Home / CEO / Terjerat Gairah Paman Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Terjerat Gairah Paman Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

140 Chapters

51. Ibu yang kehilangan anaknya

Luka caesar di perutnya masih berdenyut nyeri juga payudara yang membengkak karena hormon di tubuhnya masih menganggap bahwa janin seharusnya masih tumbuh di rahimnya."Maafkan saya nona Blade, saya tak bisa melakukan apapun selain benar-benar mengantarkan anda ke Bandara..." ucap sopir pribadi Oliver yang melirik Lena dengan rasa bersalah melalui kaca spion tengah.Lena menyeka air matanya dan mengangguk lemah. "Tak perlu merasa bersalah, ini bukan salahmu. Ini memang sudah seharusnya terjadi karena aku yang ingin pergi. Aku menangis karena merasa terkejut, itu saja."Air mata kembali meleleh membasahi pipi Lena tanpa aba-aba. Sehingga untuk kesekian kalinya Lena menyeka airmatanya.Kepulangan yang mendadak dan penerbangan yang sudah diatur oleh Oliver ini seharusnya membuat Lena bahagia, sebab kepulangan ini adalah hal yang sudah lama sekali dia idam-idamkan. Tapi anehnya Lena justru tak merasa bahagia sama sekali, dia justru merasa sangat sedih sampai-sampai tak kuasa menahan air m
Read more

52. Mencintai Vincent?

"Ada apa dengan perutmu? Apa kau sakit?" tanya Vincent seraya menatap penuh khawatir ke arah perut Lena yang masih membuncit. Sedangkan Lena menggelengkan kepalanya untuk menjawab tidak."Ceritanya panjang." Lena tersenyum canggung ketika mengatakan jawabannya itu.Sejenak, Vincent tampak menatap Lena lekat-lekat, seolah memastikan sesuatu. Sampai akhirnya dia pun mengangguk mengerti."Aku sangat merindukanmu. Apa kau pulang demi diriku, Lena?" tanyanya."Iya, Vincent... aku pulang demi dirimu." Garis bibir Vincent pun melengkung membentuk senyuman termanis yang pernah dia punya. Sarat akan rasa bahagia. Kemudian, sekali lagi dia memeluk Lena dan menghidu aroma tubuh perempuan itu dalam-dalam."Aku sangat merindukanmu, Aralena. Aku pikir... aku pikir kita tak akan bertemu lagi."Lena balas memeluk pelukan itu dan menumpahkan segala kerinduannya pada Vincent yang selama ini dia pendam. "Aku tak mungkin melakukan hal itu. Aku pulang menemuimu," ucapnya."Ayo kita bicara di dalam, sayan
Read more

53. Berduka

"Apa kau yakin ingin pulang selarut ini?" tanya Vincent memastikan. "Kau pergi hampir satu tahun lamanya, rumahmu pasti kotor karena telah lama ditinggalkan. Apa tak sebaiknya kau menginap saja di rumahku? Maksudku... kau bisa tidur di kamar tamu jika kau tak nyaman jika harus tidur di kamarku," lanjutnya. Kali ini Vincent kembali pada Vincent yang bersikap manis. Tak seperti sebelumnya, setelah Lena menegaskan bahwa perasaan cintanya untuk Vincent tak pernah berubah, dan seketika itu pula Vincent tak lagi memojokannya dengan kalimat-kalimat kejam yang pria itu katakan. "Maaf Vincent... sebaiknya aku menginap saja di hotel untuk malam ini saja lalu besok aku akan pulang untuk membersihkan rumahku. Aku harap kau tak tersinggung," jawab Lena dengan hati-hati. Kemudian dia menatap Risau ke arah Vincent. Setelah melihat bagaimana bengisnya pria itu ketika marah, membuat Lena ketakukan sehingga dia jadi berhati-hati ketika berbicara dengan pria itu untuk pembahasan sensitif seperti ini.
Read more

54. Salah Mengenali Iblis

Sepanjang malam itu Lena tak bisa tidur. Tiap kali dia memejamkan mata, maka pada detik itu pula dia melihat wajah tampan anak laki-lakinya yang tak bernyawa, juga... wajah kecewa Oliver terhadapnya. Dadanya terasa sesak dan sakit melihat bayangan itu, sehingga dia memutuskan untuk tak tidur. Dia tetap terjaga, sambil sesekali mengecek ponselnya. Entah dapat bisikan darimana, tapi dia berharap saat itu ponselnya berdering karena panggilan telepon yang datang dari Oliver. "Kau pasti sudah gila karena mengharapkan panggilan telepon darinya," gumam Lena menghardik dirinya sendiri. "Oliver tak akan lagi menghubungimu seperti biasanya setelah kau menghancurkannya dengan cara mengerikan, Lena." Berulang kali Lena menghela napas kasar. Dia menaruh ponselnya itu di samping bantalnya dan kemudian memandanginya dengan tatapan nanar. Padahal baru sehari dia di negeri kelahirannya, tapi dia tak merasakan kenyamanan yang diharapkannya. "Ada yang tak beres dengan hati dan otakku," gumam Lena. K
Read more

55. Aku Melepasnya Pergi

"Rasanya seperti aku adalah manusia paling bodoh di dunia ini," cicitnya. "Aku merasa begitu percaya diri kalau aku tahu segala hal tentang pria yang akan ku nikahi, padahal aku tak tahu apapun."Penyesalan hanya tinggal penyesalan. Lena pulang ke kamar hotelnya dengan perasaan hampa. Dulu dia merasa sangat benci dan muak ketika Oliver mengatakan hal-hal jahat yang Vincent lakukan, tapi setelah hari ini dia membuktikannya sendiri... Lena merasa luar biasa terluka. Sampai-sampai yang dia rasakan bukan lagi sedih ataupu kecewa, tapi kekosongan yang mengerikan.Dengan langkah gontai, dia menuju tempat tidurnya dan menghempaskan tubuhnya ke atas sana. Beberapa kali helaan napas kasar terdengar dari Lena, sebelum kemudian perempuan itu menutup kedua mata menggunakan lengannya."Sialan," rutuknya. "Setelah berbuat kejam pada pria yang mencintaiku, aku juga harus kehilangan rassa cinta pada pria yang selama ini aku impikan."Suasana kamar itu cukup hening ketika Lena berhenti bicara. Membuat
Read more

56. Baterai Kosong

"Kau tak bisa aku hubungi. Jika kau membaca pesanku, segera hubungi nomor teleponku. Aku sangat khawatir..." Lena membaca isi pesan dari vincent itu dengan air muka yang datar dan tatapan kosong. Lantas kemudian tanpa kata dia langsung mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam tas, alih-alih segera melakukan panggilan telepon untuk menghubungi pria itu. Kini baru Lena sadari. Yang selama ini dia rasakan ketika bersama oliver adalah dia seperti baterai kosong yang terus terisi penuh tiap oliver memeluknya, tiap melihat wajah pria itu, dan tiap kali mendapatkan perlakuan manis dari pria itu. Baterainya selalu penuh dan dia jadi punya cukup energi untuk sekadar marah atau berdebat dengan oliver. Namun ada satu yang aneh, ketika dia bersama Vincent, kenapa dia jadi merasa kosong? Dia tak punya energi apapun. Semua perasaan cinta dan antusias yang dia bayangkan akan meletup letup ketika bertrmu dengan Vincent ternyata hilang dan menguap begitu saja. "Apa kau yakin akan benar-benar m
Read more

57. Tawanan Hati Oliver

"Seharusnya hari itu aku tak membiarkan Oliver yang membelimu. Perempuan murahan sepertimu memang harusnya aku jual pada tua bangka yang gila sex dan-" Tamparan keras dari Lena seketika mendarat di pipi Vincent, membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat karena terkejut, sebelum kemudian menatap Lena dengan tatapan meremehkan. Sementara Lena menatap pria itu dengan tatapan tajam, penuh dengan kekecewaan dan amarah. "Apa kau belajar sikap kasar seperti itu dari Oliver?" Vincent kembali terkekeh mencomooh Lena. "Mengisi energi seperti baterai kosong? cih! Romantisme kalian membuatku muak." "Aku kecewa padamu, Vincent..." cicit Lena sedih. "Aku benar-benar salah mengenali iblis. K-Kau... sangat mengerikan.Padahal selama ini aku menganggapmu sebagai pria paling baik yang pernah kutemui, padahal sebersyukur itu aku memilikimu, padahal aku sangat mencintaimu sampai-sampai aku terus membanggakanmu didepan Oliver... tapi kau sungguh mengecewakanku." "Pergilah, sialan!" bentak Vincent tib
Read more

58. Pertemuan Kembali

"Oliver," panggil Lena dengan penuh haru karena bisa kembali melihat Oliver yang yang sangat dirindukannya, sedangkan Oliver hanya mematung ditempatnya.Oliver tampak sangat tegang dengan rahang yang terlihat mengetat antara rasa terkejut dan marah. Tatapannya perlahan menatap Lena dengan tajam, lalu sejurus kemudian dia pun mengambil langkah lebar untuk menghampiri perempuan itu."Pergilah," ucap Oliver singkat dan datar. Namun terasa sangat tajam, sampai-sampai Lena merasa kalau ucapan Oliver langsung menusuk hatinya."Oliver-" Lena belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika tiba-tiba saja Oliver melangkah melewatinya dan masuk ke dalam rumah."Tutup pintunya," perintahnya pada Maid yang sedari tadi mengobrol dengan Lena di depan pintu. Kentara sekali kalau Oliver secara terang-terangan mengusirnya.Lena cukup mengerti kemarahan pria itu, sehingga di detik berikutnya, sebelum pintu mansion benar-benar ditutup, dia pun perlahan berlutut di lantai dan memandangi punggung Oliver yang
Read more

59. Beri Ruang Untuk Berduka

"Seharusnya kau hidup bahagia dengan Vincent, tunjukan padaku kalau kau sangat mencintainya dan hidupmu begitu indah saat bersamanya, sehingga aku punya alasan kuat untuk bisa dengan cepat melupakanmu. Tapi, kenapa kau malah datang padaku dan terlihat menyedihkan seperti ini!" Bentak Oliver sembari mengguncang kedua bahu Lena lalu melepaskan genggaman tangannya dan mengambil langkah menjauh dari perempuan itu.Berulang kali dia mengusap kasar wajahnya dan menyugar rambutnya dengan frustrasi."Karena ketika bersama dengan Vincent, aku tak merasakan apapun. Kebahagiaan yang kubayangkan selama ini justru tak terjadi, aku merasa hampa.""Pembohong!" Oliver berteriak menghardik.Sementara Lena menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan kemudian menumbuk dadanya berulang kali."Tak peduli seberapa banyak aku menghabiskan waktuku bersama dengan Vincent, di sini..." Lena terus menumbuk dadanya dan mengurutnya kasar. "Di sini tetap saja terasa kosong. Seperti ada yang hilang dari diriku dan itu mem
Read more

60. Berjalan Sendiri-sendiri

"Oliver, apa kau baik-baik saja?" tanya Esme ketika untuk yang kesekian kalinya dia harus susah payah mengajak pria itu keluar agar dia tak lagi melewatkan makan siangnya.Oliver mengangkat wajahnya sebentar dan menatap Esme dengan tatapan bingung, sebelum kemudian kembali fokus pada makanannya."Kenapa kau harus berpikir kalau aku tidak baik-baik saja? Seperti yang kau lihat saat ini, tak ada sedikitpun masalah yang terjadi padaku." Oliver menjawab dengan sedikit tak peduli, membuat Esme hanya bisa menghela napas berat."Aku dengar kalau Lena sudah kembali ke negara ini, dia pasti menemuimu kan?" Pada momen itu, Esme menatap wajah Oliver lamat-lamat untuk sekadar mengamati perubahan eksprei pria itu. Awalnya, Oliver tampak tertegun mendengar ucapan Lena lalu sedetik kemudian ekspresi wajahnya pun berubah tenang."Oh itu? Iya, Lena datang menemuiku. Namun, jika kau berpikir aku akan hancur karena kembali bertemu Lena... mungkin iya, aku sedikit merasa terluka, tapi aku baik-baik saja
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status