Home / CEO / Terjerat Gairah Paman Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terjerat Gairah Paman Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

140 Chapters

41. Jadi Calon Orang Tua & Alam Bawah Sadar Lena

"Aku pikir kau sudah lupa dengan janjimu yang akan mengajakku senam hamil," ujar Lena setelah selesai berganti pakaian dengan pakaian senamnya."Justru itu. Aku benar-benar hampir melupakannya, jika saja Esme tak bertanya apakah aku sudah mengajakmu senam hamil atau belum.""Esme sepertinya sangat peduli sekali padamu, terutama pernikahan kita. Apa hanya perasaanku saja?" ujar Lena tenang. Namun, sarat akan sindiran.Oliver yang menyadari hal itu pun segera mengendalikan situasi. "Ayo kita segera masuk ke aula, kelas senamnya akan segera dimulai."Lena tahu Oliver sedang menghindari toping pembicaraan tentang Esme yang dia angkat, tapi dia pun tak berniat kembali mengungkitnya ketika respon Olivr seperti itu, sehingga yang dia lakukan hanya bungkam dan menerima uluran tangan Oliver ketika pria itu mengajaknua segera masuk ke dalam aula senam.Seorang instruktur senam ibu hamil itu mulai mengarahkan Lena dan Oliver untuk memulai pemanasan terlebih dahulu. Dan keduanya bergerak mengikut
Read more

42. Pembohong

"Kau membuatku terlihat sangat menyedihkan karena sangat mempercayai kebohonganmu," gumam Oliver. Dengan sangat kecewa, Oliver bangkit berdiri. Sambil menahan rasa sakit di hatinya, dia berniat segera keluar dari kamar ini, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya ketika sudut matanya melihat sebuah buku sketsa di atas meja rias.Perasaan ingin tahu tentang apa saja yang digambar oleh Lena, membuat Oliver berubah haluan jadi ingin mengeceknya. Dengan tenang dia duduk di depan meja rias, membuka lembar demi lembar bagian buku yang ternyata kosong tanpa gambar apapun, sampai kemudian dia sampai pada bagian tengah buku dan melihat nama Vincent tertulis di sana. Untuk kesekian kalinya Oliver merasakan hatinya terluka."Meskipun tak lagi bisa saling berkomunikasi, ternyata kau tak pernah melupakannya." Dengan perasaan kecewa itu, Oliver kembali membuka lembaran berikutnya untuk sekadar kembali menemukan ungkapan rindu Lena terhadap Vincent.Oliver membacanya dengan seksama, sampai kemudian l
Read more

43. Keputusasaan Lena

"Nona Blade semalaman hanya menangis dan terus meminta bertemu dengan anda. Beliau juga berulang kali muntah dan baru bisa tenang setelah diberikan pakaian anda," ujar Maid mengabarkan pada Oliver yang pagi itu baru saja pulang ke rumah.Oliver yang mendengar itu sempat tertegun untuk beberapa saat, sampai kemudian dia pun menghela napas berat dan tersenyum simpul. "Terima kasih karena sudah menjaganya semalaman. Hari ini kalian semua libur saja dan istirahat, pasti kalian lelah karena menjaga Lena, sekarang biar aku saja yang menjaganya."Setelahnya, Oliver pun pergi ke dapur. Dia lebih dulu membuat segelas susu hamil , lalu menyiapkan seporsi makanan untuk Lena juga dengan tenang dia mengupas beberapa buah apel. Baru kemudian dia pun membawa semua makanan itu untuk segera menemui Lena.Pintu kamar tak terkunci, tak seperti biasanya. Dan ketika Oliver membukanya, dia mendapati Lena yang duduk bersandar pada kepala ranjang dengan baju Oliver yang dipeluk Lena. Saat itu Lena hanya me
Read more

44. Mawar yang menyakitimu

"Kau terlihat lebih kurus, Oliver. Ada apa?" tanya Esme."Bukan hal yang perlu kau khawatirkan, tenang saja."Esme memicingkan kedua matanya dan menatap Oliver penuh curiga. Dia tahu ada yang terjadi dalam rumah tangga pria itu, tapi dia mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut karena dia merasa tak ingin ikut campur lagi dalam rumah tangga Oliver."Kalau itu bukanlah hal yang perlu aku khawatikan, cobalah untuk jadi Oliver yang terlihat baik-baik saja. Melihatmu kehilangan berat badan dan selalu memasang wajah muram seperti ini, membuatku sangat risau.""Apa siang nanti setelah sekolahnya selesai, Mathew akan menghabiskan waktunya di daycare sembari menunggumu pulang bekerja?" tanya Oliver tanpa sekalipun mengindahkan ucapan penuh kekhawatiran dari Esme.Esme pun menghela napas berat dan menganggukan kepalanya. "Iya, seperti biasa aku meminta Mathew untuk menghabiskan waktnya di daycare selagi aku harus bekerja.
Read more

45. Belajar Merelakan

"Kau pulang," sapa Lena yang saat itu tak seperti biasanya sudah menunggu kepulangan Oliver dengan wajah yang ceria.Hati Oliver langsung berdesir hangat karenanya. Lantas dia pun balas tersenyum hangat dan mengambil langkah lebar untuk segera menghampiri Lena."Iya, aku pulang Lena." Dia memeluk Lena erat-erat tanpa menaruh bingkisan yang dibawanya. "Aku membeli tiramisu, apa kau menyukainya?"Lena tak langsung menjawab, dia lebih dulu menghidu aroma tubuh Oliver sebanyak mungkin, sebelum kemudian menengadah dan menatap  Oliver dengan senyuman ceria seperti sebelumnya. "Aku menyukainya, terima kasih." Kali ini tanpa aba-aba Lena mendaratkan kecupan kecil pada Oliver yang bisa dia jangjau dengan tinggi badannya.Untuk sejenak, Oliver tertegun di tempatnya. Seluruh saraf di tubuhnya berdesir, jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik karena rasa terkejutnya oleh sikap impulsif dari Lena. Ini kali pertama Lena melakukan hal seperti
Read more

46. Anak Laki-laki

"Terima kasih untuk tiramisunya, rasanya enak." "Iya. Mau kubelikan lagi besok?" Lena menggelengkan kepalanya. "Tidak. Besok aku ingin kau langsung pulang saja. Kali ini aku benar-benar tak berbohong, aku selalu ingin segera òp0ⁿ9p denganmu." "Baiklah, kalau begitu besok aku akan pulang lebih cepat." Oliver beranjak dari meja makan sembari membawa piring dan garpu kotor yang sebelumnya mereka gunakan ketika memakan kue. Oliver menaruh piring kotor itu di wastafel lalu mencuci tangannya. "Omong-omong Oliver, apa hari ini kau benar-benar bekerja?" tanya Lena tiba-tiba. Walau sempat terdiam sejenak, Oliver pun kembali menghampiri Lena dan membantu perempuan itu untuk berdiri , lalu bergegas mengajaknya pergi ke kamar. "Oliver," panggil Lena lagi karena tak kunjung mendapatkan jawaban. "Hari ini aku pergi ke kantor tapi tak berkerja," jawab Oliver akhirnya. "Kau memangnya pergi ke mana? Apa kau-" "Jika kau akan bertanya apakah aku menemui perempuan lain, maka jawabannya adalah ti
Read more

47. Keputusan Terbaik Untuk Oliver

Lena terusik dari tidurnya ketika sayup-sayup dia mendengar seseorang yang sedang bicara. Begitu dia membuka matanya perlahan, dia mendapati Oliver sedang berbicara di depan perutnya."Papa akan pergi bekerja ke luar negeri untuk satu bulan lamanya, nak. Bisakah kau tetap baik-baik saja dan tumbuh dengan sehat selagi Papa tidak ada? Kau juga harus menjaga ibumu dengan baik," Oliver berbicara pelan pada janin di perut Lena. Tapi tentu saja Lena tetap bisa mendengarnya dengan jelas.Pada momen itu, Lena kehilangan rasa kantuknya. Dia hanya diam mendengarkan semua dialog Oliver pada jabang bayi di perutnya tanpa sekalipun berniat untuk menimpali."Jangan dulu lahir sebelum Papa pulang. Ingat, usiamu saat ini baru saja berusia tujuh bulan, jangan sampai kau kahir lebih awal. Papa hanya ingin kau lahir tepat waktu dan kau terlahir sehat."Lena tetap diam dan mendengarkan baik-baik ucapan Oliver. Pelahan hatinya berdesir hangat dan tanpa sadar bibirnya membuat garis lengkung dari senyuman t
Read more

48. Kesalahan Fatal

"Kepalaku benar-benar sakit," keluh Lena saat maid datang ke kamarnya setelah membawakan semangkuk sup ayam dan teh hangat.Sudah dua minggu lamanya Oliver pergi untuk perjalanan bisnisnya, Lena benar-benar merasa kesepian terlebih ketika kondisinya sedang sakit seperti ini. "Bisakah kau memberiku obat? Aku benar-benar tak bisa menahan sakit kepalaku lagi."Maid itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Saya tidak bisa melakukan itu, nona Blade. Anda sudah makan, selebihnya istirahat yang cukup atau lebih baik minum chamomilenya selagi masih hangat, itu bisa sedikit menenangkan rasa sakit kepala anda. Lagipula sakit kepala yang terjadi pada anda disebabkan oleh demam. Biar saya ambilkan kompres air hangat untuk meredakan demam anda."Tanpa banyak bicara lagi, Maid itu pun bergegas pergi meninggalkan Lena yang sedari tadi hanya mengaduh kesakitan. Sebenarnya tak sesakit itu, tapi tetap saja Lena merasa tak nyaman dengan kondisinya saat ini. Kepalanya terasa berdenyut nyeri disertai deng
Read more

49. Dunia Yang Mendadak Sunyi

"Anda terlihat resah, ada masalah apa?" tanya Maid ketika membantu Lena mandi. "Apa anda merasa sakit?" Lena menggelengkan kepalanya, sementara keresahan kian terlihat jelas di wajahnya. "Aku tak merasa sakit. Tapi aku benar-benar takut. Ketika beberapa hari aku menjalani pemeriksaan dengan dokter, dokter bilang keadaanku baik-baik saja begitu juga dengan janinnya. Dokter hanya memintaku untuk berhenti mengonsumsi obat pereda nyeri itu. Tapi ini aneh..." "Aneh?" "Iya, ini aneh... sudah dua hari ini aku tak merasakan bayi di dalam perutku bergerak. Padahal biasanya dia sangat aktif menendang dan bergerak setiap waktu. Apa menurutmu ini adalah hal yang umum terjadi?" Lena menolehkan wajahnya menatap maid itu meminta pendapat. Pupil mata maid itu sseketika melebar dan menatap Lena dengan tatapan terkejut, membuat Lena jadi semakin risau. "Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu, jangan membuatku takut." Maid itu pun mulai mengendalikan ekspresi wajahnya dan menghela napas berat untuk me
Read more

50. Kecewa Luar Biasa

"Kau membunuh anakku hanya karena sejak awal kau tak menginginkannya?" tuduh Oliver. Dia memandangi Lena dengan tatapan sedih dan penuh kekecewaan besar. Lena tak menjawab. Di tempat tidurnya, dengan selang infus yang terpasang pada tangan, Lena hanya menundukan kepalanya.Wajahnya sembab dengan kelopak mata yang merah dan bengkak karena terlalu lama menangis. Tatapannya kosong."Tuan, ini tak seperti yang anda pikirkan. Nona Blade hanya tidak tahu kalau-" maid itu tak melanjutkan kalimatnya ketika Oliver membuat gerakan menghalau."Aku tak sedang bicara padamu. Sebaiknya kau keluar, ini urusanku dengan istriku," tegasnya begitu marah.Maid itu hanya tertunduk patuh dan dengan berat hati melangkah keluar ruangan. Sebelum menutup pintu itu rapat-rapat, maid itu pun lebih dulu melirik ke arah Lena dengan tatapan iba."Jawab aku Aralena, apa kau sengaja membunuh putraku agar kau bisa segera memenuhi keinginanmu untuk menemui Vincent?"Lena masih bungkam."Jawab aku Lena!" bentak Oliver
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status