Home / CEO / Terjerat Cinta Sang Tuan Muda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjerat Cinta Sang Tuan Muda: Chapter 11 - Chapter 20

173 Chapters

Bab 11. Pernikahan Tetap Terjadi.

Ketegangan antara Nyonya Rose dan Rima terus terjadi. Rima terpaksa harus menginap beberapa hari. Ia tidak rela putra semata wayangnya menikah dengan perempuan yang tidak sederajat dengan keluarganya. Namun, saat Rima tetap bersikeras untuk membatalkan pernikahan, Nyonya Rose jatuh pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit lagi. "Ma, udah lah, ikuti saja kemauan Oma," bujuk Shaka saat menunggui Nyonya Rose. Ia merasa, kesehatan neneknya benar-benar tergantung dari pernikahannya dan Kinan. "Gadis itu sudah mempengaruhi Oma kamu." kesal Rima."Ya, apa pun itu, kesehatan Oma lebih penting, kan?" "Tapi, kenapa harus mengorbankan kamu? Mama tidak bisa menerima!"Shaka mengedikkan bahu. Sebenarnya, pernikahan itu hanya sekedar formalitas agar Nyonya Rose bahagia. Tentang kehidupan pernikahan yang akan ia jalani nantinya dengan Kinan, mereka sudah menyetujui adanya perjanjian, untuk tidak mengganggu urusan masing-masing. "Mama nggak rela kamu menikah dengan gadis yang tidak jelas asal u
Read more

Bab 12. Malam Pertama, Kacau!

"Mulai sekarang kalian satu kamar!""Mulai sekarang Kinan tidak boleh memanggil Shaka dengan sebutan Tuan. Panggil dengan sebutan Mas Shaka.""Mulai sekarang, kalian adalah suami istri, jadi bersikaplah seperti layaknya dua orang yang sudah menikah." Begitulah titah-titah Nyonya Rose setelah Kinan resmi menikah dengan Shaka. Dan malam itu adalah malam pertama Kinan pindah ke kamar Shaka. Awalnya, ia cukup tegang dan khawatir karena takut pria yang sudah berstatus resmi sebagai suaminya itu akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Namun, Kinan merasa lega, karena tanpa sepengetahuan Nyonya Rose, Shaka pergi entah ke mana malam itu. Begitu lebih baik, pikir Kinan. Ia akan mengatur tempat tidurnya sendiri di kamar itu. Untungnya, kamar Shaka begitu luas dan ia bisa punya tempat sendiri, meskipun tidak jauh dari ranjang milik pemuda itu. Kinan anggap, Shaka hanya seseorang yang berbagi kamar dengannya, namun tidak saling mencampuri urusan masing-masing. Setelah selesai berberes, Kinan me
Read more

Bab 13. Meminta Pindah Kamar.

"Kinan, kenapa wajahmu murung begitu?" tanya Nyonya Rose saat Kinan mengantar makan siang untuk wanita itu. Kinan sebenarnya ingin meminta untuk kembali menempati kamarnya yang dulu, tetapi dia masih ragu-ragu."Nyonya, sebenarnya saya ingin membicarakan sesuatu," ucap Kinan hati-hati."Kenapa kamu masih memanggilku Nyonya, Kinan? Panggil Oma mulai sekarang, ya?""Oh, i-iya, Oma." Rasanya cukup aneh memanggil wanita itu dengan sebutan Oma. Pasalnya, Kinan merasa dirinya masih bekerja pada Nyonya Rose. Meskipun statusnya kini adalah istri Shaka. Dan Nyonya Rose pun tidak keberatan saat Kinan mengatakan kalau dirinya akan tetap merawatnya seperti biasa. Wanita itu justru semakin menyukainya. Nyonya Rose tersenyum lembut. "Kamu mau membicarakan apa?" "Mmm, s-sebenarnya, saya mau meminta untuk menempati kamar saya yang dulu, Oma."Kening Nyonya Rose mengerut. "Maksudmu, kamu dan Shaka mau pindah ke kamar itu?" "Bukan, Oma. Hanya saya sendiri.""Maksudmu, kamu mau menempati kamar itu se
Read more

Bab 14. Bertemu Mantan.

Seharian Kinan merasa gelisah karena memikirkan nanti malam dia harus tidur satu ranjang dengan Shaka. Ini akan menjadi pengalaman pertamanya. Bahkan dulu dengan mantan kekasihnya, Kinan tidak pernah melakukan apa pun yang menjurus ke sana. Hanya sebatas pelukan saja. Namun kali ini dia harus siap dengan hal itu. "Mbak Kinan gelisah banget," ucap Atun yang keheranan sedari tadi Kinan tampak cemas. Duduk, berdiri, membantunnya memotong sayuran, lalu mondar-mandir. "Oh, nggak papa, Tun." Kinan berusaha mengulas senyum untuk menutupi kegelisahan hatinya. Dia tidak bisa seharian gelisah seperti ini. Mungkin sebaiknya dia berjalan-jalan keluar untuk sekedar mengalihkan pikirannya. Akhirnya, dia meminta izin pada Nyonya Rose untuk keluar rumah. Karena tidak punya banyak teman akrab untuk bisa diajak jalan-jalan, akhirnya Kinan memutuskan untuk menikmati suasana city walk untuk sekedar menghirup udara segar sambil minum kopi dan makan camilan, serta duduk-duduk di kursi taman dan memperha
Read more

Bab 15. Harus Shaka yang mencicipi lebih dulu.

"Kinan, ngapain kamu di sini?" tanya Shaka seraya menelisik pemuda yang duduk di samping istrinya itu. Tentu saja Kinan sangat terkejut melihat Shaka yang muncul entah dari mana. Gadis itu gelagapan. "Loh, Mas, eh, Tuan Shaka ... T-tuan juga kenapa ada di sini?" Kinan berucap sekenanya. Pasalnya, Doni sepertinya sedang bertanya-tanya dalam hati siapa pria yang tiba-tiba muncul ini. "Siapa, Kinan?" tanya Doni yang juga menatap ke arah Shaka penuh selidik. Pria itu tampak tidak seumuran dengannya dan Kinan. Dan dari penampilannya terlihat kalau dia seorang pria kaya yang bekerja di kantoran. "Oh, ini ... Tuan Shaka, majikanku," jawab Kinan berbohong, disusul oleh desisan di bibir Shaka. Dia lalu menarik lengan Kinan menjauh dari pemuda di sampingnya. "Aku tanya, kamu lagi ngapain di sini?" ulang Shaka. Pria itu tampak sedikit kesal. Tampak dari ekspresi wajahnya yang biasanya jahil, kini terlihat serius. "Lagi jalan-jalan, Tuan. Saya kan libur hari ini.""Ayo, pulang!" Shaka menari
Read more

Bab 16. Berbagi Ranjang untuk pertama kali.

Malam itu, Kinan merasakan kecemasan yang luar biasa. Ia harus berbagi ranjang dengan Shaka. Kinan merasa gugup dan cemas. Cemas Shaka akan berbuat yang tidak-tidak padanya. Namun, ia hanya bisa memejamkan mata dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Shaka belum pulang dari kantor dan Kinan harap pria itu tidak usah pulang sekalian. Dia berdoa semoga Shaka kecantol salah satu wanitanya dan tertahan di sana, sehingga Kinan bisa tidur tenang malam ini. Namun, sepertinya harapan Kinan tak terkabul. Menjelang tengah malam, Shaka masuk ke dalam kamar dan terkekeh melihatnya di atas ranjang. "Sudah siap rupanya," ucapnya. "Tunggu, ya ... aku mandi dulu." Kinan memaki dirinya dalam hati. Kenapa tadi dia harus buang air kecil ke kamar mandi dan saat Shaka masuk kamar, bertepatan dengan Kinan yang sedang naik ke atas ranjang. Seharusnya dia berpura-pura tidur dengan lelap sehingga Shaka tidak akan mengganggunya. Dia menatap pintu kamar mandi dengan harap-harap cemas. Harapan jahatnya, Sh
Read more

Bab 17. Rasa yang aneh.

"Mukanya merah loh, Kinan," ledek Shaka sambil menowel pipi Kinan tapi seketika ditepis oleh gadis itu. Kinan sontak menepis lengan Shaka dan beringsut masuk ke dalam selimut. Pipinya tiba-tiba terasa panas. Apalagi terdengar suara gelak tawa Shaka yang terdengar sangat puas menggodainya. Kinan begitu keki dibuatnya. "Jangan malu-malu, Kinan. Coba hadap sini. Siapa tahu kamu udah siap.""Apa sih, Mas Shaka. Saya ngantuk." Kinan bersungut di dalam selimut. Shaka tergelak lagi. Perempuan kalau malu tapi mau tingkahnya begitu lucu. Shaka baru menyadari kalau ternyata Kinan sungguh menggemaskan. Dia semakin merasa tertantang untuk mendapatkan gadis itu. Anehnya, Shaka menikmati proses ini. "Bilang ya, kalau kamu udah siap. Aku di sini akan menyambutmu dengan celana terbuka." Kinan mendesis sebal. Di dalam selimut, gadis itu memaki-maki dirinya sendiri. Ada apa dengannya malam ini. Dia yang biasanya tidak berdebar atau bahkan merasakan hal-hal yang aneh saat berdekatan dengan Shaka, kini
Read more

Bab 18. Tawaran Shaka.

"Kuliah?" ulang Kinan sambil memandang ke arah Shaka di seberang meja makan. Kinan kaget. Dia tidak pernah berpikir bahwa dia bisa kuliah. Dia hanya lulusan SMA dan selama ini dia hidup sebatang kara. "Apa maksudmu, Mas?" tanyanya penasaran."Iya, kamu mau kuliah, nggak?" tanya Shaka kembali. Kinan merasa sangat senang mendengar itu. Dia selalu ingin kuliah tapi tidak mampu membayar biayanya. "Mas Shaka nggak lagi ngerjain saya, kan?" Shaka terkekeh. "Astaga, curigaan terus kamu sama aku. Ya beneran. Kalau kamu mau, aku bisa biayain kamu." "Ini serius, Mas?" Kinan menatap Shaka penuh selidik. Pasalnya dia ingin tahu apa Shaka hanya mengerjai dirinya atau memang ucapannya itu benar. "Serius, Kinan." Shaka menggeleng. Dirinya memang serius. Entah kenapa dia tiba-tiba dia memiliki ide itu. Random saja ide itu datang dari benaknya. Sementara Kinan begitu senang jika memang ucapan Shaka benar adanya. Bisa mengenyam bangku kuliah seperti mimpi baginya.Namun, dia kembali memandang curig
Read more

Bab 19. Shaka yang manja.

Shaka belum pulang saat Kinan sudah bersiap untuk tidur. Sebenarnya gadis itu tidak ambil pusing kapan Shaka pulang dari kantor, tapi entah kenapa ada beberapa saat terpikir di benak Kinan, ke mana pria itu. Apa dia lembur di kantor, atau pergi bersenang-senang dengan perempuan. Sepertinya yang terakhir cukup masuk akal. Kinan tahu bagaimana tabiat Shaka. Kinan mencoba untuk memejamkan mata, tapi rasanya begitu sulit. Sesekali dia menatap ke arah pintu kamar. Namun tidak ada yang membukanya. Pintu itu tetap tertutup rapat hingga tengah malam dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Akhirnya Kinan pun terlelap. Mimpinya random dan kebanyakan dipenuhi oleh sosok Shaka. Rasanya baru beberapa menit Kinan tertidur, dia terbangun karena ada perutnya seperti tertindih sesuatu. Saat membuka mata, gadis itu terkejut melihat tangan Shaka sudah melingkar di perutnya. Dia hendak segera menyingkirkan tangan Shaka, namun dilihatnya wajah Shaka terlihat begitu pucat. Samar-samar Kinan melihat keringat
Read more

Bab 20. Shaka Cemburu.

Beberapa hari lalu Kinan memberitahukan pada Nyonya Rose kalau dirinya akan masuk universitas. Semua itu ide Shaka yang tiba-tiba. Wanita itu tentu sangat senang mendengarnya. Dia memberi semangat pada Kinan dan memberi sedikit wejangan. Hari ini adalah hari pertama Kinan masuk kuliah. Dia begitu bersemangat pagi itu. Dia menikmati sarapan dengan lahap, menyiapkan buku-buku yang sudah dibelinya di toko buku, dan berdandan rapi. Dia sudah bersiap-siap untuk memesan taksi online dan berdiri di depan pintu gerbang. Saat itu, salah satu mobil yang ada di garasi rumah berhenti di depannya. Yang mengemudi adalah Pak Noto, salah satu supir Shaka."Ayo, Mbak Kinan, naik," pinta pria paruh baya itu. "Saya naik taksi saja, Pak." "Loh, saya diperintahkan sama Tuan Muda Shaka untuk nganter Mbak Kinan ini.""Tidak usah, Pak," tolak Kinan. Rasanya aneh saja kalau ke kampus harus diantar oleh supir pribadi. Dia tidak terbiasa dengan semua fasilitas itu. "Aduh, nanti saya bisa kena marah Tuan Mud
Read more
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status