All Chapters of Menjadi Tante dari Mantan Kekasihku: Chapter 61 - Chapter 70

101 Chapters

61 - Kamu Mau Aku Mendatangimu Sekarang?

Semua orang diam, bukan hanya Bening. Tindakan refleks Junar memberikan asumsi lain. Apakah Junar menyukai Bening? Apakah Junar menikung sahabatnya sendiri? "Suasana macam apa ini?" seloroh Janeta dengan nada menyindir. Hanya dia yang sikapnya terlihat santai. Benar-benar wanita yang sangat suka melihat wanita lain dilimpahkan kesalahan. Junar lupa dimana mereka sekarang. Sikapnya hanya sekedar pergerakan normal ketika melihat orang sedang dalam bahaya. Apalagi jarak diantara dia dan Bening hanya dua jejak langkah. Bagaimana bisa dia hanya diam?Menyadari tatapan resah dari Galih, dia segera melepaskan pegangan tangannya pada Bening. Cairan merah itu sudah tidak lagi terlihat namun perlu mendapat pengobatan ekstra. Biarkan saja Galih yang melakukan tugasnya. Dari pada nanti dia yang menjadi sasaran kemarahan sahabatnya itu. Galih belum juga bereaksi. Ada saat dimana dia menjadi pria yang memiliki ego tinggi. Kenapa dia tidak bisa menolong istrinya sendiri? Kenapa orang lain harus m
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

62 - Biar Aku Bantu Menyelesaikan!

"Nggak lucu," komentar Bening. Dia buru-buru menghapus air matanya, "aku nggak di Jakarta sekarang.""Kemana? Sama Om Galih?" tanya Genta. Dia baru ingat siapa Bening, "sorry, aku lupa. Kalau bukan sama Om Galih, sama siapa lagi?""Villa." Bening hanya menanggapi pertanyaan pertama. "Villa mereka banyak. Villa yang mana?""Yang pernah kamu datangi waktu sendirian," ucap Bening tanpa maksud apa-apa. Dia juga tidak menyadari sudah mengakui bahwa dia mencari tahu soal Genta pada asisten rumah tangga villa itu. "Pasti mbak Marni yang cerita kan?" tebak Genta. Hubungannya lumayan dekat dengan Marni, jadi pria itu jelas bisa menebaknya. "Kok kamu bisa tahu?""Karena hanya mbak Marni yang tahu gimana aku. Ngomong-ngomong kamu ke sana untuk honeymoon?"Bening menggeleng, lagi-lagi tanpa sadar dia merasa bicara langsung ada Genta. "Nggak. Kami liburan bareng maksudnya ada banyak orang. Kalaupun honeymoon kenapa aku malah telepon kamu?""Ya mungkin saja kalian sedang bosan melakukannya," can
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

63 - Kalian Kan Pasangan Yang Tak Terpisahkan

"Neta!" teriak Teo. Pria itu berlari ke arah Janeta dan tanpa sadar menyingkirkan Bening dari sana. "Kita ke rumah sakit sekarang!"Tanpa basa-basi, dia membopong istrinya untuk keluar dari sana, meninggalkan Bening yang dengan tatapan bersalah mengikuti mereka. Teo tidak mengerti kenapa wanita itu tidak diam saja di sana malah merecokinya. "Kalau kamu bisa berdiri di sana kenapa nggak buka pintu mobilnya?" teriak Teo geram. Bening terpaku dengan sikap ketus Teo. Padahal Teo bukan pria yang bisa marah padanya. "Maaf." Dia buru-buru membuka pintu tapi tangan kekar mendahuluinya. Ternyata Galih. Pria tua juga ikut memburu Teo tapi dia tidak terlambat menyamai mereka. "Biar aku yang menyetir," tukas Galih. Dia memalingkan muka pada istrinya, "kamu di sini saja. Tunggu aku!"Bening mengangguk patuh. Dia masih sempat melihat Teo yang meliriknya dengan kesal, berbeda dengan Janeta yang masih bisa mengejeknya dengan seringaian smirknya. Kendaraan roda empat milik Galih keluar dari carpor
last updateLast Updated : 2023-12-20
Read more

64 - Kamu Mau Bercerai?

Ketegangan itu semakin nyata ketika Bening menampar muka Galih. Matanya sudah berkaca-kaca, "Aku akan tidur di kamar lain, Mas. Kalau kamu butuh aku, datang saja!"Tanpa melihat suaminya lagi, Bening melangkah ke luar dari kamar. Yang dia tahu kamar yang masih kosong ada di samping kamar Teo dan Janeta. Dia hanya perlu memakai kamar itu untuk sementara waktu ini. Bening membukanya dengan gerakan cepat hingga menimbulkan suara gedebug yang lumayan keras. Dia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, menumpahkan segala hal yang menggunung di kepalanya. Bening tahu dia berhak marah atas tuduhan tidak berdasar suaminya tapi dia tidak bisa melakukannya. Kenyataan yang ada, dia memang menghubungi Genta dan sejenak lupa bahwa dia sudah bersuami.°°°Galih menghela napas kasar. Hanya menatap kepergian Bening ke kamar lain membuat dia marah pada dirinya. Kenapa dia harus mengatakan kalimat kejam itu? Apa yang sebenarnya ingin dia perjelas? Apa benar Galih ingin istrinya kembali ke pelukan mantan
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

65 - DASAR PRIA BODOH! ANAK BODOH!

"Kamu bilang apa tadi, Mas?" tanya Bening dengan suara tercekat. "Kamu pasti sudah mendengarnya. Aku akan membebaskan kamu untuk memilih. Entah pilihan apa yang akan kamu buat, aku akan coba terima," ucap Galih. Dia mulai berjalan ke arah pintu. Helaan napasnya tidak terdengar berat sama sekali. "Kalau kamu mau kembali sama Genta, aku setuju saja. Tidak masalah. Semuanya demi kebahagiaan kamu."'Dan kebahagiaanku hanya melihat kamu bahagia' sambung Galih dalam benaknya. Ditatapnya wajah istrinya dengan intens. Meskipun Bening terkejut, tapi wanita itu masih bisa mendengarkan ucapan konyolnya."Pergi dari kamar ini, Mas! Semakin lama kamu semakin ngawur," ucap Bening. Dia mulai masuk ke dalam sana, menyingkirkan Galih dari tempat yang bukan menjadi tempat tidurnya.Galih frustasi. Kenapa Bening tidak mengeluarkan semua uneg-unegnya? Pada kucing saja dia bisa mengatakan isi hatinya tapi kenapa dengan dirinya tidak? "Katanya kamu ingin bebas? Kenapa nggak pergi saja dan setuju dengan p
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

66 - Padahal Aku Menunggu Sampai Tengah Malam

"Kamu apakan Bening sampai dia menangis sesenggukan begitu?" hardik Karisma ketika melihat batang hidung anaknya dari ruang tengah. Wanita itu sudah menunggu kesempatan untuk melampiaskan amarahnya. "Bening datang ke sini, Ma?" tanya Galih dengan suara pelan. Dia tidak ingin duduk karena mamanya kelihatan sangat marah."Tadi dan sekarang sudah pulang. Mama membiarkan dia pulang ke rumah orangtuanya dari pada dia sakit hati terus kalau sama kamu," ketus Karisma. Dia duduk di permukaan sofa yang berwarna kecoklatan itu. "Duduk! Ngapain kamu berdiri? Berharap melihat dia di sini?"Galih tidak mengatakan apa-apa, dia menuruti perintah sang mama. "Baguslah kalau mama memintanya pulang. Dia pasti lelah.""Tentu saja. Lelah lahir batin. Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Sebentar-sebentar nggak mau kehilangan, besoknya lagi mau melepaskan. Kamu pikir Bening layangan putus yang bisa kamu oper ke sana kemari. Kalau kamu sudah mengatakan kata cerai, dia akan berpikir seribu kali untuk kembali,
last updateLast Updated : 2023-12-22
Read more

67 - Pesan Itu Sudah Terkirim Pada Nomor Bening

Ada rasa yang dirindukan? Tentu saja ... banyak! Galih bahkan tidak bisa membiarkan istrinya diam dalam gendongannya. Kini, mereka sudah berbaring, saling menindih dan cukup intens untuk melewatkan setiap jengkal tubuh mereka. Sampai pada detik dimana Bening mulai menarik paksa rambut suaminya. "Sakit, Sayang," bisik Galih. "Salah sendiri dari tadi main-main melulu," keluh Bening. "Step awal biasanya sangat panjang, Sayang.""Makanya, cepat sedikit, Mas. Bajuku saja masih terbungkus rapi," keluh Bening lagi. Kenapa dia bisa tidak sabaran? Mungkin efek tidak bertemu semalam dan juga pagi ini yang membuat wanita itu menggila.Galih terkikik geli, "Sejak kapan kamu jadi nggak jaim begini?""Sejak menikah sama kamu, si Om-om mempesona," goda Bening. Jari besar Galih mulai mencubit pangkal hidung istrinya. "Nakal ya?""Mas, mau dengar kelanjutan curhatanku pada sang kucing?""Em, jadi kamu pilih aku stop sampai di sini?" tanya Galih yang memberikan pilihan sulit. Kalau berhenti juga t
last updateLast Updated : 2023-12-23
Read more

68 - Orang Lain Lagi? Maksudnya Mbak Janeta?

Genta menundukkan kepalanya, mengendap-endap sampai menghilang ke arah pintu samping. Kalau saja cafe itu tidak punya pintu alternatif lain mungkin sampai detik ini dia masih ada di sana, duduk seperti orang bodoh. Detakan jantungnya tiba-tiba menggila. Dia yang tidak pernah bertemu dengan wanita itu lagi sejak insiden terakhir kalinya, tidak bisa berpikir jernih. Ada ketakutan dalam benak Genta. Apalagi Bening ada di sana. Pria itu mencari celah untuk masuk ke mobil tanpa ketahuan dari dalam sana. Pasalnya jendela kaca cafe transparan. Dari dalam maupun luar sama-sama bisa memperlihatkan keadaan. Ketika pria itu sudah duduk manis di belakang setir mobil, barulah dia bisa menghembuskan napas lega. "Kenapa dia bisa ada di sini?" gumamnya frustrasi. "Jangan sampai aku bertemu dengannya lagi karena masa lalu kelamku ada bersamanya. Ya Tuhan, kenapa aku harus khilaf waktu itu?"°°°Saat itu, ketika Genta masih berusia belasan tahun, di saat semua orang sedang sibuk mengamati area kamp
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

69 - Selamat Menikmati!

'Mampus aku!'"Sebenarnya aku memang sudah datang, tapi baru sampai depan. Kita berpapasan di area parkir tapi kamu nggak melihatku," jelas Genta panjang lebar. Terdengar berbelit-belit tapi dia harus memberi alasan sebelum Bening curiga. Bening mengangguk ragu. "Tapi emangnya kaca mobil Mas Galih terlihat dari luar sampai kamu bisa melihat Mbak Janeta." Dia tidak pernah menyadarinya. "Tentu saja. Lain kali aku akan menepati janjiku untuk makan bersama. Aku masuk dulu! Om Junar pasti marah kalau menunggu lama," ucap Genta mengalihkan perhatian. Bening tidak bisa menolak permintaan itu. Dia hanya perlu mengangguk dan mempersilahkan sang tamu untuk datang melapor pada atasannya. Bening sudah mengetahui apa yang akan mereka bicarakan. Tentu saja masalah launching tas kedua. Bening belum membuat sketsa gambar. Satu detailpun belum terpikirkan. Masalah dengan suaminya kemarin sempat membuat dia kesulitan berkonsentrasi. Dengan berbekal tekad kuat, wanita itu akhirnya memulai langkah pe
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

70 - Kenapa Dia Bisa Ada Di Sini?

"Kamu mau apa?" tantang Janeta pada Genta. Dia tidak takut. Selama dia ada di tempat umum, Genta tidak akan bisa melakukan sesuatu yang buruk padanya. "Bersenang-senanglah. Apalagi? Yang memulai permainan kan kamu, Mbak. Aku hanya melanjutkan," tandas Genta. Ruangan yang lebih mirip gudang itu penuh dengan debu. Bau busuk menyengat hidung mereka namun sama sekali tidak membuat Genta terpengaruh. Pria itu memaksa wanita itu untuk membuka pakaiannya, lebih tepatnya menarik paksa hingga bra berwarna merah itu terlihat samar. Andai saja di sana ada lampu penerangan, mungkin Genta bisa melihat bagaimana indahnya milik Janeta itu. "Diam, mbak! Mau sekeras apapun teriak, nggak akan ada gunanya. Lagian di sini gudang. Mana ada yang mau ke tempat begini?" tegas Genta. Dia mengambil kesempatan untuk mengikat kedua tangan Janeta ke belakang, ditariknya kursi kotor di sana. Dengan kasar dia mendudukkan wanita itu di permukaannya. "Sialan! Setidaknya berikan tempat yang bagus!" umpat Janeta.
last updateLast Updated : 2023-12-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status