Home / CEO / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Wanita Tawanan 1 Juta Dolar: Chapter 1 - Chapter 10

125 Chapters

Bab 1: Dijual Teman Sendiri

Pandangan Lola mulai kabur. Hingar bingar kemeriahan diskotik malam itu terdengar menjauh. Berkali-kali dia mengerjapkan mata, menjaga agar kesadarannya tetap terjaga. Tanpa terasa gelas minumannya terlepas dari genggamannya dan pecah berkeping-keping."Aduh! Sakit sekali!" keluh Lola seraya memejamkan mata."Lola, apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa?" Suara seorang wanita yang dia kenal baik mengalun di telinganya. Namun tak bisa menghalau pening yang menderanya saat ini."Pusing sekali! Kepalaku rasanya juga sangat sakit!" rintih Lola tak kuat menahan sakit."Mungkin kamu terlalu banyak minum. Tunggulah sebentar lagi ya. Temanku masih dalam perjalanan. Kamu coba sandarkan diri di sofa saja," bujuk Virginia, teman wanita Lola itu.Lola akhirnya menuruti keinginan Virginia. Dia merayap dan menyandarkan kepalanya di sofa. Berharap semuanya akan kembali normal seperti sedia kala sembari menunggu teman Virginia datang.Jika saja bukan karena bujukan Virginia yang meminta ditemani bert
Read more

Bab 2: Sudahkah Berguna Hari Ini?

Lola berjalan terpincang-pincang di lorong hotel. Dia terlalu khawatir ada orang suruhan Noah yang akan mengejarnya, sehingga kakinya terkilir saat dia mencoba berlari. Lola masih mengatur napasnya dan bergegas menuju lift untuk turun ke lantai satu."Hampir saja aku mengalami kejadian buruk," gumamnya. "Kenapa harus pria itu lagi?"Lola berusaha merapikan diri agar dia tidak dicurigai oleh para pegawai hotel. Walau wajahnya masih pucat, tapi Lola sudah merasa lebih baik. Sementara itu, Luther ternyata masih duduk merenung di sofa lounge hotel. Entah mengapa sejak dia menyerahkan gadis itu pada Noah, ada perasaan menyesal di dalam hatinya. Dia merasa gadis itu terlalu baik untuk dipersembahkan pada Noah, lelaki tua bejat yang sering main wanita.Ada rasa tak rela yang menggelayut di hati. Itulah yang menyebabkan sedari tadi Luther tak beranjak dari hotel. Pikirannya bercabang menjadi dua kubu; antara meninggalkan gadis yang baru dibelinya untuk Noah, atau membawa gadis itu ke mansionn
Read more

Bab 3: Semua Mengkhianatinya

"Boleh aku masuk sekarang?" tanya Lola yang merasa pegal sudah berdiri dalam waktu yang cukup lama."Yeah, tentu. Masuklah." Nada bicara Max entah mengapa terlihat kurang meyakinkan.Lola tidak banyak bertanya lebih lanjut. Dia sibuk memperhatikan sekelilingnya, sambil memeriksa apakah ada sesuatu yang mencurigakan di kamar itu. Max langsung membereskan sofa yang terlihat agak berantakan, kemudian mempersilahkan Lola untuk duduk."Mau jus, teh, atau kopi?" tanya Max kemudian.Lola mengernyit bingung. "Bukankah kamu sudah tahu biasanya aku meminum apa?"Max kali ini tertawa kikuk. "Ya ampun. Aku bertanya karena kupikir kamu ingin memilih minuman yang lainnya. Baiklah, aku buatkan dulu cappucino untukmu."Max menghilang menuju ke dapurnya untuk menyiapkan minuman. Hal ini dimanfaatkan Lola untuk berkeliling lagi mencari bukti kecurigaannya. Kali ini, Lola menemukan adanya tas selempang kecil milik wanita tersimpan di dekat sisi tempat tidur Max.'Tas siapa ini? Aku tahu ini bukanlah tas
Read more

Bab 4: Menjadi Tawanan Luther

Lola perlahan membuka matanya. Dia merasa kebingungan mendapati tempatnya berada bukan lagi di dalam apartmentnya. Tapi dia berada di tempat lain yang masih asing. "Di mana aku?" Matanya tertuju di satu titik saat Luther sedang menatapnya dengan tatapan tajam, memperhatikan melalui meja kerjanya. Lola terperanjat kaget."Kamu! Kenapa aku ada di sini?" Lola panik bukan main. Luther tak beranjak sedikit pun dari mejanya."Aku masih ada urusan yang belum selesai denganmu!" sergah Luther marah. Tatapannya sangat menusuk, seakan bisa langsung mencabik gadis itu saat itu juga.Tubuh gadis itu mendadak gemetar. Hawa mencekam mulai melingkupinya. Situasi ini sangat menyulitkan untuk Lola. Dia merasa keselamatannya terancam saat ini. Apalagi Lola sempat melarikan diri sebelumnya."Urusan apa? Aku sudah tidak ada urusan denganmu!" tampiknya cepat.Segurat seringai jahat terukir di bibir Luther. Dia kemudian mulai bangkit dari tempatnya. Langkahnya perlahan, namun sangat membuat Lola bertamba
Read more

Bab 5: Standarisasi Luther

Perkataan Luther membuat Lola melongo. Dia sampai terus berpikir apa yang salah pada dirinya sehingga membuat Luther muak. Setelah kepergian Luther, kedua wanita lain masih mendiamkannya. Namun di antara mereka, Lilian lah yang lebih banyak bicara."Lihat, berkat sikapmu yang tidak berpendidikan membuat Tuan Luther marah," gerutu Lilian. "Aku heran. Apa sih yang Tuan Luther lihat darimu sehingga mau membawamu ke mansion ini?"Lola tidak mempedulikan ucapan Lilian. Dia terlalu malas menimpalinya. Mata Lola beralih menatap Barbara yang masih tenang menghabiskan makanannya. Dia menyadari jika Barbara adalah mantan aktris dan bintang iklan televisi pada tahun 2000-an. Lilian terlihat kesal karena Lola tidak menggubrisnya. Dia langsung berdiri dari tempatnya dan menggebrak meja di dekat Lola."Kau kurang ajar! Kau tidak menghormati aku yang lebih senior darimu? Aku ini Lilian, wanita yang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi nyonya di mansion ini!" bentaknya. "Aku wanita yang dijodo
Read more

Bab 6: Hantu Mansion

Lola membenci kehidupannya saat ini. Menjadi tawanan Luther, berarti harus menyerahkan segala hal tentang dirinya kepada Luther. Termasuk hak untuk berpakaian. "Omong kosong apa ini?" Lola yang frustasi itu langsung mengacak rambutnya.Kemudian dia terdiam. Hatinya diliputi oleh keraguan. Apakah kehidupannya akan baik-baik saja kedepannya? Ataukah kehidupannya akan menjadi semakin rumit dan penuh bahaya jika dia masih tertawan di istana itu?"Ibu, aku sangat merindukanmu," isaknya. "Andai saat itu aku bisa memberikan salam perpisahan. Andai aku bisa berkeluh kesah kepadamu. Sesungguhnya aku begitu ingin bertemu."Entah mana yang terburuk. Kehidupan beberapa tahun silam ataukah saat ini? Bagi Lola semuanya sama-sama neraka dunia. Dia mengecek handphonenya. Walaupun sudah putus hubungan dengan sahabat maupun kekasih, namun Lola masih diam-diam memata-matai media sosial milik mereka."Lihatlah orang lain, begitu bahagia setelah mencampakkanku," gumamnya miris. "Virginia selalu berfoya-f
Read more

Bab 7: Diam-diam Memperhatikan

Bayangan seorang pria bertubuh tinggi perlahan masuk ke dalam kamar Lola. Pria itu mendekat sedikit demi sedikit tanpa suara, seolah tak ingin jika keberadaannya diketahui oleh Lola. Sekaligus dia juga tak ingin Lola sampai terganggu tidurnya.Seketika langkahnya mendadak berhenti. Dia tersentak saat Lola tiba-tiba berbalik posisi. Ketika dia yakin Lola masih tertidur pulas, baru dia berjalan lagi cukup dekat dengan sosok gadis yang sedang tertidur nyenyak itu."Syukurlah dia tidak terbangun. Kulihat hari ini tidurnya tenang. Tidak seperti kemarin. Kemarin dia sangat gelisah," gumam pria itu hampir berbisik. Matanya beralih memperhatikan pakaian tidur Lola. Rupanya Lola membenci baju tidur baru yang dia belikan. Gadis itu memilih tidur dengan pakaian yang sudah dia kenakan hampir seharian."Apakah seleraku tidak ada yang cocok dengannya? Mungkin aku harus bertanya pada Barbara atau Lilian mengenai selera berbusana mereka," gumamnya lagi.Pria itu ternyata adalah Luther yang selama ini
Read more

Bab 8: Wanita Pengganti

Luther sudah bersiap menyimpan kantung belanjaannya di kamar Lola.Dia penasaran bagaimana reaksi Lola setelah menerima hadiah baru darinya."Bagaimana respon gadis itu, ya? Apakah dia senang? Atau justru sebaliknya?"Belum sempat dirinya berganti pakaian, handphone tipisnya terdengar berdering. Dengan malas, Luther mengangkat teleponnya itu."Iya, Jer. Ada apa?""Bos, maaf mengganggu waktu istirahat Anda. Tapi saya baru saja mendapatkan kabar dari sekretaris Tuan Noah. Katanya Tuan Noah ingin segera bertemu dengan Anda,"Luther menggigit bibirnya. Entah ini pertanda baik atau justru buruk untuk dirinya. Apalagi setelah apa yang terjadi sebelumnya."Jam berapa Tuan Noah meminta bertemu denganku?""Pukul sebelas malam, di 416 South Spring Street, Downtown Los Angeles.""Baiklah. Sampaikan kepada Tuan Noah, aku akan menemuinya malam ini. Sekalian tolong siapkan hadiah pemintaan maafku untuk Tuan Noah. Antarkan hadiahnya ke mansion.""Baik, Bos."Luther berkali-kali menghela napas. Dia ti
Read more

Bab 9: Malam Panas Virginia

Pria itu mengecup punggung tangan Virginia, terus menanjak maju sampai ke atas. Virginia terkekeh geli."Kita baru saja bertemu. Anda sepertinya sudah tidak sabar ya," ucapnya.Noah menghentikan aktivitasnya. Dia memberikan senyuman miringnya pada wanita itu."Aku sangat senang bertemu denganmu. Makanya aku sangat antusias. Ternyata kamu tidak mengecewakanku," ucapnya. Dia kini beralih mencium pipi sang wanita."Oh, saya juga senang bertemu dengan Pak Dewan," ucap Virginia, terkekeh sedikit begitu sentuhan Noah menggelitik indra perasanya."Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Panggil aku Noah." Noah menghujani leher jenjang Virginia dengan kecupan brutal, sedikit memberikan tanda kepemilikan di kulit bersih wanita itu."Ups, apakah saya tidak dipersilahkan untuk duduk? Jangan terburu-buru. Mungkin sedikit mengobrol dan anggur?" Virginia menawarkan. Noah tertawa. Dia merasa senang karena wanita di hadapannya sangat bisa mencairkan suasana."Ide bagus."Noah menuntunnya untuk duduk
Read more

Bab 10: Upaya Menggoda Luther

"Halo, Luther? Iya, ada apa?" Barbara mengangkat teleponnya ketika dia tengah makan malam. Lola maupun Lilian menoleh ke arah Barbara, sedikit menguping pembicaraan."Kamu tidak akan pulang ke mansion malam ini? Ada masalah pekerjaan? Baiklah. Aku akan memberitahukan pada semuanya. Kamu akan kembali besok malam? Baiklah."Mendengar pembicaraan itu, Lola merasa jengkel. Karena dia lagi-lagi tidak memiliki kesempatan untuk bertemu Luther. Padahal dia sangat ingin mengadukan perihal penyusup yang masuk ke dalam kamarnya kemarin.Barbara menutup teleponnya. Dia kembali melanjutkan makan malam. Sementara Lilian malah ribut sendiri."Tuan Luther tidak akan kembali? Padahal jelas-jelas dia baru saja datang. Tapi sekarang harus pergi lagi. Pekerjaannya akhir-akhir ini sepertinya sangat sibuk sekali," komentar Lilian.Tak ada lagi yang bicara setelahnya. Mereka kembali melanjutkan makan malam. Lilian sempat merasa kesal dengan sikap Luther yang cuek padanya. Tiba-tiba dia menemukan sebuah ide.
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status