Home / Pernikahan / Simpanan Tampan Wanita Mapan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Simpanan Tampan Wanita Mapan: Chapter 101 - Chapter 110

115 Chapters

Pikiran yang kacau

“Kenapa harus seperti ini?” gumam Lana pada dirinya sendiri.Dia kembali ke rumah dalam keadaan yang terguncang dan penuh penyesalan. Langkahnya terasa berat saat dia menapaki setiap ruangan, seperti beban besar melayang di atas pundaknya. Begitu masuk ke kamar mandi, dia langsung menuju wastafel dan menyalakan keran air.Dengan gemetar, Lana membasuh wajahnya berulang kali, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Air dingin menyentuh kulitnya, memberikan sedikit kelegaan dari kepanikan yang melanda. Namun, dalam kegelapan pikirannya, bayangan ciuman dengan Rudi masih menghantuinya, memenuhi dirinya dengan rasa bersalah yang tak terbendung.Dengan gemetar, dia mengambil handuk dan membasuh wajahnya berkali-kali, mencoba menghilangkan ingatan akan ciuman yang mengganggunya. Dia menggosok bibirnya dengan keras, seolah berharap dengan begitu dia bisa menghapus semua kenangan itu dari pikirannya.Namun, semakin dia mencoba menghilangkan ingatan tersebut, semakin kuat kenangan itu menyeruak k
Read more

Kepercayaan yang mulai hilang

Keesokan harinya, Lana terbangun di sofa ruang tamu dengan perasaan penuh kebingungan. Saat matanya terbuka, dia merasakan kepalanya pening dan matanya terasa lelah karena menangis semalaman.Segera setelah itu, kesadaran penuh kembali padanya. Dia teringat bahwa dia telah tertidur di sofa setelah Raka mengunci pintu kamar mereka semalam. Dengan gerakan cepat, Lana bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar dengan langkah terburu-buru.Namun, ketika dia sampai di kamar, ruangan itu terasa sunyi dan kosong. Tempat tidur mereka sudah rapi, tanpa tanda-tanda keberadaan suaminya. Sebuah kekosongan mendalam menyergap hati Lana, dan tubuhnya terasa lemas seketika.“Raka…!” teriak Lana berkali-kali. Dia menatap sekeliling kamar dengan perasaan campur aduk di dadanya. Kegelisahan dan kekhawatiran mulai menyusup ke dalam pikirannya.Dengan langkah gemetar, Lana membiarkan dirinya jatuh di atas tempat tidur yang kosong, membiarkan rasa sedih dan penyesalan memenuhi hatinya. Setelah beberapa
Read more

Gelombang emosi yang menghantam

“Semua hanya salah paham, Raka,” gumam Lana sambil menatap mata Raka sebelum pria itu mengalihkan pandangannya dan tidak pernah menoleh lagi.Lana merasa pukulan emosional yang begitu dalam, seperti ditelan oleh jurang kesedihan yang tak berujung. Matanya terasa pedih, hatinya remuk oleh kekecewaan dan ketidakpercayaan. Dia berdiri di tempat, terdiam, merasa kehilangan dan terluka.Tatapan dingin Raka dan senyuman puas Gabriella masih menghantuinya. Dia merasa seperti dihantam oleh gelombang emosi yang begitu kuat sehingga hampir tak bisa bernafas. Perasaannya bercampur-baur, dari kebingungan hingga kemarahan, dari kesedihan hingga keputusasaan.Dalam keheningan yang menyakitkan, Lana merasa sendirian. Dia berdiri di depan pintu kantor Raka, tetapi tidak ada tempat bagi dirinya di dalamnya. Hati dan pikirannya berantakan, mencari pemahaman atas apa yang baru saja terjadi.Dalam kebingungannya, dia memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan dirinya sendiri dalam pusaran emosi yang me
Read more

Saling menyatu

Ketika mobilnya memasuki halaman rumah, Lana merasakan hembusan angin malam yang sejuk menerpa wajahnya. Dia menatap ke depan, mencari kehadiran mobil Raka di garasi. Namun, dia hanya menemukan kekosongan yang menyedihkan.Dengan hati yang berat, Lana menghela nafas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk kesendirian yang menanti di dalam rumah yang sunyi. Langkahnya berat saat dia memasuki pintu depan, membiarkan gelapnya ruangan menyerap kekosongan yang terasa di hatinya.Tanpa menyalakan lampu, Lana berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya. Ruangan itu terasa sepi dan dingin. Dalam kegelapan, dia melemparkan dirinya ke ranjang dengan perasaan lelah yang menyelimuti setiap serat tubuhnya.Dalam kegelapan, Lana merasakan kehadiran seseorang di sebelahnya. Detik demi detik berlalu dalam keheningan yang mencekam, membuat hati Lana berdegup lebih cepat. Ketika dia merasakan aroma tubuh yang dikenalinya begitu baik, rasa kebingungannya semakin meningkat.Dengan ragu, Lana memaling
Read more

Mengakhiri segalanya

Lana merasa getaran kecemasan merayap di dalam dirinya saat melihat sorot kesedihan dan kepahitan dalam tatapan mata Raka. Perasaan itu membuatnya merasa tegang dan gelisah. “Terima kasih untuk semuanya, Lana,”Kata-kata itu terdengar begitu berat, penuh dengan makna yang lebih dalam dari yang bisa dia pahami. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang tegang, di mana rasa takut dan kebingungan saling berbenturan. Lana, dengan hati yang berdebar kencang, merasa seperti dia harus mengucapkan sesuatu, harus mengekspresikan semua yang dia rasakan, tetapi sebelum dia bisa membuka mulutnya, Raka sudah lebih dulu mengungkapkan keinginannya."Kita harus mengakhiri ini, Lana," kata Raka, suaranya rendah dan penuh dengan kepahitan.Kata-kata itu seperti sebuah pukulan langsung ke dalam hati Lana. Dia merasa dunianya runtuh di hadapannya. Tidak peduli seberapa banyak pertengkaran yang mereka alami, tidak pernah terbersit di benaknya bahwa Raka akan sampai pada titik ini. Hati Lana berdebar
Read more

Berpisah itu tidak mudah

"Lana, aku tidak ingin melukaimu lebih dalam lagi. Kita sudah mencoba, tetapi kenyataannya kita berdua tidak bisa lagi bersama-sama. Biarkan kita berpisah dengan baik-baik, untuk kebaikan kita berdua."Lana merasakan amarah yang membara di dalam dirinya ketika mendengar kata-kata Raka. Dengan suara yang gemetar dan penuh dengan histeris, dia bertanya, “Untuk kebaikan kita atau kebaikan kamu?”Raka menghela napas panjang, wajahnya terlihat tegang. Dia menatap Lana dengan berbagai macam perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. "Lana…”"Apakah mungkin keputusan ini kamu buat untuk kebaikanmu sendiri, Raka? Supaya kamu bisa bebas bersama dengan Gabriella?"Raka menghela napas panjang, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. Dia merasakan beban emosional yang begitu berat di pundaknya, karena dia tahu bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan membuat situasi semakin buruk. "Lana," panggilnya dengan suara yang tenang, meskipun ada gelombang emosi yang tersembunyi di dalamnya, "Aku sud
Read more

Tidak ada jalan untuk kembali

Raka menatap tajam Lana, tatapannya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan yang sulit disembunyikan. "Bagaimana kau bisa melakukan ini kepadaku dan Aiden, Lana?" desisnya dengan suara penuh amarah, matanya menyala dengan api kemarahan. "Apakah belum cukup bagimu untuk mengkhianatiku dan pernikahan kita dengan menjalin hubungan kembali bersamanya?"Lana merasa dadanya terasa sesak mendengar kata-kata suaminya itu. Dia menatap Raka dengan tatapan penuh penyesalan. "Raka, aku tidak pernah bermaksud menyakitimu atau Aiden," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kehancuran.Raka menatap Lana dengan penuh kekecewaan. "Kamu pikir aku bodoh, Lana?" bentaknya dengan suara gemetar. "Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri. Jangan mencoba membodohiku dengan alasan-alasan yang malah membuatku semakin...."Lana menyela, "Aku tidak berbohong, Raka," ujarnya dengan suara yang rapuh. "Apa yang kamu lihat di restoran itu, itu tidak seperti yang kamu kira. Semuanya hanya kesalahpahaman."Raka
Read more

Tidak ada yang bisa menggantikanmu

Lana merasakan beban yang tak terlukiskan di dadanya semakin berat ketika melihat Raka dan Aiden berdua. Meskipun berusaha menunjukkan wajah tenang, dalam hati, dia merasa hancur. Momen-momen seperti ini membuatnya semakin yakin bahwa keputusan yang akan dia ambil tidak akan mudah.Saat Raka mencium Aiden sebelum berangkat, Lana merasa seperti hatinya hancur berkeping-keping. Dia ingin menangis, ingin berteriak, tapi dia harus bertahan. Dia tidak bisa menunjukkan kerapuhannya di depan Raka, terutama di depan Aiden.Ketika Raka mendekatinya dan mencium pipinya, Lana hampir tak kuasa menahan air matanya yang ingin tumpah. Dia merasakan getaran perasaan campur aduk di dalam dirinya. Cinta, penyesalan, ketakutan, dan keputusasaan bersatu dalam satu rasa."Selamat pagi," kata Raka dengan senyum tipis yang mencoba menutupi ketegangan di antara mereka."Selamat pagi," jawab Lana dengan suara yang hampir bergetar.Aiden, yang tak menyadari keadaan tegang di antara kedua orang tuanya, tersenyu
Read more

Miami

Setelah percakapan yang menyakitkan di dalam mobil, Lana merasa semakin yakin bahwa keputusannya untuk meninggalkan Raka adalah yang terbaik bagi dirinya dan Aiden. Meskipun hatinya hancur, dia merasa bahwa dia harus melindungi dirinya sendiri dan anaknya.Ketika mereka tiba di kantor Raka, Lana berusaha menahan tangisnya saat berpisah dengan pria yang pernah dia cintai. Dia memberikan senyuman tipis, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya di balik topeng ketegasan.Setelah berpisah dengan Raka, Lana segera kembali ke rumah dan mulai mempersiapkan semuanya untuk pergi. Dia mengemasi beberapa barangnya dan Aiden, bersiap-siap untuk meninggalkan semua kenangan yang ada di rumah itu.Saat siang menjelang, Lana menjemput Aiden dari sekolah. Anak itu senang melihat ibunya datang menjemputnya. Namun, kegembiraannya segera reda saat Aiden menyadari bahwa papanya tidak ikut."Mama!" serunya gembira sambil berlari mendekati Lana.“Hai, Sayang,” sapa Lana sambil menggendong Aiden dan membawanya m
Read more

Pertemuan yang haru

Sudah hampir enam bulan sejak Lana dan Aiden pergi meninggalkannya. Setiap hari, Raka merasa kehidupannya terasa hampa dan menyakitkan. Awalnya, dia merasa marah atas kepergian mereka, tetapi seiring berjalannya waktu, perasaan itu berubah menjadi rindu yang mendalam. Raka menyadari bahwa dia sangat merindukan kehadiran Lana dan Aiden di dalam hidupnya.Mencari cara untuk menemukan mereka, Raka akhirnya memutuskan untuk menyewa detektif swasta. Setiap hari, dia menantikan kabar dari detektifnya, berharap bisa mendapatkan petunjuk keberadaan Lana dan Aiden.Setelah berbulan-bulan menunggu dengan sabar, akhirnya detektif memberikan kabar bahwa mereka telah menemukan keberadaan Lana dan Aiden."Apakah kamu sudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan?" tanya Raka tanpa bisa menyembunyikan kegelisahannya.Detektif itu mengangguk. "Ya, Pak. Saya telah berhasil menemukan alamat anak dan istri Anda."Raka merasakan lega yang begitu besar. "Bagus. Di mana mereka berada?"Detektif itu memberika
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status