All Chapters of Presdir Dingin itu Suami Penggantiku : Chapter 91 - Chapter 100

119 Chapters

@Bab 91

"Cukup Sheril, jangan melimpahkan kesalahan kamu pada orang lain!" tegur Devan dengan nada yang sedikit tinggi. "Aku bicara sesuai fakta Devan, kalau memang kenyataannya seperti itu!" "Tolong cukup, disini kita tidak sedang membahas kesalahannya Sintia. Tapi disini kita sedang membahas kejahatan yang sudah kamu lakukan terhadap istriku!" ungkap pria itu mulai kesal."Aku tahu kalau aku memang sudah melakukan kesalahan dan aku minta maaf sama kamu!" sahut gadis jahat itu sambil menangis. "Jadi ini semua ulah mba Sheril!" ucap Melati yang tiba-tiba saja berdiri disana."Melati, kenapa kamu malah turun kesini. Harusnya kamu istirahat saja di dalam kamar!" ujar Devan. "Tidak mas, aku tidak bisa istirahat setelah mendengar keributan di bawah tadi. Makanya aku memutuskan untuk turun kesini dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Melati pun mulai berjalan mendekati Sheril. "Kenapa mba? kenapa kamu tega melakukan hal sejahat itu pada aku? apa salah aku sama kamu!" tanya gadis itu
Read more

Bab 92

"Apa benar yang di katakan semua orang kak, kalau kakak sudah berusaha untuk membakar rumah ini?" tanya Cindy. Namun Sheril hanya diam saja sambil menggelengkan kepalnya."Aku benar-benar tidak menyangka kalau kakak akan selicik itu, aku tahu kalau kakak memang tidak menyukai kak Melati. Aku juga sama seperti kakak, tapi jika sampai berbuat nekad seperti ini tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiran aku kak. Aku benar-benar tidak sangka kalau kak Sheril ternyata jahat sekali!" ungkap Cindy kecewa. "Sekarang, apa yang akan kita lakukan pada Sheril? tanya Sintia. Kita akan mengusir nya dari rumah ini, atau bila perlu kita bawa saja dia ke kantor polisi biar dia masuk penjara!" "Tidak, aku tidak mau masuk penjara!" teriak Sheril yang mulai panik. "Ya kamu benar sekali Sintia, Oma rasa hukuman yang pantas untuk orang yang sudah dengan sadar dan berencana untuk melakukan pembunuhan ya dengan lapor polisi agar dia bisa di hukum sesuai dengan perbuatannya!" tambah wanita paruh baya
Read more

Bab 93

"Alhamdulillah akhirnya Sheril sudah pulang juga ke suaminya!" ujar Oma laksmi."Tapi Oma, kenapa kita biarin dia pergi gitu saja. Harusnya kak Sheril itu di laporin ke polisi!" sahut Cindy. "Sudahlah Cindy, biarkan kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Toh Melati juga sudah memaafkan Sheril! yang terpenting sekarang keluarga kita baik-baik saja!" "Sebaiknya kita kembali ke kamar, kamu juga terlihat masih lemah!" ujar Devan pada Melati. "Iyah mas!" sahut gadis itu singkat. "Untung saja Sheril tidak memberi tahu semua orang tentang kerjasama aku dan dia, meskipun aku tidak terlibat dengan kejahatan yang dia lakukan hari ini tapi tetap saja aku merasa khawatir kalau dia sampai mengatakan pada semua orang bahwa kita berdua berusaha untuk memisahkan kak Devan dengan Melati!" ujar Rifaldi di dalam hatinya dengan perasaan yang gelisah. "Mas...!" panggil Sintia sambil menepuk pundaknya Rifaldi. "Iyah ada apa?" sahut pria itu dengan sedikit terkejut. "Kamu tidak apa-apa kan m
Read more

Bab 94

Besok paginya aktifitas di rumah itu dilakukan seperti biasanya. "Hari ini akan ada tukang yang akan memperbaiki dapur kita, jadi untuk sementara waktu kita akan memesan makanan di luar dulu saja!" ujar Oma Laksmi."Ini semua karena Sheril, jika saja gadis itu tidak nekad melakukan aksi jahatnya mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi!" sahut wanita paruh baya itu."Mah, sudahlah jangan di bahas lagi persoalan Sheril. Semuanya sudah selesai, kita ambil hikmah nya saja dari kejadian ini!" "Tapi tetap saja pah, mama itu masih merasa jengkel dengan dia. Dari awal juga mama sudah curiga kalau tidak ada yang beres dengan gadis itu dan mama juga sempat meminta dia untuk segera pergi dari rumah ini tapi papa malah melarangnya!" "Itu semua papa lakukan karena memang papa merasa bersalah dengan Sheril mah, karena papa sempat tidak sengaja menabrak dia saat itu!" "Bisa jadi itu akal-akalan dia agar bisa masuk ke rumah kita ini pah! gadis licik seperti dia itu bisa melakukan berbagai cara
Read more

Bab 95

Semua orang pun tengah sarapan pagi seperti biasanya. "Sintia, sebentar lagi usia kehamilan kamu akan memasuki 7 bulan. Jadi kamu harus sudah siap-siap untuk mempersiapkan segalanya yah!" pinta Oma Laksmi. "Iyah oma, aku gak nyangka banget deh kalau sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu!" sahut gadis itu. "Sebagai ibu yang baik kamu juga harus bisa jaga kehamilan kamu itu Sintia!" "Iyah mba, semoga saja kehamilan aku ini bisa nular juga ke mba Melati yah. aminn..!" Mendengar hal itu Melati hanya diam saja, sambil sesekali melirik ke arah Devan. "Jujur aku juga memang ingin sekali bisa hamil dan bisa merasakan jadi sosok ibu, tapi itu tidak akan mungkin terjadi karena mas Devan juga belum tentu mau punya anak dari aku!" ujar Melati di dalam hatinya. "Kenapa wajah Melati terlihat sedih sekali saat Sintia bicara seperti itu, pasti dia berpikir kalau aku tidak ingin memiliki anak dari dia!" ujar juga Devan di dalam hatinya. "Oma juga ingin sekali segera mendengar kabar baik d
Read more

Bab 96

Siang harinya, sesuai dengan kesepakatan terlihat Rifaldi dan juga Sheril bertemu di cafe yang letaknya tidak jauh dari kantor. "Langsung saja, apa yang ingin kamu bicarakan pada aku?" tanya Sheril to the point. "Tunggu dulu, jangan terlalu buru-buru seperti itu. Kamu tidak sedang di awasi oleh suami kamu itu kan?" sahut Rifaldi. "Jelas tidak, aku datang kesini dengan sudah payah meyakinkan suami aku agar bisa memberi aku ijin untuk keluar. Jadi aku tidak punya waktu lama untuk terus berada disini bersama kamu!" "Baiklah, santai dulu saja Sheril. Lagi pula kenapa kamu harus merasa khawatir dan takut dengan suami kamu itu, bukankah selama ini kamu juga sudah berani meninggalkan dia demi mengejar kak Devan!" "Ayolah Rifaldi, ke intinya saja. Apa yang ingin kamu katakan padaku saat ini!" Secara tidak sengaja Radit yang merupakan sahabat Devan juga berada di cafe itu, dan dia juga tidak sengaja melihat Rifaldi yang sedang duduk bersama Sheril. "Itu bukannya Rifaldi yah? lagi sama s
Read more

Bab 97

Terlihat Melati dan Sintia sedang bersiap-siap untuk pergi keluar. "Kalian mau pergi kemana?" tanya Bu Ratih dengan sedikit sinis. "Kami berdua mau pergi ke mall mah, kami mau membeli beberapa barang yang akan di butuhkan untuk 7 bulanan Sintia nanti!" sahut Melati."Oh begitu yah, tapi kalian berdua kan bisa memesannya lewat online saja tanpa harus pergi langsung untuk membelinya!" "Iyah mama memang benar sekali, tapi kalau kita membeli secara langsung otomatis kita tahu kualitas barang yang akan kita beli itu mah. Kalau beli online gambar sama aslinya itu belum tentu sama!""Ya sudah kalau memang mau kalian seperti itu, tapi ingat yah kalian berdua jangan pulang terlalu sore. Dan untuk kamu Sintia, tolong jaga kehamilan kamu itu, jangan sampai karena hal ini kamu nanti kelelahan!" "Iyah mah, aku juga akan paham kok mah. Aku pasti akan jaga kehamilan aku ini!" sahut Sintia. "Ya sudah ayo kalian cepat pergi sekarang biar nanti pulangnya tidak terlambat!" pinta wanita paruh baya i
Read more

Bab 98

Setelah di rasa tenang, Radit pun mulai berani bertanya pada Devan. "Lalu apa yang akan Lo lakuin sekarang?" tanya Radit. "Gue gak bisa diem saja kayak gini, gue harus ngomong sama Rifaldi sekarang juga!" sahut pria itu dengan sangat emosi. "Tapi sepertinya Rifaldi gak ada di kantor deh, tadi gue liat dia kayak buru-buru pergi gitu!" "Kapan Lo liat dia pergi?" tanya Devan. "Pas gue mau kesini, gak sengaja gue lihat dia pergi lagi!" sahut Radit.."Gue akan cari dia sampai ketemu!" ujar Devan yang langsung bergegas pergi. "Makasih yah mba, karena mba Melati udah mau nemenin aku belanja!" sahut Sintia. "Sama-sama Sintia..!""Sebelum pulang gimana kalau kita mampir ke restoran yang ada disana mba, aku laper banget soalnya!" ajak Sintia. "Boleh, kebetulan aku juga laper banget. Ini juga masih siang kok jadi kita masih ada waktu buat makan!" "Ya sudah kalau gitu ayoh mba!" Baru saja akan melangkahkan kakinya, secara tidak sengaja mereka bertemu dengan Sheril disana. "Haii...!" sa
Read more

Bab 99

"Devan, kamu sudah sampai nak!" ujar Oma Laksmi menyapanya dengan ramah. "Dimana Rifaldi?" tanya pria itu dengan nada yang sedikit emosi."Rifaldi baru saja pergi ke kamarnya, ada apa sebenarnya? kenapa kamu seperti sedang marah?" Tanpa menghiraukan ucapan dari orang lain pria itu pun langsung berlari ke kamarnya Rifaldi."Ada apa ini pah? ada apa dengan Devan? kenapa dia seperti sedang marah sekali!" ujar Bu Ranti yang mulai merasa khawatir."Papa juga tidak tahu mah, lebih baik kita samperin mereka berdua. Takutnya nanti ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan kita!" ajak pria paruh baya itu. "Iyah kamu benar, ayoh kita kesana sekarang!" sahut Oma Laksmi.."Rifaldi buka...!" teriak Devan dari luar sambil mengetuk pintu kamar milik Rifaldi beberapa kali."Kak Devan, sebenarnya ada apa dia mencari aku!" ujar Rifaldi dari dalam kamarnya.Pria itu pun mulai berjalan dan membuka pintu kamarnya itu agar kakak nya bisa masuk. "Ada apa kak?" tanya pria itu. Karena emosi yang sudah tida
Read more

Bab 100

"Rifaldi, coba jelaskan semua ini pada kami!" pinta Oma Laksmi dengan tatapan yang penuh rasa kecewa.Rifaldi hanya terdiam saja tanpa bisa berkata apa-apa lagi, dia bingung harus memulai dari mana. "Rifaldi, cepat katakan. Kenapa kamu tega mengkhianati kakak kamu sendiri!" teriak pak Hardi yang sudah mulai emosi. "Aku tidak mengkhianati siapapun disini pah, aku hanya ingin mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku. Melati adalah kekasihku dan akan tetap seperti itu, aku hanya ingin mengambil apa yang sudah menjadi milikku yang di rebut oleh kak Devan!" ungkap pria itu. Satu tamparan keras pun melayang, untuk pertama kalinya juga Pak Hardi memukul putranya atas kesalahan yang menurutnya begitu fatal. "Papah!" ujar Bu Ranti tak terima. "Papa tidak pernah menyangka kalau kamu akan melakukan hal sebodoh ini Rifaldi, kenapa kamu harus melakukan hal yang tidak perlu kamu lakukan. Papa pikir kamu sudah bisa menerima rumah tangga kamu dengan Sintia, apa kamu tidak merasa kasian pa
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status