat ini. Mudah-mudah segera kita temukan dan tidak terjadi apa-apa padanya, Bang." Hisam kemudian memberesi sisa sampah makan mereka dari meja."Terima kasih, Sam. Maaf, pernah membuatmu kecewa ...," ucap Herdion dengan menatap Hisam. Merasa bersyukur memiliki saudara seperti lelaki tampan itu yang tulus."Tidak, Bang. Jangan bahas masalah itu lagi. Sekali lagi semua hanya kembali pada takdir dan jodoh." Hisam tersenyum dan berdiri. Membuang kotak-kotak kosong ke tempat sampah.Kedua rekan bodyguard, seorang ba
last updateLast Updated : 2024-01-07
Read more

Bab 94. Ingin Muntah

Wanita yang tidur nyenyak di atas pembaringan telah meminum obat ke dua kali dan suhu tubuhnya telah turun. Bukan benar-benar dingin, hanya kembali hangat dan normal.Julian juga berhasil memaksanya untuk makan bubur beberapa kali meski sedikit saja ditelan. Julian tidak mungkin melakukan semua itu sendiri. Namun, seorang asisten rumah wanita berbangsa Melayu dengan siaga pun membantu.Tidur nyenyak Aresha bukan sebab makan obat melulu dan kenyang, melainkan Julian dengan terpaksa bersedia menjauh darinya. Measa sungguh kesal, Aresha akan terbangun dan mengancam muntah setiap kali didekati. Antara percaya dan tidak, yang dipilih JuLian sementara ini hanya sekadar menuruti.Perasaan Julian sesungguhnya berubah campur aduk. Perlahan ada sesal menyelip dalam dada, iba dan merasa bersalah. Hanya egonya sebagai lelaki yang sudah terlanjur basah melakukan keinginan, maka pantang mundur dan tidak akan dikembalikan Aresha. Begitu gengsi dirinya!Wajah cantik sedikit pucat yang sesaat tadi tid
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more

Bab 95. Di Rumah Te Ka Pe

Josh akan lanjut pergi dinas setelah Herdion dan Hisam beranjak. Namun, seseorang hampir menabraknya saat keluar lobi di teras.“Hana …?!” sapa Josh pada wanita yang beberapa saat lalu demikian ditunggu kedatangannya.“Hai, Josh! Akan ke rumah sakit?” sambut Hana dengan tipis tersenyum. Mereka telah tinggal di gedung apartemen yang sama lumayan lama."Benar, Hana."“Hana, kau dari mana saja? Bagaimana bisa kau membiarkan suamimu membawa wanita lain di rumah barunya?” tanya Josh. Sengaja langsung memancing reaksi Hana dengan cerca pertanyaan.“Apa, Josh …? Maksudmu ... Julian? Kau tau di mana Julian sekarang, Josh?” songsong Hana antusias dan mendesak.“Jadi, kau tidak tahu di mana suamimu berada sekarang?” Josh pura-pura heran dan berkernyit. Dua telapak tangan dia tenggelamkan dalam saku celana di kanan dan kiri pangkal paha.“Aku tidak tahu. Sungguh, benar-benar tidak tahu, Josh. Di mana dia? Di mana Julian menyembunyikan mantan kekasihnya?” Hana demikian memburu.“Aku sudah mencari
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more

Bab 96. Saling Tahan Istri

Julian memutus panggilan setelah Herdion mendesak untuk menunjukkan keadaan Aresha dalam video. Kedua lelaki itu saling ngotot mempertahankan inginnya. “Dobrak terus sampai banyak orang berkerubut di sini,” Herdion menyuruh bodyguard. Terasa amarah memenuhi rongga dada. Namun, dia tahan sebisa mungkin demi keselamatan sang istri. Sungguh, rasanya waswas dan serba salah.“Tapi, Bang Fiq. Apa tidak khawatir dengan keamanan Aresha di dalam sana?!” ucap Hisam mencegah. Raut cemas jelas terbaca di wajahnya yang putih."Itulah yang buat aku bimbang, Hisam."Herdion tercenung. Tidak berkata-kata, betapa sedang kebingungan luar biasa di kepalanya. Wajahnya tegang dan rahang tegas itu mengeras. Gigi-giginya beradu dan mengerat. “Kenapa polisi tidak segera menyusul, Hisam?” tanya Herdion akhirnya. Pria matang dan tampan itu terlihat gelisah dan resah. Sorot matanya seringkali memicing menatap kesal daun pintu.“Sebab, laporan kita hanya melewati telepon, kita tidak mendesak dengan langsung, B
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Bab 97 Dilepas

Aresha merasa sangat kesal, Julian kembali membelenggu sebelah tangan yang kanan. Hanya di area ranjang saja jangkauan gerakan kaki dan tangan. Namun, rasa jenuh tertolong oleh rasa mengantuk yang acapkali datang menyerbu. Entah sebab obat yang diminum, atau memang raganya yang berubah lunglai misterius.“Ada apa di luar, Julian? Kedengarannya bising sekali. Ada apa dengan rumahmu ini? Apa polisi sudah banyak datang dan mengepung?!" tanya Aresha saat Julian kembali masuk ke dalam kamar ke sekian kalinya. Lelaki itu terlihat sangat gelisah dengan mondar mandir dan keluar masuk kamar melihat Aresha di atas tempat tidur. “Apa dugaanku benar? Kau sudah akan ditangkap polisi? Sangat bising-bising di rumah dari tadi ini apa?” tanya Aresha mendesak. Telinga seperti berdengung sebab sangat bising alarm yang berbunyi.“Kau ini kenapa, Julian? Mana ponselku?!” Aresha merasa kesal. Julian hanya terus memandangi. Sedang ponsel miliknya yang masih disita belum juga dikembalikan. Tiba-tiba hari i
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Bab 98. Rindu yang Bertemu

Menahan marah dengan kesabaran yang seperti di akhir batas, rasanya sungguh menyiksa. Herdion sudah berniat meminta pada bodyguard dan seorang polisi ketua sidak untuk menggeber pintu saja dengan terus menerus. Agar alarm yang dimatikan dari dalam terus kembali berbunyi. Namun, sekilat sinar dari atas pintu membuat bibir urung terbuka. Herdion beserta orang-orang di depan pintu pun sedikit menyingkir. Sangat paham bahwa seseorang di dalam sedang memasukkan sandi pintu. Menduga kuat bahwa orang itu tentu saja Julian!Mereka semua menunggu dengan degup. Tidak terkecuali pun Hisam Ardan, juga Hana yang tampak pias dengan mata melebar nanar pada pintu. Apalagi sang tuan pemilik wanita sandera di dalam sana, Herdion. Bahkan sedang menahan napas dan tidak berkedip menatap pintu di hadapan.“Anda harap mundur ke belakang sedikit, Tuan,” bisik polisi ketua sidak pada Herdion. Segera mengganti posisi Herdion dan bersiaga bersama senjata api di depan pintu.Menyadari keamanan diri pun penting
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Bab 99. Dalam Feri

Sebab sangat cemas dan waswas sebelum berhasil mendapat kembali sang istri, kinipun sudah dalam pelukan semula, rasanya tetap saja tidak tenang. Semua sebab terpikir dengan adik dan ayah yang sedang dalam perawatan di rumah sakit.Karena alasan kuat itulah Herdion terpaksa membawa Aresha direct pulang menyeberang ke Indonesia di Pulau Batam. Ingin segera mengurus Taufiq dan melihat keadaan papanya. Namun, Syahfiq Herdion juga memesan kamar spesial di atas kapal feri. Merasa iba pada sang istri yang terlihat pucat pasi.“Apakah enak?” Herdion tersenyum melihat Aresha yang makan sangat lahap. Merasa lega, pertanda sang istri baik-baik saja dan sehat.“Aku tidak tahu, apa ini enak apa tidak. Hanya yang kuingat, beli makanan dalam kapal, rasanya selalu tidak enak. Tetapi ... sekarang, makanan ini membuatku ingin makan dan terus ingin makan,” ucap Aresha sambil tersenyum. Cara makannya sungguh lahap. Membabat cepat beberapa ragam menu yang sudah dibelikan Herdion. Mereka duduk di serambi l
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Bab 100. Venus pun Sakit

Herdion dan Aresha sepakat menuju rumah terlebih dulu dan tidak langsung ke rumah sakit. Sebab merasa diri bahwa pakaian yang menempel di badan bisa jadi sumber penyakit. Tidak ingin kian terkontaminasi jika dipaksa memasuki bangsal di perawatan pesakit.“Stop it, Bang Fiq …!” pekik Aresha sambil berkelit menjauh. Herdion akan menyentuh bukit di dada Aresha kala melepas baju dan menukar. Kini lelaki itu diam dengan menyandar punggung di almari dan sekadar memandang. Tidak ingin memburu yang membuat sang istri jadi panik.“Maaf, Bang … kita ini sedang sangat buru-buru. Habis kamu suka tidak terkendali hingga lupa waktu. Takutnya jam kunjungan akan berakhir dan kita tidak sempat lagi. Aku sudah sangat ingin melihat kedua mertuaku,” ucap Aresha sambil terus berbenah diri.“Aku tahu …,” sahut Herdion mengalah. Senyum smirk terbit di ujung bibir merah.“Ya sudah, ngapain lama-lama diam begitu. Cepat tukar bajumu. Nanti habis waktu …,” ucap Aresha tegas mengingatkan. Sebenarnya kasihan ju
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status