All Chapters of Membalas Perselingkuhan Suami ASN: Chapter 141 - Chapter 150

219 Chapters

Bab 141 Ketahuan

"Mama." Sabrina langsung menghampiri mertuanya. Ia meraih tangan Jeni kemudian mencium punggung tangannya.Wajah Jeni tampak datar. Tak ada garis senyuman yang terukir."Kalian mau pergi?" tanya Jeni secara langsung."Iya, Ma." Jaka menjawab."Padahal Mama ada perlu sama, Jaka. Tapi kalau kalian sibuk, bisa lain kali saja," tutur Jeni.Sepertinya Sabrina terlihat tak enak hati. Hingga ia segera menimpali, "Tidak apa-apa, Ma. Biar aku sendiri saja yang antar Aksa kalau Mama ada perlu sama Jaka.""Sabi—" Jaka membeliak pada Sabrina."Tidak apa-apa, Yang. Sepertinya urusan Mama sangat penting. Kamu bisa pergi sama Mama. Biar aku yang akan pergi berdua dengan Aksa," potong Sabrina segera menjelaskan."Jaka, ayo. Mama ada keperluan penting sama kamu. Kita harus pergi sekarang. Mama tunggu di mobil." Masih dengan raut wajah datar, Jeni segera membalikan badan. Ia melangkah menuju kendaraan roda empatnya nampak acuh tak acuh.Sementara Jaka masih berdiri di teras rumah. Ia terlihat bingung.
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Bab 142 Terpaksa Menuruti Permintaan Mama

Siang ini Jaka terpaksa mengendarai mobil mamanya. Ia akan pergi le kantor guna menemui orang kepercayaannya untuk mencari Raisa. Orang-orang Jaka bak detective yang dengan mudahnya selalu mendapatkan keberadaan Raisa di mana pun.Jaka terpaksa harus memenuhi perintah mamanya. Ia paham, sedari dulu mamanya tak suka dibantah atau pun ditentang.Jaka nampak memasang earphone di telinganya. Sebelum ia sampai kantor, terlebih dahulu akan menelepon Sabrina."Hallo, Sayang." Suara Sabrina menyapa dengan lembut di balik sambungan telepon."Sayang, kamu di mana? Apa sudah ketemu Dokter?" Jaka bertanya terlebih dahulu. Pandangannya tetap fokus ke depan dan kedua tangan di atas setir."Aku baru saja sampai. Aku belum bertemu Dokter. Mungkin sebentar lagi. Kamu sendiri lagi di mana, Yang?" Sabrina berbalik tanya."Aku sedang ada meeting mendadak, Sayang. Pantas saja Mama sampai nyusul ke rumah. Maaf ya jadi gak bisa antar kamu," kata Jaka merasa bersalah karena terpaksa berbohong."Gak apa-apa,
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Bab 143 Mengakui Kesalahan

Nampaknya Jeni masih tertegun dengan penampilan Raisa dengan balutan pakaian muslimah serta hijab yang menutupi kepalanya. Wajah Raisa juga terlihat natural tanpa polesan make up."Mama ingin bicara berdua dengan Raisa," pinta Jeni. "Tidak, Ma. Aku akan temani Mama di sini," tolak Jaka. Sepertinya ia tak akan membiarkan Raisa bicara yang macam-macam pada mamanya."Jaka, Mama hanya ingin bicara berdua saja dengan Raisa. Tolong kamu mengerti." Jeni memaksa."Tapi aku harus memastikan setiap kalimat yang keluar dari mulut wanita ini, Ma. Tolong Mama mengerti perasaan aku." Jaka berbalik memaksa."Oke baiklah." Akhirnya Jeni mengalah. Ia segera duduk di sofa yang berseberangan dengan Raisa.Sementara Jaka memilih duduk di kursi yang lain, sedikit menjauhi Raisa."Kenapa Tante meminta bertemu dengan saya?" Raisa segera bertanya. Ia masih menunduk tak berani mengangkat wajah."Ada beberapa pertanyaan yang harus kamu jelaskan pada saya. Saya harap kamu jelaskan dengan jujur. Saya tidak suka
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Bab 144 Pergi ke Rumah Mertua

Jeni tercengang. "Kapan itu?" Ia segera bertanya untuk memastikan."Satu bulan lalu," jawab Raisa."Jadi anakmu sudah keguguran sebelum mengetahui siapa ayah biologisnya?" Jeni seakan tak yakin hingga ia bertanya sekali lagi.Raisa mengangguk. "Iya, Tante. Saya sudah tidak hamil. Kecelakaan itu bahkan menyadarkan saya bahwa kematian bisa menjemput kapan saja. Tante masih ingat kan, tempo lalu saya pernah datang ke sini untuk minta maaf pada Tante dan jaka. Tujuan saya benar-benar tulus minta maaf pada Jaka. Saya telah memerasnya. Saya ingin memperbaiki diri. Menyiapkan diri hingga ajal menjemput nanti," terangnya.Mendengar cerita Raisa, seketika dada Jeni terasa bergetar haru. Ia tertegun tak menyangka kalau wanita di depannya telah hijrah ke jalan yang lebih baik."Maafkan saya telah mengganggu waktu kamu, Raisa. Saya sempat berpikir yang buruk pada kamu," ucap Jeni terlihat seperti merasa bersalah."Tidak apa-apa, Tante. Saya tak merasa terganggu kok. Saya senang karena akhirnya se
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Bab 145 Permainan Panas di Sore Hari

"Kalian kapan datang?" Jeni menyapa anak dan menantunya."Aku baru saja datang, Ma. Mama sedang apa di sini? Sama wanita itu." Jaka kembali bertanya pada mamanya."Makan siang saja. Mama gak sengaja bertemu Raisa di sini. Gak direncanain ya makan siang bareng," jawab Jeni dengan santainya."Gabung saja yu," imbuhnya mengajak."Enggak usah, Ma. Aku dan Sabrina memang berniat pergi lagi kok. Kami pamit, Ma." Jaka menarik pelan tangan istrinya untuk segera pergi."Mas, tunggu," tahan Sabrina. Namun langkah Jaka tak bisa ditahan."Kita makan di tempat lain saja ya," tukas Jaka.Sabrina merasa ada yang aneh dengan pemandangan kali ini. Ia tak bisa membantah. Genggaman tangan Jaka cukup kuat hingga ia tak bisa kembali pada Jeni—mertuanya.Di meja itu, Raisa menjeda makannya. Ia mengusap wajahnya sendiri karena sempat tercengang."Tante, saya merasa tidak enak. Karena saya, Jaka tidak jadi makan di sini 'kan," keluh Raisa."Tidak apa-apa, Raisa. Kita 'kan tidak sengaja bertemu. Makan siang i
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Bab 146 Tes Kesuburan

Raut wajah Sabrina seketika layu. Ia merasa terkena bidikan peluru yang menancap jantung."Baru juga satu minggu, Ma. Memangnya proses kehamilan bisa secepat itu?" Jaka bertanya balik pada mamanya. Meski ia tak paham dengan kehamilan, tapi ia merasa kalau mamanya terlalu cepat mempertanyakan kehamilan pada Sabrina."Iya Mama tahu. Tapi 'kan satu minggu lumayan cukup untuk melakukan pembuahan. Kalian tidak memakai alat kontrasepsi 'kan?" Tatapan Jeni terasa menusuk ulu hati Sabrina. Sabrina kembali menurunkan tatapan. Ia tak berani menjawab apa-apa selain hanya bisa diam."Iya, tapi terlalu cepat, Ma. Tolong beri kami waktu, Ma." Jaka tetap berusaha membela istrinya di depan Jeni."Berapa lama? Satu bulan, apa satu tahun? Atau sepuluh tahun?" Jeni terdengar seperti menyindir.Seketika Jaka meraih tangan Sabrina. Pasangan pengantin baru itu saling mempererat genggaman tangan guna saling menguatkan."Beri kami waktu, Ma." Jaka kembali bersuara."Sampai kapan?" Jeni kembali bertanya. "Ma
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Bab 147 Hasil Tes Kesuburan Sudah Keluar

Sabrina melihat Raisa tengah menghapus air matanya sendirian. Sementara Sabrina nampak tak tega melihatnya."Mas, aku perempuan. Hanya kasihan pada Raisa. Dia pasti malu. Aku ke sana sebentar ya. Sebentar saja kok." Sabrina memasang wajah memelas pada suaminya.Jaka mana tega melarang. Akhirnya dia mengangguk tepaksa mengiyakan permintaan istrinya.Setelah mendapat izin dari sang suami, Sabrina segera melangkah menuju tempat duduk Raisa yang hanya beberapa meter saja dari tempat duduknya."Boleh saya duduk." Sabrina meminta izin pada Raisa.Wanita di depan Sabrina itu nampak mendongak mendengar suara dari Sabrina."Sabrina." Raisa segera mengeringkan air matanya dengan beberapa lembar tissue di depannya."Boleh duduk?" tanya Sabrina kembali meminta izin."Silahkan." Suara serak Raisa mengiyakan.Sabrina segera duduk setelah mendapat izin dari Raisa."Maaf kalau saya ikut campur. Saya yakin kamu tidak nyaman dengan perlakuan wanita tadi. Kami melihat dengan jelas wanita tadi telah melu
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Bab 148 Lima Bulan Pernikahan

Sabrina tampak berjalan dengan langkah yang cepat. Dia menuju kendaraan roda empat milik Jaka yang sudah menunggu."Maaf sedikit lama ya, Mas." Sabrina merasa tak enak karena telah membiarkan suaminya memunggu."Tidak apa-apa, Sayang." Dengan penuh perhatian, Jaka segera memasangkan safety belt pada istrinya."Terima kasih, Yang," ucap Sabrina.Jaka mengulum senyum manis, kemudian segera melajukan kendaraan roda empatnya.Terlihat raut wajah yang berbeda. Jaka menyadari itu. Ia segera bertanya pada Sabrina yang duduk di sampingnya,"Kamu kenapa, Yang? Kok wajah kamu terlihat tegang begitu."Sabrina berusaha mengukir senyum. "Aku takut, Yang," jawabnya resah."Takut kenapa?" Dengan pandangan yang fokus ke jalan raya, Jaka bertanya lagi.Berbeda dengan Sabrina yang masih menatap suaminya. Tatapan Sabrina kali terlihat berat bercampur sendu."Kenapa?" Jaka bertanya lagi. Sebelah tangan kirinya diletakan di atas punggung tangan Sabrina."Yang, bagaimana kalau hasil tes nanti membuat kamu
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Bab 149 Malam Yang Menyedihkan

"Maaf kalau Mama bertanya seperti ini lagi. Lima bulan apakah tidak cukup untuk melakukan pembuahan. Apa Sabrina belum juga memperlihatkan tanda-tanda kehamilan?" Jeni bertanya lagi dengan kalimat yang panjang. Wanita paruh baya itu tampak sendu. Nada bicaranya juga pelan. Nampak berat."Aku belum tahu, Ma. Besok kami akan cek ke Dokter ya. Siapa tahu saja Sabrina sudah hamil," balas Jaka. Ia segera meraih kedua tangan mamanya."Ma, mau 'kan bersabar lagi?" imbuhnya seraya menatap wajah mamahnya dengan tatapan tak enak."Mama akan bersabar. Tapi Mama mohon jangan terlalu lama. Kamu kan tahu, sudah lama sekali Mama menginginkan cucu," lirih Jeni."Tapi, bagaimana kalau ternyata Sabrina tak bisa memberikan anak untuk kamu. Kamu ini anak tunggal, Jaka. Siapa yang akan meneruskan perusahaan nanti. Siapa yang akan mewarisi semua aset. Siapa yang akan meneruskan perjuangan almarhum papa kamu," lanjut wanita paruh baya itu. Pasang maniknya yang sudah berkaca-kaca terlihat mulai meneteskan b
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Bab 150 Kecewa Yang Ke Sekian Kalinya

Degh!Jantung Sabrina terasa berhenti memompa. Ia terkejut tatkala mendengar perbincangan mertuanya lewat sambungan telepon. Langkahnya tertahan di tengah-tengah ruangan.Sabrina mendengar mertuanya berkeluh kesah pada seseorang lewat benda pipih yang ditempelkan pada telinganya.Sabrina segera membendung kesedihan yang tiba-tiba menghampiri. Ia merasa sedih karena masih saja tak mampu memberikan kebahagiaan pada mertuanya.Tak mau berlama-lama dalam kesedihannya, Sabrina segera menuju ruang makan. Ia akan mempersiapkan sarapan untuk suaminya.Selesai menyiapkan sarapan, Sabrina melihat senyuman pada mertuanya yang baru saja datang menghampiri. Namun senyuman itu terlihat dipaksakan."Sudah selesai ya masaknya?" Sekedar basa-basi Jeni menyapa menantunya."Sudah, Ma. Sarapan yu," balas Sabrina dengan ramah. Ia tetap berusaha tenang walau dalam hati tengah kacau.Seperti biasanya, sarapan dilakukan dengan sedikit canda tawa. Jaka yang baru saja selesai berpakaian segera bergabung. Wajah
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
22
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status