Semua Bab Terjerat Cinta Sang Tuan Muda: Bab 21 - Bab 30

173 Bab

Bab 21. Kena Bogem Mentah.

"Siapa yang pacaran?" sungut Kinan. Enak saja menuduh orang sembarangan. Cuma karena ada pria yang mengajaknya bicara, sudah dituduh pacaran. Apa-apaan itu."Itu tadi kamu sama cowok siapa itu?""Mas Shaka jangan nuduh sembarangan, ya. Saya juga tidak tahu tiba-tiba dia menghampiri dan mengajak saya bicara.""Kok akrab?"Kinan mendesis sebal. Siapa yang akrab. Perasaan dia cuma bicara biasa-biasa saja dengan kakak tingkat yang namanya Theo itu. Lagi pula kenapa Shaka harus protes dirinya akrab dengan seorang pria. Bukannya mereka bukan suami istri sungguhan. Kinan saja tidak pernah protes kalau Shaka main dengan perempuan. Sungguh tidak adil. Lagi pula Kinan tidak punya niat sedikit pun untuk dekat dengan seorang pria mana pun."Nggak mau jawab?" Shaka menepikan mobil ke depan garasi. Lalu turun dari mobil dengan menutup pintu keras-keras."Orang aneh!" gerutu Kinan sambil melangkah keluar mengikuti Shaka."Aku saja belum nyicipin kamu, malah akrab dengan pria lain." Selalu itu alasan
Baca selengkapnya

Bab 22. Mencari Pelampiasan.

Shaka duduk di depan meja bar sambil memilin botol bir yang isinya sudah dia habiskan setengahnya. Bayangan wajah Kinan yang cemberut saat dia berpamitan pergi membuat bibirnya tersenyum tipis. Kinan cemburu tapi tidak mau mengaku.Namun apa pun itu, yang jelas dia senang karena hubungannya dengan gadis itu ada kemajuan. Setidaknya, kemajuan untuk berbagi ranjang yang sebenarnya.Bayangkan saja, hampir tiap malam Shaka harus menahan hasratnya yang menggebu terhadap Kinan, tapi dia tidak bisa memaksa gadis itu. Shaka mengelus pipinya yang sedikit memar akibat hadiah bogem mentah dari Kinan. Baru kali ini dia dikasari oleh perempua, tapi anehnya dia tidak marah sama sekali. Justru hal itu membuatnya semakin gemas.Malam manunjukkan pukul sebelas dan Shaka memutuskan untuk pulang saja. Namun, saat hendak beranjak dari duduknya, seseorang menahannya."Pak Shaka, buru-buru banget?" Rupanya orang itu adalah Reni, sekretarisnya."Ren, ngapain kamu di sini?" Shaka menelisik sang sekretaris ya
Baca selengkapnya

Bab 23. Ge-Er.

Pagi hari saat terbangun, Kinan mendapati Shaka tidur pulas di sampingnya. Tangan pria itu bahkan melingkari perutnya. Pelan Kinan menyingkirkan tangan Shaka dan beringsut turun dari ranjang. Hari ini ada kuliah pagi, jadi dia harus bersiap-siap sekarang. Pokoknya Kinan sedang begitu bersemangat pergi ke kampus dan belajar. "Jangan yang foto nikah dong, Kinan. Foto kamu sama suami kamu yang mesra gitu, loh!" Kinan teringat kata-kata Rena semalam. Gadis itu langsung meneleponnya begitu Kinan mengirim foto dirinya dan Shaka saat acara pernikahan beberapa bulan lalu. Bawel juga rupanya si Rena ini. Kalau begini, Kinan jadi bingung dibuatnya. Bagaimana caranya meminta foto bersama Shaka, dengan mesra pula. Membayangkannya saja Kinan ngeri. Pasti Shaka pikir dirinya curi-curi kesempatan. Pria itu kan tukang ge-er. "Makan yang banyak, biar agak bohai dikit badan kamu," ujar Shaka saat berada di ruang makan menikmati sarapan dengan Kinan."Saya nggak mau terlihat bohai di mata Mas Shaka."
Baca selengkapnya

Bab 24. Mantan Terindah

Sudah pasti Rena heboh saat mengetahui siapa suami Kinan. Gadis itu bahkan tak henti-hentinya memuji keberuntungan Kinan. Cinderela abad modern kalau Rena menyebutnya. Namun, ada ucapan Rena yang sedikit mengganjal di hatinya. Shaka pernah menjalin hubungan dengan artis Nikita Gunawan. Siapa yang tak mengenal perempuan itu. Kinan, yang tidak terlalu mengikuti berita hiburan pun tahu siapa dia. Seorang model, pemain sinetron yang cantik jelita. Jadi, Shaka pernah menjalin hubungan serius dengan seorang wanita. Jangan-jangan, dia jadi nakal begini karena putus dari artis itu. Kalau memang benar begitu, seharusnya Nyonya Rose meminta Nikita untuk kembali pada Shaka, agar pria itu jadi baik lagi. Lalu, kenapa malah meminta tolong pada Kinan, yang notabene bukan siapa-siapa. Entah kenapa, hingga pulang dari kampus, Kinan tak bisa berhenti memikirkan hal itu. Hal itu juga yang mendorongnya menemui Nyonya Rose di kamarnya, sekalian mengantar makan malam dan menemani wanita itu. "Gimana ku
Baca selengkapnya

Bab 25. Kinan Cemburu?

Sampai di rumah, Shaka tidak mendapati Kinan di mana-mana. Di kamar tidak ada, di dapur tidak ada, di taman belakang juga tidak ada. Bahkan Atun dan Bi Imah pun tidak tahu di mana keberadaan gadis itu. Namun, saat dia hendak mencari Kinan di ruangan lain, dia melihat Kinan baru saja keluar dari kamar omanya. Shaka menepuk kening. Kenapa dia tidak terpikirkan ke arah sana. Tidak mungkin Kinan pergi dari rumah ini tanpa seizinnya. Atau paling tidak memberi pesan pada Atun dan Bi Imah. "Udah pulang, Mas?" sapa Kinan dingin. Wajah manisnya tampak datar. "Udah makan malam belum, Mas?" lanjutnya. "Belum. Laper, nih." Shaka mengelus perut ratanya. Dia memang sengaja tidak makan di luar karena ingin menikmati masakan Kinan. "Saya belum sempat masak." Kinan berlalu begitu saja dari hadapan Shaka dan masuk ke kamar mereka."Loh?" Shaka bengong. Namun beberapa saat kemudian dia menyusul Kinan ke dalam kamar. Dilihatnya gadis itu sedang merapikan ranjang di bagiannya sendiri untuk bersiap-siap
Baca selengkapnya

Bab 26. Malu bukan main.

Shaka tentu tidak mengizinkan Kinan naik taksi ke kampus. Berangkat bersama akan menjadi rutinitasnya dan Kinan kalau gadis itu harus menghadiri kelas pagi. Meskipun kuliah siang, Kinan harus diantar dan dijemput oleh Pak Noto. "Masih ngambek, nih?" tanya Shaka saat di perjalanan. Dia lihat Kinan hanya diam saja. Sebenarnya, Kinan memang selalu seperti itu. Namun, rasanya belum puas kalau dia belum menggoda gadis itu."Siapa yang ngambek sih, Mas?" "Ya kamu lah, masa Pak Noto?" Pria paruh baya yang sedang fokus mengemudi terkiki. Namun segera saja dia menutup mulutnya. "Saya nggak ngambek. Lagian masalah saya apa kok ngambek?" elak Kinan. "Ya udah lah kalau nggak mau ngaku." Kinan mendesis. Kenapa dengan Shaka ini. Sepertinya ingin sekali Kinan mengakui sesuatu. Mendadak dada Kinan berdebar saat mengingat sesuatu. Semalam perasaan dia tertidur dengan ponsel yang masih dia pegang. Tapi saat bangun pagi tadi, ponselnya sudah ada di nakas. Berarti Shaka yang memindahkannya. Yang memb
Baca selengkapnya

Bab 27. Merah Merona

Sepanjang perjalanan, Shaka diam dengan wajah yang menurut Kinan cukup menyeramkan. Ini pertama kalinya Shaka marah padanya. Marah yang benar-benar marah, sampai-sampai kilatan di matanya tedlihat jelas tadi. Kinan sampai bergidik ngeri, terpaku dan tercengang. Kini, untuk sekedar minta maaf pun tenggorokannya tercekat. "Kamu kenapa sih harus kaya gitu? Bikin orang khawatir aja?" Kinan terkesiap mendengar suara Shaka yang tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka. "Mmm ... m-maaf, Mas." Kinan menunduk sambil memainkan ujung kemeja yang dia kenakan. "Iya, tapi kenapa? Kamu kan bisa bilang dulu kalau mau nginep di tempat teman." Suara Shaka meninggi lagi. Sepertinya dia memang benar-benar kesal. "Kamu lagi kenapa, Kinan?" "Saya ...." Aduh, kalau ingat tentang hal yang membuatnya malu luar biasa itu, rasanya ingin menghilang saja saat ini."Ngambek gara-gara tahu siapa mantan pacarku?" Kinan seketika menutup wajahnya. Inilah saatnya dia diadili. Inilah saatnya Kinan menghadapi ra
Baca selengkapnya

Bab 28. Nikita.

Di kampus Kinan masih memikirkan aktifitasnya semalam bersama Shaka. Hampir saja dirinya menyerahkan diri seutuhnya pada pria itu. Untung saja semua terjeda. Pasalnya, dia belum yakin akan perasaannya pada Shaka. Baiklah, dia akui, dia mulai merasakan getaran di hati yang tak biasa pada suaminya itu. Mungkin dia mulai merasakan benih-benih cinta yang tumbuh. "Gimana dengan suami kamu, Kinan. Dia marah banget, ya?" tanya Lena saat keduanya menikmati makan siang di kantin. Semalaman Lena memikirkan Kinan dan suaminya. Melihat Shaka yang begitu marah, Lena merasa khawatir dengan sahabatnya itu. "Aman kok," jawab Kinan sambil mengulas senyum. "Cieh, ada yang dapat jatah kayaknya nih semalam," goda Lena."Nggak jadi. Ada gangguan. Eh!" Kinan buru-buru menutup mulutnya. Kenapa dia mengatakan hal itu pada Lena seakan dia kecewa semalam Shaka batal mencicipinya."Yah, sayang banget.""Udah, ah. Nggak mau bicara masalah itu." Wajah Kinan bersemu merah. "Kayaknya kamu udah mulai jatuh cinta
Baca selengkapnya

Bab 29. Minta Berduaan saja.

Hari berjalan dengan begitu cepat hingga kini tidak terasa sudah memasuki akhir pekan, hal itu membuat Kinan merasa jenuh. Dia yang biasanya selalu disibukkan dengan tugas-tugas kuliah kini waktunya sedikit senggang dan terasa membosankan, dia merasa perlu melakukan sesuatu hal yang membuatnya sibuk. Hingga tiba-tiba sebuah ide timbul di kepalanya, kenapa dia tidak membantu pekerjaan rumah saja. Sudah lama dia tidak menghabiskan waktu di dapur bersama Bi Imah dan Atun, mengobrol seperti dulu. Diliriknya Shaka yang masih tertidur di sampingnya. Saat hendak beranjak, tiba-tiba Shaka membuka mata. "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri kaya gitu, Kinan ... lagi mikirin apa, sih?" tanya Shaka sambil menyipitkan mata memandang ke arah gadis di sampingnya itu. "Mikirin yang semalem, ya? Mau lanjut?" Oh, Tuhan, pagi-pagi Kinan sudah harus menghadapi kemesuman Shaka. Kinan mendecak dalam hati. Pura-pura tidur rupanya dia. Jadi sejak tadi Shaka memperhatikan gerak-geriknya. "Nggak apa-apa, Mas .
Baca selengkapnya

Bab 30. Dia Pembantu.

"Kinan! Hei, Kinan!" panggil Shaka. Namun Kinan telah menghilang di balik pintu ruang laundry. Shaka pada akhirnya memilih untuk mengikuti Kinan kemanapun dia melangkah, dan membuat keributan di belakangnya. Kecuali di kamar Nyonya Rose, dia bersikap sopan dan tidak aneh-aneh pada Kinan. Semua itu dia lakukan tentu saja untuk mencari perhatian Kinan. Namun sayangnya apapun yang dia lakukan selalu saja diabaikan oleh gadis itu. Shaka jadi kesal sendiri. Dia ngambek dan pergi ke kamarnya lalu menutup pintu dengan keras sehingga Kinan yang ada di dapur bersama Bi Imah dan Atun pun terkaget-kaget. Dada Kinan berdebar kencang. Pasti Shaka marah karena dia terus mengabaikan pria itu. "Tuan Shaka ngamuk, Mbak," tutur Atun cemas. "Mendingan Mbak Kinan ke sana, deh." "Biarin ajalah, Tun." Kinan berusaha mengabaikan semua itu. "Jangan, Mbak. Kalau Tuan Shaka marah beneran itu ngeri." Atun berusaha membujuk Kinan. Dia ingat dulu sewaktu Tuannya itu marah pada Kinan, secara random Shaka ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status