Semua Bab Menjadi Tante dari Mantan Kekasihku: Bab 21 - Bab 30

101 Bab

21 - Saya Tidak Mau Jadi Sekretaris Bapak

Michelle, entah kenapa begitu sebal melihat Bening. Padahal Bening bukan orang yang bisa dia injak seenaknya. Hinaan yang dia dapatkan karena didepak dari perusahaan Galih yang notabene lebih besar dari perusahaan Junar, membuat dia tertekan. Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya. Dia pikir dia bisa hidup dengan bertahan di sana selama satu tahun, tapi kenyataannya dia tidak sanggup. Junar bukan tipe bos yang mudah diajak kerjasama. Justru Galih yang meskipun sering mengomel tapi sifatnya jauh lebih manusiawi. Ketegangan di hatinya semakin meningkat ketika melihat Bening datang ke Perusahaan Junar dengan tampang tidak bersalah. Lebih menyebalkan lagi saat Bening membalas ucapan kasarnya dengan senyum lembutnya. "Maaf, gara-gara saya kamu jadi kesulitan," ucap Bening. Dia sama sekali tidak marah, justru dia senang karena Michelle marah dengannya.Michelle kehabisan kata-kata. Seandainya Bening membalas dengan sama kejamnya, dia bisa dengan mudah menarik rambut wanita itu. "Sia
Baca selengkapnya

22 - Lupakan Kesukaan Genta

"BENING!" Teriakan Galih teredam oleh suara pengunjung yang lain yang juga terkejut melihat insiden itu. Bening sempat menutup matanya Sampai akhirnya dia membuka kelopak matanya itu dan mendapati seseorang bertubuh tinggi sedang menatapnya dari atas. Tubuh pria itu mencondong ke arahnya sementara tangan kanannya menggenggam gelas yang bisa saja meluncur ke kepalanya.Uluran tangan pria itu membuat Bening bangkit. Mereka saling diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya Galih mengambil alih tangan istrinya."Kamu nggak apa-apa?" tanya Galih cemas. Diperiksanya seluruh tubuh Bening dengan khawatir. "Nggak ada yang luka kan?"Bening menggeleng, dia cukup terkejut tapi sebatas itu. Lalu wanita itu mengalihkan pandangannya pada pria yang menolongnya tadi. "Terimakasih, Genta."Genta berusaha tersenyum tapi dia kesal melihat sikap Galih yang begitu protektif pada Bening. Padahal dia yang menolong mantan kekasihnya itu. "Kenapa Om selambat itu? Gimana kalau terjadi sesuatu pada Bening?" Sem
Baca selengkapnya

23 - Kamu Mau Kita Berhenti?

"Tapi hubunganku dengan Genta bukan mimpi, Mas. Kenapa Mas masih saja cemburu?""Aku juga nggak ingin cemburu tapi kamu yang membuatku selalu cemburu. Kenapa kamu masih ingat dengan kesukaan Genta? Kenapa? Apa nggak ada hal lain yang bisa kamu ingat dariku?" tanya Galih berapi-api. Dia tersulut emosi yang tidak memiliki tujuan. Padahal biasanya dia selalu bisa mengontrol emosinya dan jarang mengungkit masalah Genta. Bening yang sejak tadi duduk kini memilih untuk berdiri, "Aku ingat kamu suka semua makanan, Mas. Kamu juga selalu bersikap manis padaku. Kamu yang lembut, kamu yang terkadang bawel kalau aku melakukan kesalahan. Apa itu masih kurang cukup?""Itu bukan hal spesifik. Orangtua kamu juga akan berbuat begitu kalau kamu melakukan kesalahan," elak Galih."Maksudnya aku memposisikan diri sebagai anak kamu, Mas?""Benar. Kamu belum melihatku sebagai seorang suami. Kamu masih beranggapan aku hanyalah paman dari mantan kekasihmu. Aku hanya orangtua yang kebetulan menyukaimu," tanda
Baca selengkapnya

24 - Apa Saya Perlu Melaporkannya Pada Galih?

"Kamu yakin mau merambah dunia fashion. Nggak salah?" tanya Erika. Dia mendatangi Genta begitu dia mendengar kabar bahwa Genta ingin bekerja sama dengan perusahaan besar yang dia tahu perusahaan yang menampung mantan kekasihnya.Genta mengangguk, dia meminta Erika untuk duduk di sampingnya. Gedung berlantai dua yang hanya terisi puluhan karyawannya sudah lengang. Semua orang sudah pulang, hanya tinggal dirinya yang sibuk menelan cairan pekat dalam cangkirnya.Erika menyeruput kopi milik Genta tanpa permisi seperti sudah kebiasaan. "Kamu nggak takut bangkrut? Karyawan kamu saja baru beberapa biji tapi sudah berani mengambil resiko?"Genta terkekeh, "Justru karena aku mau berkembang, aku harus bisa memperbesar resiko kerugian. Kamu nggak tahu saja kalau perusahaan Junar sangat mendominasi pusat perbelanjaan. Tas koleksinya mampu bersaing dengan tas brand-brand luar negeri yang harganya puluhan kali lipat dari perusahaan Junar. Kalau aku bisa berhasil melalui kerjasama ini, aku bisa memb
Baca selengkapnya

25 - Ternyata Pak Genta Tidak Seprofesional Yang Saya Kira.

"Bapak sudah melanggar hak asasi pekerja saya," ucap Bening. Dia hanya bercanda berharap sang bos tidak mempermasalahkan kesedihan yang tiba-tiba hinggap di hatinya. Junar mengangkat bahunya, sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, dia berucap, "Memangnya saya meminta kamu push up seribu kali? Sudahlah. Saya juga tidak suka mencampuri urusan pegawai saya. Selamat bersedih ria. Tapi sampai rumah, saran saya lupakan saja masalah kantor. Kasihanilah Galih. Pria itu hanya sekali mencintai dan wanita beruntung itu adalah kamu."Bening juga tahu hal itu. Dia juga heran kenapa dia bisa terbawa suasana. Secepat kilat dia menghapus air matanya, lalu menaikkan sudut bibirnya. Tidak ada waktu untuk bersedih.°°°"Kamu harus banyak bersabar," tukas Junar pada seseorang di seberang sana.Galih berdehem, "Ada apa? Peringatan apa ini?""Em, peringatan mengenai istrimu. Aku bukannya mengadukan apa yang aku lihat, hanya saja sebagai teman aku ingin memberikan peringatan agar kamu lebih
Baca selengkapnya

26 - Kenapa? Mau Ikut Bersenang-senang?

"Bukan begitu, Bening. Perkenalkan ini Erika, salah satu rekan bisnis saya. Kali ini saya ingin mendengar pendapatnya," jelas Genta. Dia melirik Erika, "perkenalkan diri kamu."Erika mengulurkan tangannya untuk memberi salam pada Bening. Dengan enggan Bening menerima uluran tangan itu, "Saya Erika. Salam kenal. Saya selalu mendengar nama anda melalui Genta. Senang bisa bertemu dengan anda.""Saya Bening," jawab Bening singkat. Dia duduk dengan setengah kesal, "silahkan duduk, Ibu Erika. Semoga Pak Genta tidak membicarakan yang buruk-buruk mengenai saya."Erika tertawa renyah, sengaja menyombongkan keanggunannya. "Tentu saja tidak. Anda selalu baik di mata Pak Genta. Baginya anda kentut saja terasa indah. Bukan begitu, Pak Genta?"Genta menatap tajam Erika. Kenapa wanita itu membicarakan omong kosong yang memuakkan. "Ibu Erika yang terhormat, bisakah anda menyaring dulu ucapan anda sebelum dikeluarkan? Saya rasa anda cukup pintar untuk menyaring kalimat."Erika bukannya tersinggung, di
Baca selengkapnya

27 - Jangan!

"Bersenang-senang? Kamu gila?" Erika tertawa renyah, seorang wanita itu sangat khas jadi Bening bisa mengenalinya meskipun mereka hanya bicara melalui telepon. "Kenapa? Bukannya Genta masih single? Nggak ada salahnya kalau kamu bersenang-senang kan? Kalau kamu mau datanglah ke hotel 'Purnama' kamar nomor 123. Eh, sudah dulu ya, Bening. Genta sudah selesai mandi."Klik!"Mandi?" desis Bening. Bening tidak bisa tidur dengan tenang jika dia tidak menghentikan Genta. Dia bergegas ke parkiran kantor untuk mengambil mobilnya dan segera mengendarainya ke hotel yang dimaksud Erika tadi.Bening tidak terlalu yakin di mana lokasinya. Dia sempat mencari di map cara menemukan bangunan yang menurutnya terlalu kuno untuk sebuah hotel. Lokasinya Memang terlalu jauh dari pusat kota, hampir di area pinggir kota namun masih terbilang ramai.Bening memarkir mobilnya sembarangan, lalu turun dengan tergesa-gesa. Dia bertanya pada resepsionis di mana kamar nomor 123. "Ada di lantai lima, Bu," jawab wanit
Baca selengkapnya

28 - Aku Sudah Tidur Dengan Genta

Genta harus berterima kasih pada Erika karena berkat dia mengerjai Bening, mereka bisa berdua di dalam kamar hotel yang rencananya tidak hanya akan dia gunakan selama dua jam saja. Sebisa mungkin dia akan membuat Bening bertahan di sana hingga semalaman. Dengan begitu pamannya akan kebingungan mencari istri tersayangnya tidak pulang. "Kenapa kamu hanya diam di sana?" Genta mengisyaratkan pada Bening untuk duduk di sampingnya. "Ranjangnya empuk, kamu pasti akan nyaman tidur di sini."Bening mengigit bibir bawahnya karena gugup. Kakinya hampir tidak mau digerakkan karena dia takut. Ya Tuhan, kenapa penyesalan selalu datang di akhir cerita? Kenapa bukan tadi? Bening masih punya waktu untuk menolak permintaan Genta. Pria yang pernah menjalin hubungan dengannya itu semakin bersinar di bawah cahaya lampu. Bening tahu kalau Genta memang tampan, tapi setelah mereka berpisah dan Genta mulai sibuk berkarir rasanya ketampanan itu semakin nyata.Genta tidak sabar segera menarik Bening untuk dud
Baca selengkapnya

29 - Aku Nggak Tahu Kamu Senakal Ini, Mas

"Pelan-pelan. Aku nggak paham dengan apa yang kamu ucapkan, Bening. Satu-satu," tegas Galih. Dia sudah mengerti ucapan Bening tapi dia ingin mempertegas bahwa dia salah dengar. "Masuklah! Kita bicara di dalam."Bening menolak keinginan Galih untuk membawanya masuk karena dia merasa tidak benar jika masuk ke dalam rumah setelah apa yang dia lakukan. "Aku mengkhianati kamu, Mas. Jangan berbaik hati padaku. Aku istri yang jahat.""Aku yang akan menilai apakah kamu jahat atau baik. Masuklah!" pinta Galih sedikit memaksa. Ditariknya lengan Bening untuk masuk ke dalam. Mereka tidak berhenti di ruangan manapun, hanya berjalan lurus ke arah tangga.Ditutupnya pintu kamar mereka dengan pelan. Galih membawa istrinya untuk duduk ke tepian ranjang. Bening menolak menatapnya, dia hanya menunduk mengamati jarinya yang bergerak tidak karuan. Galih berusaha mencari celah agar istrinya tidak gegabah mengambil keputusan. Dia menatapnya mata Bening dengan lembut, "Ceritakan pelan-pelan.""Aku yakin ka
Baca selengkapnya

30 - Aaa, Tolong Jarimu, Mas!

Hari Sabtu yang tidak bisa dibiarkan berlalu begitu saja. Alih-alih berada di dalam kamar seharian bersama dengan Bening, Galih memilih menyelinap pergi. Dia tidak mengatakan akan pergi menemui siapa karena Bening pasti akan mencegahnya.Di sinilah dia, pria itu mencekal kepergian Genta, menarik Keponakannya dengan sekuat tenaga agar dia tidak kabur. Bukan kabur yang benar-benar kabur, tapi kabur untuk membicarakan masalah mereka."Sialan!" dengus Galih dengan napas memburu. Mata tajamnya tidak luput dari Genta. Meskipun dia ditarik paksa oleh Fitri karena wanita itu tidak terima perlakuannya, tapi Galih tidak mau diam saja."Apa-apaan kamu? Lepaskan!" teriak Fitri. Dia memukul muka Galih yang sudah merah padam karena amarah yang menumpuk semalam.Galih menghargai Fitri sebagai adik dari mamanya. Usianya juga tidak lagi muda dan dia seharusnya berkepala dingin. Tapi melihat Genta, dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Dia ingin menghabisi Genta meskipun nantinya dia berakhir di bali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status