Semua Bab Rahim Sewaan Billionaire: Bab 121 - Bab 130

206 Bab

Season II: Meredith & Steven

Season II Sedikit dongkol, Meredith mau juga ke rumah sakit untuk menjenguk Lily bersama dengan Steven. “Aku tidak memberi tahu Nyonya Margot aku berhubungan denganmu. Jujur saja, aku belum siap mengatakan itu semua.” Steven kali ini menyetir mobil Meredith. Dia menoleh dan menatap Meredith sekilas. “Kau tidak mau berhubungan denganku yang mantan napi?” tanya Steven. “Aku maklum kalau kau merasa buruk dengan statusku itu.” “Bukan ....” Meredith menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku hanya tidak ingin kalau nanti kita putus, aku harus menjelaskan panjang lebar kepada nyonya.” Steven menghela napas, “Aku hanya pikir itu karena statusku. Kalau begitu, terima kasih.” “Kenapa kau berterima kasih?” tanya Meredith, matanya melebar. “Karena kau tidak mempermaslahkan statusku,” jawab Steven ragu. “Percayalah, Mer, selama aku di sel, aku berjanji setelah keluar akan lakukan apa pun agar kita tetap bersama.” Steven menggenggam jemari Meredith. “Aku tersanjung,” ucap Meredith, matan
Baca selengkapnya

Season II: Bimbangnya Lily

Season II“Sebenarnya, aku tidak ingin kakakku kembali ke dalam hidupku, Steve.” Lily mengatakan itu sambil melamunkan kelakuan kakaknya sebelum dia pergi. Mata Steven membesar, “Kalau kau ingin aku berhenti, maka aku tidak akan mencaro lagi.” Lily tersenyum, “Tapi, aku merasa dia adalah satu-satunya saudara kandungku. Dan aku harus menjaganya selama yang aku bisa.” “Tidak ada yang bisa memaksamu, Lily, bahkan kakakmu sendiri. Kalau memang kau tidak mau dia kembali. Maka, aku tidak akan mencarinya lagi.” Lily menatap Steven sesaat, lalu menarik napas, “Mudah-mudahan, apa yang aku lakukan ini benar. Kalau pun kakakku masih hidup dan berhasil kau temukan, semoga dia insyaf, tidak akan mengulangi kesalahannya.” “Jadi? Kau tetap ingin mencarinya?” Lily mengangguk meski ragu menyelimuti hatinya. “Baik kalau begitu, aku akan coba lagi kalau dalam beberapa hari belum ada balasan.” Steven diam beberapa saat. “Soal ini tolong jangan beritahu Axel dulu. Aku yang nanti akan memberitahuny
Baca selengkapnya

Season II: Pikiran Kalut

Season IIKesedihan dalam hati Axel masih seperti badai, menggulung dan menghantan dengan hebat. Begitu keluar dari ruang rapat, air mata Axel tidak bisa dibendung lagi. “Bagaimana bisa mereka hanya bisa bilang seperti itu dengan enteng!” Axel berteriak di koridor rumah sakit. “Harusnya mereka bisa menyelidiki siapa saja stafnya yang terlibat. Bukan bertanya kepada kita, dispensasi apa yang kita mau!” Sementara, Lily mendengarnya di balik pintu. Matanya membesar, apa yang terjadi, sampai Axel marah besar begini? “Sudah, Axel, kendalikan emosimu, ini di rumah sakit,” peringat Nyonya Margot. Steven yang ada di dekat Axel membantunya meredakan emosi. Mengusap punggung lelaki itu. “Ada baiknya, kau duduk dulu, Bro,” katanya dengan lembut. “Ada yang ingin aku ambilkan?” tanyanya. Axel menatap Steven dari samping. “Bisa ambilkan aku minuman yang berat?” suara lelaki itu gemetar.Steven melempar pandangan ke arah Meredith. Wanita itu mengangguk, sepeti mengizinkan Steven mencari minuma
Baca selengkapnya

Season II: Mengintai

Season IIBeberapa hari berjalan, Axel, Steven dan Tom masih mencari orang yang menggali kuburan untuk anaknya. “Terakhir dia ada di sini, tapi ....” Tom menjambak rambutnya, kesal dan gemas jadi satu. “Dia menghilang?” tebak Steven. “Jadi, selama ini apa kau pernah menemui di mana tempat tinggalnya?” tanya Axel penasaran, di sini panas, dan dari tadi mereka hanya bolak balik saja tanpa ada tujuan yang jelas. “Kita kembali ke hotel,” suruh Axel kemudian. “Aku tidak mau kita hanya ada di jalanan seharian tidak ada kejelasan.” Steven menurut kepada Axel. Mungkin dia punya ide yang lebih cemerlang. Axel kebanyakan menganalisa apa yang sudah Tom dapat hampir satu minggu pencariannya. Axel juga menjabarkan dengan menuliskannya di buku. “Jadi, aku sudah banyak menganalisa pencarian ini. Dan, ada saatnya dia ... maksudku yang menculik anakku ada di kota A lalu ke kota B. Aku pikir Tom melakukan pengintaian dan dia mengetahuinya. Jadi, setiap kali dia merasakan ada yang mengikuti dia b
Baca selengkapnya

Season II: Pesona Steven Meluluhkan Wanita

Season IILean harus berhati-hati, itu pesan yang selalu dikatakan oleh sepupunya. Dahinya mengerut menatap Steven. Apakah harus diterima atau tidak? Lean berpikir terlalu keras. Dia tidak mau kehilangan bayi itu, meski hanya diminta merawat saja. Namun, senyuman Steven menggodanya. Dan tidak mungkin dia tolak. Terus terang saja, sejak perceraian yang terakhir, Lean merindukan belaian lelaki. Dan tangisan seorang anak. Kalau sepupunya menitipkan anak, bisa menjadi hiburan untuknya. Tapi kalau merindukan belaian lelaki? Tidak ada yang bisa menggantikannya. Kecuali ... dia mendekati Steven. “Jadi?” pertanyaan itu memecah kesunyian antara Steven dan Lean. “Oke, kau bisa mulai bekerja besok,” Lean berkata, lalu bersalaman dengan Steven. “Ngomong-ngomong, namaku Lean. Steven tersenyum lebar, “Ah, terima kasih kau sudah mempercayaikju.” “Ini semua karena kau adalah sahabat dari penjual hotdog itu,” kata Lean sambil terus mendekat ke arah Steven. Lelaki itu tentu saja menghindar. “Te
Baca selengkapnya

Season II: Rencana Taktis Pria Tampan!

Season II“Ah, lama sekali kau, jadi aku meninggalkanmu tadi. Aku kepanasan di tempat parkir!” omel Axel. Steven semringah, seperti habis dapat sesuatu. “Kenapa kau tersenyum begitu?” tanya Axel. Tom sedang memerhatikan keduanya mengobrol atau berdebat? Steven mengeluarkan foto yang tadi dia ambil. “Apa ini anakmu?” Axel menganga sambil memandangi foto itu. Beberapa saat dia mengerjap lalu mengeluarkan ponselnya yang ada di saku celana. “Aku akan mencocokkan dengan yang aku lihat ketika itu.”“Kau menyimpan fotonya di ponsel?” tanya Steven. Tom mendengus, “Kalau kau menyimpannya. Kenapa tidak beritahu aku? Itu bisa membuat penyelidikanku lebih mudah.” Axel tidak bereaksi apa pun, hanya mendelik ke arah Tom. “Harusnya kau lebih banyak berusaha,” omel Axel lalu menarik napas. “Aku tidak mau berdebat lagi denganmu.” Steven memberi tanda ke arah Tom, menggeleng, seperti bilang, jangan melanjutkan perdebatan. “Apa mirip?” tanya Steven berhati-hati. “Ya, mereka mirip, ini adalaah
Baca selengkapnya

Season II: Keputusan Steven

Season IISatu hal yang ada dalam pikiran Steven saat ini, bagaimana caranya membawa lari anak ini? Apakah Steven harus berpura-pura menaksir Lean, seperti kata Tom dan Axel. Sial sekali memang demi misi ini Steven harus dekat dengan Lean ....Bayi itu tampak nyaman dalam buaian Dale. Dia tertidur begitu saja. “Ah, kau ini mudah sekali tertidur,” goda Dale membuat Lean menggigit bibir bawahnya, saking gemas. “Apa kau ... menikah, Dale?” tanya Lean pelan, suaranya hampir tidak terdengar. Karena Dale meletakkan Charlotte di strollernya. “Tidak ...” Steven seperti tertegun. Lalu menatap Lean. “Untuk saat ini aku belum menikah,” jawabnya, Steven pikir ini bisa memancing Lean agar tertarik dengannya. Apa benar yang dikatakan Tom, Lean tertarik dengannya? “Pacar mungkin?” tebak Lean lagi. “Mana ada yang mau berpacaran dengan mantan napi seperti aku.” Wajah Lean bersemu merah jambu, menatap Steven dengan berbinar. Ini kesempatan. KESEMPATAN! Pekiknya dalam hati. Astaga! Steven memaki
Baca selengkapnya

Season II: Strategi, Strategi dan Strategi

Season II“Harusnya kau berhati-hati, walau pun itu dengan karyawan di kantormu sendiri,” peringat Jack. Melihat Lean repot membereskan kamar, mengganti seprei dan menyalakan lilin aroma terapi. “Semoga dia menyukainya,” timpal Lean, tersenyum ke arah Jack. “Bagaimana menurutmu?”“Aku bilang, kau harus hati-hati. Ingat, kita tidak bisa sembarangan menerima atau mengobrol dengan seseorang. Anak itu dititip di sini karena kau menyukai bayi.” Mata Lean berbinar menatap ranjang yang sudah dia tata sedemikian rupa. Membayangkan Dale yang ada di sana, tanpa busana, dengan lekukan perut yang berotot. Lean ingat kemarin lengan atasnya saja sudah menggiurkan, apalagi tubuhnya secara keseluruhan. “Dia baik-baik saja,” jawab Lean, “Memangnya apa yang perlu diwaspadai dari dia?” Jack mendengkus, kesal dengan sepupunya ini. “Kalau sampai anak itu hilang, aku akan menjamin, kau akan mati di tanganku sendiri.” Lean menoleh ke arah Jack. “Kalau begitu bawa anak itu sekarang juga! Malam ini. Kau
Baca selengkapnya

Season II: Eksekusi Membawa Lari Bayi Axel

Season II Bree meremas kertas yang ada di genggamannya. “Sial” umpatnya. “Apa? Apa yang sial?” tanya Wanda melihat Bree sangat kesal. Saat ini Bree masih dirawat di rumah sakit. “Kau tahu, kan, dokter bilang kau tidak boleh terlalu cemas dan marah. “Ya, aku tidak akan marah kalau ...” Dada Bree naik turun, tidak sanggup berkata lagi. “Oh, aku ingin membunuhnya saat ini,” desisnya, tangannya ada di dadanya yang berdegub sangat kencang. “Hei, kau bisa menjelaskannya kepadaku,” kata Wanda dengan santai. “Kau ingat, kan, begitu kau membawa anak sialan itu aku langsung melakukan tes DNA. Dan kau tahu, DNA anak itu tidak cocok denganku. Golongan darahnya pun tidak sama.” Bree menarik napas seperti ingin menjelaskan lebih jauh ke Wanda. “Memang Axel dan Lily tidak ....” Wanda memperagakan dengan kedua tangan, seperti orang berciuman. “Harusnya tidak! Aku dan Axel hanya meminjam rahim Lily, bibitnya dariku dan Axel. Tapi, apa kau lihat ini?” Bree menyodorkan hasil pemeriksaan DNA. “Dia
Baca selengkapnya

Season II: Kembali Pulang

Season II“Terima kasih untuk semuanya,” ucap Lean sambil memeluk Dale dengan erat. “Aku tahu kau begitu baik padaku.” Meski gugup, Dale menyiapkan senyuman yang terbaiknya untuk Lean. “Ya, tentu saja,” ucap Dale lalu membalik badan, senyumannya lebar sambil menatap Lean.. “Kau mau sarapan? Aku jago sekali membuat telur.” “Iya, boleh,” jawab Lean sambil menguap dan berjalan ke meja makan. “Semenjak aku dititipi bayi aku selalu mengantuk.” “Begitu?” kata Dale duduk di samping Lean, menepuk pelan pundaknya. “Sarapan saja dulu,” ucap Dale. “Mau aku suapi?”Lean mengangguk dan membuka mulutnya. Dale menyuapi dengan sabar. Dalam beberapa menit, Lean tertidur di meja makan. Dale memastikan kalau Lean tertidur dengan pulas. Ada pesan yang datang dari Tom: Dia sudah bersamaku, sibuk dengan segala gim yang baru.“Bagus!” Steven lantas bergegas, menggendong bayinya dengan hati-hati. Mengambil beberapa barangnya lalu setengah berlari keluar dari rumah. ***“Jalan, sekarang,” ujar Steven m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
21
DMCA.com Protection Status