Share

56. Baterai Kosong

Penulis: Kareniavorg
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Kau tak bisa aku hubungi. Jika kau membaca pesanku, segera hubungi nomor teleponku. Aku sangat khawatir..." Lena membaca isi pesan dari vincent itu dengan air muka yang datar dan tatapan kosong. Lantas kemudian tanpa kata dia langsung mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam tas, alih-alih segera melakukan panggilan telepon untuk menghubungi pria itu.

Kini baru Lena sadari.

Yang selama ini dia rasakan ketika bersama oliver adalah dia seperti baterai kosong yang terus terisi penuh tiap oliver memeluknya, tiap melihat wajah pria itu, dan tiap kali mendapatkan perlakuan manis dari pria itu. Baterainya selalu penuh dan dia jadi punya cukup energi untuk sekadar marah atau berdebat dengan oliver.

Namun ada satu yang aneh, ketika dia bersama Vincent, kenapa dia jadi merasa kosong? Dia tak punya energi apapun. Semua perasaan cinta dan antusias yang dia bayangkan akan meletup letup ketika bertrmu dengan Vincent ternyata hilang dan menguap begitu saja.

"Apa kau yakin akan benar-benar m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kareniavorg
terima kasih banyak
goodnovel comment avatar
Andreas Mangunsong
semangat author
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   57. Tawanan Hati Oliver

    "Seharusnya hari itu aku tak membiarkan Oliver yang membelimu. Perempuan murahan sepertimu memang harusnya aku jual pada tua bangka yang gila sex dan-" Tamparan keras dari Lena seketika mendarat di pipi Vincent, membuat pria itu terdiam untuk beberapa saat karena terkejut, sebelum kemudian menatap Lena dengan tatapan meremehkan. Sementara Lena menatap pria itu dengan tatapan tajam, penuh dengan kekecewaan dan amarah. "Apa kau belajar sikap kasar seperti itu dari Oliver?" Vincent kembali terkekeh mencomooh Lena. "Mengisi energi seperti baterai kosong? cih! Romantisme kalian membuatku muak." "Aku kecewa padamu, Vincent..." cicit Lena sedih. "Aku benar-benar salah mengenali iblis. K-Kau... sangat mengerikan.Padahal selama ini aku menganggapmu sebagai pria paling baik yang pernah kutemui, padahal sebersyukur itu aku memilikimu, padahal aku sangat mencintaimu sampai-sampai aku terus membanggakanmu didepan Oliver... tapi kau sungguh mengecewakanku." "Pergilah, sialan!" bentak Vincent tib

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   58. Pertemuan Kembali

    "Oliver," panggil Lena dengan penuh haru karena bisa kembali melihat Oliver yang yang sangat dirindukannya, sedangkan Oliver hanya mematung ditempatnya.Oliver tampak sangat tegang dengan rahang yang terlihat mengetat antara rasa terkejut dan marah. Tatapannya perlahan menatap Lena dengan tajam, lalu sejurus kemudian dia pun mengambil langkah lebar untuk menghampiri perempuan itu."Pergilah," ucap Oliver singkat dan datar. Namun terasa sangat tajam, sampai-sampai Lena merasa kalau ucapan Oliver langsung menusuk hatinya."Oliver-" Lena belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika tiba-tiba saja Oliver melangkah melewatinya dan masuk ke dalam rumah."Tutup pintunya," perintahnya pada Maid yang sedari tadi mengobrol dengan Lena di depan pintu. Kentara sekali kalau Oliver secara terang-terangan mengusirnya.Lena cukup mengerti kemarahan pria itu, sehingga di detik berikutnya, sebelum pintu mansion benar-benar ditutup, dia pun perlahan berlutut di lantai dan memandangi punggung Oliver yang

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   59. Beri Ruang Untuk Berduka

    "Seharusnya kau hidup bahagia dengan Vincent, tunjukan padaku kalau kau sangat mencintainya dan hidupmu begitu indah saat bersamanya, sehingga aku punya alasan kuat untuk bisa dengan cepat melupakanmu. Tapi, kenapa kau malah datang padaku dan terlihat menyedihkan seperti ini!" Bentak Oliver sembari mengguncang kedua bahu Lena lalu melepaskan genggaman tangannya dan mengambil langkah menjauh dari perempuan itu.Berulang kali dia mengusap kasar wajahnya dan menyugar rambutnya dengan frustrasi."Karena ketika bersama dengan Vincent, aku tak merasakan apapun. Kebahagiaan yang kubayangkan selama ini justru tak terjadi, aku merasa hampa.""Pembohong!" Oliver berteriak menghardik.Sementara Lena menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan kemudian menumbuk dadanya berulang kali."Tak peduli seberapa banyak aku menghabiskan waktuku bersama dengan Vincent, di sini..." Lena terus menumbuk dadanya dan mengurutnya kasar. "Di sini tetap saja terasa kosong. Seperti ada yang hilang dari diriku dan itu mem

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   60. Berjalan Sendiri-sendiri

    "Oliver, apa kau baik-baik saja?" tanya Esme ketika untuk yang kesekian kalinya dia harus susah payah mengajak pria itu keluar agar dia tak lagi melewatkan makan siangnya.Oliver mengangkat wajahnya sebentar dan menatap Esme dengan tatapan bingung, sebelum kemudian kembali fokus pada makanannya."Kenapa kau harus berpikir kalau aku tidak baik-baik saja? Seperti yang kau lihat saat ini, tak ada sedikitpun masalah yang terjadi padaku." Oliver menjawab dengan sedikit tak peduli, membuat Esme hanya bisa menghela napas berat."Aku dengar kalau Lena sudah kembali ke negara ini, dia pasti menemuimu kan?" Pada momen itu, Esme menatap wajah Oliver lamat-lamat untuk sekadar mengamati perubahan eksprei pria itu. Awalnya, Oliver tampak tertegun mendengar ucapan Lena lalu sedetik kemudian ekspresi wajahnya pun berubah tenang."Oh itu? Iya, Lena datang menemuiku. Namun, jika kau berpikir aku akan hancur karena kembali bertemu Lena... mungkin iya, aku sedikit merasa terluka, tapi aku baik-baik saja

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   61. Kesedihan Seorang Ibu

    "When I was just a little girl. I asked my mother, what will I be. Will I be pretty? Will I be rich? Here's what she said to me. Qué será, será. Whatever will be, will be. The future's not ours to see. Qué será, será. What will be, will be..." suara Lena mengalun merdu ketika menyanyikan lagu itu sambil menimang bayi merah di pelukannya. "Bayi itu tampak nyaman, setelah beberapa hari ini dia sangat sering menangis," ujar ibu kepala panti yang menyapa Lena lalu duduk di hadapan perempuan itu dan menatapnya dengan seksama. Lena yang merasa dirinya tengah ditatap dengan intens pun akhirnya melirik lalu tersenyum kikuk ketika bertemu tatap dengan perempuan paruh baya itu. "Jangan menatapku seperti itu, nyonya... anda membuatku tersipu malu." Ibu kepala panti terkekeh kecil. "Maafkan aku, aku hanya merasa senang melihat bayi itu begitu nyaman dalam pelukanmu. Dan juga... aku tersihir oleh merdunya suaramu." "Anda terlalu memuji." "Sungguh. Suaramu sangat merdu, nona Blade. Buktinya ada

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   62. Pembunuh?

    "Benarkah Lena bersedih untuk anak yang bahkan tak pernah dia harapkan?" gumam Oliver berbicara sendiri sambil diam-diam menatap ke arah Lena yang terlihat tenang menimang dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk bayi-bayi di salah satu kamar panti asuhan itu.Cukup lama Oliver memandangi Lena dengan perasaan yang campur aduk. Dia merasa sedih, rindu, tapi juga marah. Hatinya begitu mendambakan Lena, begitu berharap bisa memeluk perempuan yang sangat dicintainya itu seerat yang dia bisa, tapi egonya meneriakinya untuk tak melakukan itu. Egonya meminta Oliver untuk terus membenci Lena dengan terus menayangkan momen-momen jahat yang pernah Lena lakukan terhadapnya."Kenapa Anda tak masuk saja dan bicara dengannya?" suara kepala panti tiba-tiba menyapa.Oliver menoleh dan mendapati perempuan paruh baya itu sudah berdiri di sampingnya dan ikut memperhatikan Lena."Aku tak punya kepentingan apapun untuk melakukan hal itu," jawab Oliver datar."Dari tatapan matamu aku bisa melihat kalau d

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   63. Seharusnya Kau Tak Berharap Mati Sebagai Pembunuh

    Maid dengan gusar berdiri di teras mansion. Dia memandangi Lena dengan sangat khawatir karena perempuan itu duduk bersimpuh dibawah guyuran hujan yang saat itu sangat deras, ditambah petir yang sedari tadi saling bersahutan. Penolakan Lena untuk berteduh dan pulang, benar-benar membuat maid itu bingung.Namun, rasa lega kemudian menghampirinya ketika dia melihat mobil majikannya tampak memasuki pekarangan. Tanpa banyak membuang waktu maid itu pun berlari menghampiri mobil Oliver."Ada apa?" tanya Oliver karena dia melihat Lena yang duduk bersimpuh dibawah guyuran hujan yang kian deras."Nona Blade menunggu anda sejak tadi. Saya sudah memintanya untuk berteduh, tapi beliau tetap bersikeras berada diposisi seperti itu tanpa mempertimbangkan kondisi kesehatannya. Nona Blade bisa sakit jika terus dibiarkan seperti itu, tuan. Bicaralah dengannya dan bawa dia masuk, saya mohon... nona Blade bahkan belum benar-benar pulih setelah melahirkan."Oliver sempat tertegun untuk beberapa saat, sebe

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   64. Menata Ulang?

    Dengan tangan yang gemetar, Lena mengusap batu nisan bertuliskan nama putranya itu. Sebuah bingkai foto berukuran kecil berisi cap kaki dan tangan ditaruh didepan nisan itu, semakin membuat hatinya tersayat sembilu."Maafkan mama, Mattias..." Lena bergumam lirih. Dia duduk bersimpuh di depan pusara putranya itu dengan tatapannya yang buram oleh genangan air mata yang siap meleleh membasahi pipinya.Rasa sedih tak pernah berhenti membuat Lena sengsara, seolah kesedihannya selama ini tidaklah cukup. Untuk kesekian kalinya dia ditikam oleh rasa bersalahnya lalu dia merasakan hatinya terbunuh dari dalam. Langit sore itu terlihat mulai menggelap, tanda bahwa hujan akan kembali mengguyur dengan curah hujan yang lebih deras."Mama sangat menyayangimu," gumamnya sambil sekali lagi memeluk bingkai foto itu, sebelum kemudian melenggang pergi dari sana.Dengan langkah gontai dan sesekali terhuyung, Lena menuruni anak tangga untuk bisa keluar dari area pemakaman itu. Namun, kepalanya yang mendada

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   140. Nestapa Vincent (Extra part)

    Kali pertama dalam hidupnya, Vincent baru merasakan kalau melihat langit biru dengan awan putih yang bergerak ternyata begitu membahagiakan setelah ia bebas dari penjara. Dulu, sebelum hidupnya jungkir balik seperti sekarang, Vincent tidak pernah merasa bersyukur pada hal sekecil apa pun yang ia dapatkan. Fokus Vincent pada hal besar serta hal-hal yang belum ia dapatkan sehingga ia melupakan hal yang sudah ia punya dan raih selama ini. “Udara pagi ini terasa begitu segar. Tidak pernah kudengar kicauan burung semerdu ini.” Vincent berkata pada dirinya sendiri sembari tersenyum kecut. Hari-hari yang ia lewati sebelum hari ini adalah hari penyiksaan. Hidup di penjara bagaikan neraka. Hanya jeruji besi, atap, baju dan selimut tipis yang menemani Vincent selama di penjara. Hidup Vincent di penjara tidak pernah menyenangkan. Ia dipaksa oleh keadaan untuk menyesuaikan diri. Mengerjakan pekerjaan kasar yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Menyapu, mencuci, membersihkan

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   139. Kebahagiaan (Extra part)

    "Sayang, apa kamu sudah siap?" teriak Esme dari dapur. Wanita itu tampak sibuk menata bekal untuk anak-anaknya dan juga untuk Sebastian tentunya. Karena tidak mendengar jawaban apa pun, Esme menjeda terlebih dahulu kegiatannya dan berjalan untuk masuk ke kamar putrinya. Dia takut kalau ada yang perlu dibutuhkan oleh putrinya. "Kamu perlu bantuan?" tanya Esme saat baru membuka pintu kamar putrinya. Gisel, gadis berusia sembilan tahun itu masih berdiri di depan cermin dengan seragam sekolahnya itu tersenyum manis. "Sebenarnya aku ingin bersiap sendiri tanpa bantuan Mama, tapi sepertinya aku tetap ingin dibantu. Lihat, terlihat masih belum rapi, kan?" tanya Gisel sambil melihat seragamnya yang kusut. Esme tersenyum, lalu mendekati putrinya itu. Dengan cekatan dia membantu merapikan seragam yang sudah dipakai Gisel agar terlihat lebih rapi. "Anak gadis Mama rupanya ingin belajar lebih mandiri, ya. Seragamnya sudah cukup rapi, Mama hanya perlu membenarkan sedikit saja," tuturnya. Gi

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   138. Adik Mathias (ENDING)

    "Sayang!" Lena berseru saat keluar kamar menuju ruang tamu, membawa perutnya yang kini sudah sebesar semangka lalu duduk di samping Oliver. "Apa, Sayang?" tanya Oliver tanpa menghentikan gerakan tangannya menggulir tab. Kurang dari lima belas menit lagi dia harus berangkat ke kantor, tetapi sampai sekarang masih sibuk mengurusi materi meeting siang nanti. "Lihat ini dulu sebentar." Lena menyodorkan ponselnya hingga menutupi layar tab. Membuat si empunya menghela napas pasrah dan terpaksa menekan tombol home. Pada layar ponsel Lena, terpampang gambar sebuah taman bunga. Sebagian besar isinya diisi oleh bunga mawar, sedangkan yang lain Oliver tidak paham. Lelaki itu mengangkat sebelah alis sembari bertanya, "kamu mau ke situ? Memang itu di mana? Dalam negeri atau luar negeri? Nanti kita ke situ setelah kamu melahirkan dan anak kita cukup besar." "Aku maunya lihat sekarang!" Lena cemberut dan langsung membelakangi tubuh Oliver. "Iya, tapi ...." Belum sempat Oliver menyelesa

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   137. Perayaan Kehamilan

    Pagi ini kediaman Oliver lebih ramai daripada biasanya. Banyak orang berlalu lalang untuk mempersiapkan acara tujuh bulanan Lena yang akan dilaksanakan sore nanti. Oliver mempersiapkan acara ini dengan sangat matang. Dia menyewa vendor terbaik untuk membantu terselenggaranya acara. Ruang keluarga yang luas disulap dengan dekorasi cantik yang penuh dengan bunga karena Lena menyukai itu. Oliver sengaja memesan semua bunga segar. Ada mawar, tulip, lili, ester hingga bunga matahari. Semua itu ditata dengan begitu apik. Membuat acara perayaan kehamilan Lena yang sudah memasuki usia tujuh bulan itu semakin terasa meriah. Di sisi kiri dan kanan ruangan juga ditata dengan meja yang sudah dihias. Nantinya meja tersebut akan diisi dengan aneka minuman, dessert serta hidangan utama. Tentu saja Oliver memesan semua hidangan terbaik dan memanjakan lidah. Awalnya Lena menginginkan acara digelar di halaman belakang tetapi Oliver tidak setuju mengingat cuaca sekarang yang tidak menentu.

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   136. Sate Kelinci

    Mobil Sebastian sudah berhenti di depan rumah Oliver, pria itu turun dari mobil dan menekan bel. Suasana rumah masih terlihat sepi, sepertinya dia datang terlalu pagi, tapi jika dia tidak datang pagi-pagi takutnya Matthew nanti merepotkan.Setelah menekan bel dua kali, akhirnya Oliver sendiri yang membukakan pintu. Dari wajahnya, Oliver baru bangun tidur."Oh, kamu rupanya. Aku kira siapa," ucap Oliver dengan suara serak lhas orang baru bangun tidur."Maaf aku datang pagi sekali. Sebenarnya aku ingin menjemput Matthew kemarin malam, tapi aku pulang terlalu larut. Jadi kupikir lebih baik aku menjemput pagi ini saja agar tidak mengganggu kalian." Sebastian merasa tidak enak.Oliver tersenyum. "Tidak masalah. Ayo masuk."Lena juga baru saja beranjak dari sofa, wanita itu menggulung rambutnya agar lebih rapi. "Kamu datang pagi sekali, Matthew masih di kamar dan sepertinya dia belum bangun," ucapnya."Aku akan menggendongnya saja, tid

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   135. Kembali merasakan ngidam

    Malam ini Matthew tidur di tengah-tengah Oliver dan Lena sebab Sebastian dan Esme mengatakan akan menghabiskan waktu berdua saja di hotel sebagai perayaan. Tentu saja keputusan itu disambut baik dengan mereka berdua karena Oliver sudah menganggap Matthew sebagai putranya sendiri. "Apa kau senang bisa tidur bersama kami?" tanya Oliver. "Tentu saja aku sangat senang sekali!" jawab Matthew antusias. "Baguslah. Kau memang anak pintar," puji Oliver sembari mengusap lembut kepala Matthew. Di sisi lain, Lena senyum-senyum sendiri sambil menatap ke arah suaminya dan Matthew secara bergantian. Sepertinya Lena sangat bahagia dengan situasi sekarang ini. Siapa sangka sikapnya tersebut ternyata disadari oleh Oliver. "Sepertinya ada yang senang juga di sini selain Matthew," celetuk Oliver. Lena sedikit terkejut ketika Oliver menegurnya. Namun, ia tak dapat menyangkal jika ia memang sangat senang. 

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   134. Melamar

    Puas mengobrol sekaligus menemani istri tuan rumah, Sebastian mengajak Esme pulang. Karena Lena masih belum pulih, Oliverlah yang kebagian mengantar tamunya hingga ke depan pintu.Esme menggandeng tangan Matthew di depan sedangkan Sebastian dan Oliver berjalan di belakang. Kedua lelaki berbeda usia itu kembali membahas mengenai rencana Sebastian melamar."Apa kamu sudah melamar Esme secara resmi? Atau baru sebatas obrolan biasa?" tanya Oliver."Aku belum melamarnya secara resmi. Baru mengutarakan niat kemarin saat kami berbaikan," sahut Sebastian. it"Ah, seperti itu. Tidak apa-apa, itu pun sudah menjadi langkah awal yang bagus. Setidaknya, Esme jadi tahu kalau kamu serius dengan hubungan kalian."Oliver menepuk pundak Sebastian. Memuji keberanian lelaki itu."Aku selalu serius dengan Esme. Walaupun kami beberapa kali bertengkar, tetapi aku tidak pernah memiliki niat meninggalkan."Tatapan mata Sebastian fokus pada dua o

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   133. Para wanita

    Begitu mendengar kabar bahwa Lena telah diperbolehkan pulang oleh dokter, Esme langsung berinisiatif untuk pergi ke rumah wanita itu dan menolongnya beberes. Esme yakin walaupun di rumah nanti Lena akan banyak dibantu oleh pembantunya, tapi tetap saja dia pasti membutuhkan support system dari sahabatnya. Esme ke sana tentu saja tidak seorang diri. Matthew dan Sebastian juga ikut menemani. Sejak meminta maaf kepada Sebastian atas kesalahannya tempo hari, dada dan pundak Esme terasa lebih ringan, seolah beban berat yang ia pikul selama ini menghilang dalam sekejap. Apalagi setelah Sebastian mengutarakan niatnya kepada Esme untuk mengikat hubungan mereka ke jenjang pernikahan, hidup Esme terasa berubah. Ia jauh lebih bahagia, tenang dan selalu tersenyum. Yang paling bahagia tentu saja Matthew. Meskipun mereka belum bilang secara langsung kepada bocah tujuh tahun itu, tapi dengan kehadiran Sebastian yang lebih sering dari sebel

  • Terjerat Gairah Paman Suamiku   132. Pulang ke rumah

    Setelah lama di rumah sakit, Lena akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Oliver sengaja menyewa banyak pengawal tambahan untuk mengawal kepulangannya dan Lena. Istrinya itu sampai terheran melihat semua pengawalnya."Kenapa kamu sampai menyewa banyak sekali pengawal?" tanya Lena saat sudah berada di dalam mobil dan melihat mobilnya dikelilingi.Oliver menggenggam tangan Lena dengan lembut. "Aku melakukan itu untuk keselamatanmu, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu lagi.""Tapi bukankah ini terlalu berlebihan?""Tidak, ini semua normal."Lena tidak bisa membantah lagi, jika Oliver sudah melakukan sesuatu tidak ada gunanya berdebat lagi. Toh juga ini semua juga untuk keselamatannya dan juga calon bayinya.Setelah perjalanan beberapa menit dari rumah sakit, akhirnya rombongan mobil sampai juga di kediaman Oliver, saking banyaknya seperti ada iring-iringan.Tidak kalah banyak pengawal saat perjalanan, di rumah pun Oliver me

DMCA.com Protection Status