Home / CEO / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Bab 2: Sudahkah Berguna Hari Ini?

Share

Bab 2: Sudahkah Berguna Hari Ini?

Author: Yumiharizuki
last update Last Updated: 2023-09-11 13:37:38

Lola berjalan terpincang-pincang di lorong hotel. Dia terlalu khawatir ada orang suruhan Noah yang akan mengejarnya, sehingga kakinya terkilir saat dia mencoba berlari. Lola masih mengatur napasnya dan bergegas menuju lift untuk turun ke lantai satu.

"Hampir saja aku mengalami kejadian buruk," gumamnya. "Kenapa harus pria itu lagi?"

Lola berusaha merapikan diri agar dia tidak dicurigai oleh para pegawai hotel. Walau wajahnya masih pucat, tapi Lola sudah merasa lebih baik. Sementara itu, Luther ternyata masih duduk merenung di sofa lounge hotel. Entah mengapa sejak dia menyerahkan gadis itu pada Noah, ada perasaan menyesal di dalam hatinya. Dia merasa gadis itu terlalu baik untuk dipersembahkan pada Noah, lelaki tua bejat yang sering main wanita.

Ada rasa tak rela yang menggelayut di hati. Itulah yang menyebabkan sedari tadi Luther tak beranjak dari hotel. Pikirannya bercabang menjadi dua kubu; antara meninggalkan gadis yang baru dibelinya untuk Noah, atau membawa gadis itu ke mansionnya saja.

"Ayolah, Luther! Kau harus memilih! Sudah cukup lama kau duduk di sini, sementara banyak urusan yang mesti diselesaikan!" gerutunya pada diri sendiri.

Luther benar-benar menjadi orang bingung. Tidak biasanya dia bingung seperti ini hanya karena seorang gadis. Sejujurnya Luther sekarang merasa tertarik pada gadis yang dibelinya. Karena hanya gadis itu yang berani menamparnya padahal mereka baru saja bertemu.

"Ah, baiklah. Aku akan coba bicara pada Tuan Noah untuk menukar gadisnya dengan gadis lain." Luther bertekad.

Ketika dia mendongak, siluet dari seorang gadis terlihat baru saja melewatinya. Luther terus memperhatikan sang gadis yang kini sudah berada di luar hotel. Dia merasa familiar dengan gadis yang dilihatnya.

"Ah, tidak mungkin. Mana mungkin gadis itu," sangkalnya.

Luther akhirnya naik menuju ke kamar Noah. Dia memencet bel berkali-kali namun dari dalam sana tak ada respon sama sekali. Tidak ada suara apa pun terdengar dari dalamnya.

"Aneh. Apa yang terjadi? Apa mereka tidak mendengar? Tapi tidak mungkin." Luther merasakan ada kejanggalan di sana.

Dia akhirnya kembali ke resepsionis, dan meminta tolong agar dibantu membukakan pintu kamar Noah. Walaupun itu dianggap melanggar privasi, tapi karena dirasa ini keadaan urgent, akhirnya pegawai hotel menyetujuinya. Begitu terkejutnya mereka saat mendapati Noah dalam keadaan pingsan tanpa menggunakan sehelai benang pun dengan kepalanya yang terluka. Sementara gadis itu tidak ditemukan di dalam kamar.

"Apa yang terjadi ini? Tolong panggilkan ambulance!" teriak Luther panik.

***

Lola berhasil keluar dari hotel dengan susah payah. Kini, dia harus menuju ke trotoar untuk menyetop taksi yang lewat. Untungnya, Lola tidak perlu menunggu terlalu lama karena taksi itu lewat kurang dari lima menit.

"Antarkan ke 1188 Mission, Pak!" ucap Lola cepat.

Taksi itu akhirnya meninggalkan kawasan hotel. Lola merasa lega bisa pulang ke rumah. Namun sekujur tubuhnya masih tremor. Lola rasa bukan karena dinginnya AC di taksi itu. Tapi karena trauma yang beberapa tahun lalu dia rasakan kembali muncul.

Kilasan memori traumatis kembali hadir secara bergantian di dalam ingatan Lola. Peristiwa saat ayah tirinya yaitu Noah Wilson tega merenggut kesuciannya sampai membuat dirinya menanggung trauma seumur hidup. Belum lagi adanya janin yang harus digugurkan dan segala prosesnya yang terasa sangat menyakitkan hingga saat ini.

Kejadian buruk itulah yang terus menghantui sampai detik ini, membuat kehidupannya hancur dan penuh bayang-bayang trauma. Itu juga yang membuat Lola harus pergi dari rumah, meninggalkan ibu yang sangat dia sayangi tanpa kata-kata.

Lola tercekat saat sopir taksi memanggilnya, mengembalikan dirinya ke realita. Lola membayar ongkos taksi dan dengan cepat langsung menuju ke kamar apartmentnya. Lola mengunci pintu dan membenamkan diri di tempat tidurnya.

"Ya Tuhan, mengapa kejadian buruk itu kembali menimpaku? Apa dosaku, Tuhan?" desah Lola sembari berbisik pilu.

Air mata lolos dari matanya. Ia biarkan tangis itu menyeruak, membiarkan semua emosi keluar bersamaan dengan air mata. Lola sangat lelah dengan semua ini. Bahkan tanpa terasa, kesadarannya beralih ke alam mimpi.

Lola sudah merasa tenang ketika dia tertidur dalam waktu beberapa jam. Hatinya masih menolak percaya dengan perbuatan Virginia yang tega menjualnya. Lola bahkan mencoba untuk menghubungi Virginia namun wanita itu tidak kunjung mau mengangkat teleponnya.

"Ayolah, Virginia! Kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Aku hanya membutuhkan penjelasan darimu!" ujar Lola yang kini menggigit bibir bawahnya, gemas.

Lola kembali menghubungi Virginia lagi. Entah sudah ke berapa kalinya dia mencoba menelepon Virginia hari itu.

"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau diluar jangkauan. Silahkan tinggalkan pesan."

Lola berdecak kesal. Dia sampai melempar handphonenya ke tempat tidur. Frustasi sekali saat itu. Lola kini mencoba mengecek media sosial milik Virginia. Dia yakin jika media sosial milik Virginia masih akan aktif dan tidak akan pernah dimatikan.

Benar saja. Lola menemukan post terbaru di media sosial itu. Satu postingan yang sangat jelas menjawab semuanya. Di mana Virginia memposting beberapa foto selfie dan juga foto cek yang di blur di beberapa bagian. Terakhir ada foto uang tunai yang sangat banyak di post oleh Virginia disertai caption yang melengkapi.

[Lihatlah, kawan! Detik ini juga aku kaya mendadak! Ini semua berkat kawan baikku yang sangat berguna. Jadi, sudahkah kalian berguna untuk orang lain hari ini?]

Hati Lola kembali ngilu dengan postingan Virginia itu. Seolah dia memposisikan Lola sebagai barang yang bisa berguna untuknya.

"Jadi selama ini kau anggap aku begitu, Virginia? Kau hanya memanfaatkan aku untuk kepentinganmu sendiri. Aku pikir hubungan pertemanan kita ini tulus," ungkapnya getir.

Lola benar-benar tidak bisa mempercayai kawan baiknya lagi. Dia juga merasa jika sebenarnya dia sangat membutuhkan pertolongan saat ini. Tapi ke mana dia harus menuju? Sementara tak ada rumah lain yang bisa dia tuju.

"Aku harus telepon Max. Mungkin dia bisa membantuku!"

Lola langsung mencari kontak Maximilan Jones, yang merupakan kekasihnya. Kini harapan itu muncul kembali. Dia terus menunggu Max akan mengangkat panggilan darinya. Namun sama seperti Virginia. Max juga susah sekali dihubungi.

"Max, ayolah! Angkat teleponku!"

Sudah lebih dari lima panggilan Lola lakukan. Sampai pada akhirnya dia jadi merasa kesal sendiri. Lola memutuskan untuk meninggalkan apartmentnya dan pergi menuju ke apartment Max yang masih satu kawasan dekat dengan Universitas San Francisco.

"Max, Halo? Aku Lola! Buka pintunya!" seru Lola yang sudah berkali-kali memencet tombol bel. "Ke mana sih dia? Max! Buka pintunya!"

"Lola? Kau datang?" Max akhirnya membuka pintu setelah membiarkan Lola menunggu di luar dengan cukup lama.

Entah mengapa Lola merasakan ada hal yang berbeda dari kekasihnya itu. Dia justru terlihat kaget begitu melihat Lola datang, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Related chapters

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 3: Semua Mengkhianatinya

    "Boleh aku masuk sekarang?" tanya Lola yang merasa pegal sudah berdiri dalam waktu yang cukup lama."Yeah, tentu. Masuklah." Nada bicara Max entah mengapa terlihat kurang meyakinkan.Lola tidak banyak bertanya lebih lanjut. Dia sibuk memperhatikan sekelilingnya, sambil memeriksa apakah ada sesuatu yang mencurigakan di kamar itu. Max langsung membereskan sofa yang terlihat agak berantakan, kemudian mempersilahkan Lola untuk duduk."Mau jus, teh, atau kopi?" tanya Max kemudian.Lola mengernyit bingung. "Bukankah kamu sudah tahu biasanya aku meminum apa?"Max kali ini tertawa kikuk. "Ya ampun. Aku bertanya karena kupikir kamu ingin memilih minuman yang lainnya. Baiklah, aku buatkan dulu cappucino untukmu."Max menghilang menuju ke dapurnya untuk menyiapkan minuman. Hal ini dimanfaatkan Lola untuk berkeliling lagi mencari bukti kecurigaannya. Kali ini, Lola menemukan adanya tas selempang kecil milik wanita tersimpan di dekat sisi tempat tidur Max.'Tas siapa ini? Aku tahu ini bukanlah tas

    Last Updated : 2023-09-11
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 4: Menjadi Tawanan Luther

    Lola perlahan membuka matanya. Dia merasa kebingungan mendapati tempatnya berada bukan lagi di dalam apartmentnya. Tapi dia berada di tempat lain yang masih asing. "Di mana aku?" Matanya tertuju di satu titik saat Luther sedang menatapnya dengan tatapan tajam, memperhatikan melalui meja kerjanya. Lola terperanjat kaget."Kamu! Kenapa aku ada di sini?" Lola panik bukan main. Luther tak beranjak sedikit pun dari mejanya."Aku masih ada urusan yang belum selesai denganmu!" sergah Luther marah. Tatapannya sangat menusuk, seakan bisa langsung mencabik gadis itu saat itu juga.Tubuh gadis itu mendadak gemetar. Hawa mencekam mulai melingkupinya. Situasi ini sangat menyulitkan untuk Lola. Dia merasa keselamatannya terancam saat ini. Apalagi Lola sempat melarikan diri sebelumnya."Urusan apa? Aku sudah tidak ada urusan denganmu!" tampiknya cepat.Segurat seringai jahat terukir di bibir Luther. Dia kemudian mulai bangkit dari tempatnya. Langkahnya perlahan, namun sangat membuat Lola bertamba

    Last Updated : 2023-09-11
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 5: Standarisasi Luther

    Perkataan Luther membuat Lola melongo. Dia sampai terus berpikir apa yang salah pada dirinya sehingga membuat Luther muak. Setelah kepergian Luther, kedua wanita lain masih mendiamkannya. Namun di antara mereka, Lilian lah yang lebih banyak bicara."Lihat, berkat sikapmu yang tidak berpendidikan membuat Tuan Luther marah," gerutu Lilian. "Aku heran. Apa sih yang Tuan Luther lihat darimu sehingga mau membawamu ke mansion ini?"Lola tidak mempedulikan ucapan Lilian. Dia terlalu malas menimpalinya. Mata Lola beralih menatap Barbara yang masih tenang menghabiskan makanannya. Dia menyadari jika Barbara adalah mantan aktris dan bintang iklan televisi pada tahun 2000-an. Lilian terlihat kesal karena Lola tidak menggubrisnya. Dia langsung berdiri dari tempatnya dan menggebrak meja di dekat Lola."Kau kurang ajar! Kau tidak menghormati aku yang lebih senior darimu? Aku ini Lilian, wanita yang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi nyonya di mansion ini!" bentaknya. "Aku wanita yang dijodo

    Last Updated : 2023-09-11
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 6: Hantu Mansion

    Lola membenci kehidupannya saat ini. Menjadi tawanan Luther, berarti harus menyerahkan segala hal tentang dirinya kepada Luther. Termasuk hak untuk berpakaian. "Omong kosong apa ini?" Lola yang frustasi itu langsung mengacak rambutnya.Kemudian dia terdiam. Hatinya diliputi oleh keraguan. Apakah kehidupannya akan baik-baik saja kedepannya? Ataukah kehidupannya akan menjadi semakin rumit dan penuh bahaya jika dia masih tertawan di istana itu?"Ibu, aku sangat merindukanmu," isaknya. "Andai saat itu aku bisa memberikan salam perpisahan. Andai aku bisa berkeluh kesah kepadamu. Sesungguhnya aku begitu ingin bertemu."Entah mana yang terburuk. Kehidupan beberapa tahun silam ataukah saat ini? Bagi Lola semuanya sama-sama neraka dunia. Dia mengecek handphonenya. Walaupun sudah putus hubungan dengan sahabat maupun kekasih, namun Lola masih diam-diam memata-matai media sosial milik mereka."Lihatlah orang lain, begitu bahagia setelah mencampakkanku," gumamnya miris. "Virginia selalu berfoya-f

    Last Updated : 2023-09-20
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 7: Diam-diam Memperhatikan

    Bayangan seorang pria bertubuh tinggi perlahan masuk ke dalam kamar Lola. Pria itu mendekat sedikit demi sedikit tanpa suara, seolah tak ingin jika keberadaannya diketahui oleh Lola. Sekaligus dia juga tak ingin Lola sampai terganggu tidurnya.Seketika langkahnya mendadak berhenti. Dia tersentak saat Lola tiba-tiba berbalik posisi. Ketika dia yakin Lola masih tertidur pulas, baru dia berjalan lagi cukup dekat dengan sosok gadis yang sedang tertidur nyenyak itu."Syukurlah dia tidak terbangun. Kulihat hari ini tidurnya tenang. Tidak seperti kemarin. Kemarin dia sangat gelisah," gumam pria itu hampir berbisik. Matanya beralih memperhatikan pakaian tidur Lola. Rupanya Lola membenci baju tidur baru yang dia belikan. Gadis itu memilih tidur dengan pakaian yang sudah dia kenakan hampir seharian."Apakah seleraku tidak ada yang cocok dengannya? Mungkin aku harus bertanya pada Barbara atau Lilian mengenai selera berbusana mereka," gumamnya lagi.Pria itu ternyata adalah Luther yang selama ini

    Last Updated : 2023-09-22
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 8: Wanita Pengganti

    Luther sudah bersiap menyimpan kantung belanjaannya di kamar Lola.Dia penasaran bagaimana reaksi Lola setelah menerima hadiah baru darinya."Bagaimana respon gadis itu, ya? Apakah dia senang? Atau justru sebaliknya?"Belum sempat dirinya berganti pakaian, handphone tipisnya terdengar berdering. Dengan malas, Luther mengangkat teleponnya itu."Iya, Jer. Ada apa?""Bos, maaf mengganggu waktu istirahat Anda. Tapi saya baru saja mendapatkan kabar dari sekretaris Tuan Noah. Katanya Tuan Noah ingin segera bertemu dengan Anda,"Luther menggigit bibirnya. Entah ini pertanda baik atau justru buruk untuk dirinya. Apalagi setelah apa yang terjadi sebelumnya."Jam berapa Tuan Noah meminta bertemu denganku?""Pukul sebelas malam, di 416 South Spring Street, Downtown Los Angeles.""Baiklah. Sampaikan kepada Tuan Noah, aku akan menemuinya malam ini. Sekalian tolong siapkan hadiah pemintaan maafku untuk Tuan Noah. Antarkan hadiahnya ke mansion.""Baik, Bos."Luther berkali-kali menghela napas. Dia ti

    Last Updated : 2023-09-23
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 9: Malam Panas Virginia

    Pria itu mengecup punggung tangan Virginia, terus menanjak maju sampai ke atas. Virginia terkekeh geli."Kita baru saja bertemu. Anda sepertinya sudah tidak sabar ya," ucapnya.Noah menghentikan aktivitasnya. Dia memberikan senyuman miringnya pada wanita itu."Aku sangat senang bertemu denganmu. Makanya aku sangat antusias. Ternyata kamu tidak mengecewakanku," ucapnya. Dia kini beralih mencium pipi sang wanita."Oh, saya juga senang bertemu dengan Pak Dewan," ucap Virginia, terkekeh sedikit begitu sentuhan Noah menggelitik indra perasanya."Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Panggil aku Noah." Noah menghujani leher jenjang Virginia dengan kecupan brutal, sedikit memberikan tanda kepemilikan di kulit bersih wanita itu."Ups, apakah saya tidak dipersilahkan untuk duduk? Jangan terburu-buru. Mungkin sedikit mengobrol dan anggur?" Virginia menawarkan. Noah tertawa. Dia merasa senang karena wanita di hadapannya sangat bisa mencairkan suasana."Ide bagus."Noah menuntunnya untuk duduk

    Last Updated : 2023-09-25
  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 10: Upaya Menggoda Luther

    "Halo, Luther? Iya, ada apa?" Barbara mengangkat teleponnya ketika dia tengah makan malam. Lola maupun Lilian menoleh ke arah Barbara, sedikit menguping pembicaraan."Kamu tidak akan pulang ke mansion malam ini? Ada masalah pekerjaan? Baiklah. Aku akan memberitahukan pada semuanya. Kamu akan kembali besok malam? Baiklah."Mendengar pembicaraan itu, Lola merasa jengkel. Karena dia lagi-lagi tidak memiliki kesempatan untuk bertemu Luther. Padahal dia sangat ingin mengadukan perihal penyusup yang masuk ke dalam kamarnya kemarin.Barbara menutup teleponnya. Dia kembali melanjutkan makan malam. Sementara Lilian malah ribut sendiri."Tuan Luther tidak akan kembali? Padahal jelas-jelas dia baru saja datang. Tapi sekarang harus pergi lagi. Pekerjaannya akhir-akhir ini sepertinya sangat sibuk sekali," komentar Lilian.Tak ada lagi yang bicara setelahnya. Mereka kembali melanjutkan makan malam. Lilian sempat merasa kesal dengan sikap Luther yang cuek padanya. Tiba-tiba dia menemukan sebuah ide.

    Last Updated : 2023-09-26

Latest chapter

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 125: Akhir Yang Bahagia

    "Jadi kita bulan madunya ke sini?" Lola menoleh memperhatikan sekeliling. "Iya, lagipula sudah lama 'kan kau tidak mengunjungi makam orang tuamu?" Luther menurunkan sekeranjang bunga dari mobil.Mereka pun berjalan beriringan menuju ke dalam kompleks pemakanan, tempat Tuan Harris, yaitu ayah kandung Lola terbaring selama bertahun-tahun. Lola pun hampir lupa kapan terakhir kalinya dia mengunjungi makam ayahnya tersebut.Di atas makam itu rupanya sudah banyak bunga yang bertebaran. Belum lagi kondisi makamnya terawat sekali. Lola mengernyit sejenak. Siapa yang sudah mengunjungi makam ayahnya? Setahunya, ayahnya sudah tak memiliki keluarga lagi di Amerika. "Kalian itu bagaimana? Tidak ada kah keluarga yang mengunjungi makam ini? Makamnya benar-benar tak terurus. Aku gemas sekali melihatnya." Luther memprotes pelan.Lola menoleh pada suaminya tak percaya. "Jangan-jangan kau yang .... "Luther hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil. "Sudahlah, jangan pikirkan. Ayo tabur

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 124: Pernikahan

    "Omong kosong apa itu, Cassandra? Cepat pergi dari sini!" bantah Luther cepat.Cassandra tak mau beranjak dari tempatnya. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum orang-orang mengetahui kebenarannya!"Para wartawan kembali mulai bergumam, saling membicarakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Cassandra dan Luther. Cassandra sengaja mengambil alih microphone dan mulai berbicara."Jadi para hadirin, Luther ini seorang pria bermulut manis. Dia membuangku setelah kekasih lama yang meninggalkannya kembali lagi. Aku diusir dari mansion, begitu juga dengan perempuan yang lain yaitu Barbara dan Lilian!""Hey! Apa yang kau katakan? Aku tidak .... " Luther mencoba merebut microphone nya, tapi Cassandra dengan gesit menyembunyikannya."Harusnya aku yang kau nikahi, bukan wanita yang sudah mencampakanmu! Kenapa kau malah memilih dia?" Cassandra mulai melakukan dramatisasi. Dia tiba-tiba menangis tersedu."Cassandra!" Luther merasa Cassandra sudah berlebihan dalam bersandiwara. Hal itu membuat opin

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 123: Konferensi Pers

    Wajah Luther mulai merah padam. Lola sedikit mencibir perilaku Luther itu."Kau memang si Raja Tega! Apa pun kau lakukan demi tujuanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Ya! Aku akui saat itu aku bodoh, Lola! Aku memang Raja Tega!" Luther menggertakkan giginya. "Hal itulah yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidup. Karenanya aku harus kehilangan segalanya, termasuk kekasihku Abby."Luther berubah muram dan begitu terluka. Raut keputusasaan terpancar di wajahnya. Lola yang asalnya menghakimi Luther kini berubah terenyuh melihat pria itu."Coba kalau dulu aku tidak nekat melakukan itu. Aku pasti tidak akan kehilangan dia. Dia pun tidak akan kehilangan hidup dan masa depannya karena aku!""Luther .... "Luther mulai frustasi. Rasa sedih dan bersalah kembali menghantam jiwanya. Dirinya bahkan berurai air mata di hadapan Lola, menandakan memang sebegitu menyesalnya dia akan sikapnya di masa lalu."Abby! Maafkan aku! Maafkan aku si pria bodoh ini!" Luther tersedu di tempatny

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 122: Kejujuran Luther

    Lola menelan ludahnya. Tenggorokan nya terasa sakit dan perih pada saat itu."Abigail. Dia wanitamu juga, 'kan? Kau ... sudah membunuhnya, bukan?"Tanpa diduga, Luther langsung menerjang Lola. Lola melotot dan napasnya mulai tersengal saat dia merasakan cekikan erat tangan Luther di lehernya. Dirinya begitu tak percaya jika laki-laki yang saat ini sebenarnya masih dia percayai tega mencekiknya seperti itu."Tahu apa kau soal dia? Jika kau tidak tahu apa-apa, jangan seenaknya bicara!"Lola terbatuk-batuk di tempatnya. Air mata mulai berlinang. Luther dengan kasar melepaskan Lola dan duduk kembali di sofa dengan wajahnya yang kalut."Apa yang aku tidak tahu? Kau akan dengan mudah membunuh dia, seperti kata Barbara! Aku juga menemukan banyak bukti di handphone dan emailmu!"Luther sama sekali tak menanggapi Lola. Dia menutup wajahnya yang kalut itu. Lola pun melanjutkan ucapannya lagi."Kau juga bahkan ... sampai hati mencekikku! Melukaiku seperti ini! Apa tidak cukup hanya Abigail? Kau

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 121: Pertanyaan

    Lola berhasil menemukan tempat baginya untuk bermalam selama beberapa waktu. Hatinya masih berkecamuk dan bingung. Apakah jalan yang dia tempuh kali ini adalah benar?"Jadi ... kapan aku harus menemuinya? Apa yang harus aku katakan padanya?"Meskipun keraguan menghinggapinya kini, tapi karena sudah terlalu jauh akhirnya Lola tetap pada tujuannya yang awal. Dia berniat untuk menemui Luther sesudah makan malam keesokan harinya."Semoga saja dia ada di mansion. Apa reaksi Luther jika ... dia melihat kedatanganku ke sana?"Dengan terus menguatkan hatinya, Lola pun menaiki taksi menuju ke kawasan mansion elit di San Francisco itu. Gemuruh di dada tak dapat hilang semenjak tadi. Malam itu dia berhasil sampai di mansion yang pernah menaunginya selama beberapa lama."Terima kasih, Pak. Berhenti di sini saja."Lola menyodorkan uang lembaran ke pengemudi taksi. Dia sengaja berhenti cukup jauh dari mansion Luther hingga harus berjalan ke sana. Dari jauh dia melihat ada banyak pria berbaju formal

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 120: Wanita Simpanan Baru

    Lola sudah memikirkan segalanya matang-matang. Dia benar-benar menginginkan dirinya untuk kembali ke Amerika sekaligus bertemu dengan Luther setidaknya untuk terakhir kali. Dia sadar jika apa yang telah dilakukannya ini pasti akan membuat keluarganya khawatir.'Sudahlah. Untuk apa aku memikirkan orang-orang ini? Memangnya mereka memikirkan aku?' gerutu Lola di dalam hati."Lola? Kenapa diam saja? Kau tidak memakan sarapanmu? Nanti keburu dingin," tegur Jhonatan lembut yang refleks membuat Lola terlonjak.Lola tidak menjawab. Dia terlihat tidak tertarik dengan santapan paginya. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang."Semuanya, sepertinya aku akan pulang terlambat. Ada banyak urusan di kantor yang belum selesai.""Ah, iya. Selamat bekerja ya, Tuan Muda." Joyce bersikap tetap ramah pada Jhonatan.Lola mendengus kecil. Bagaimana mungkin keluarganya ini bersikap seolah tidak terjadi apapun sekarang? Apakah mereka semua ini bersekongkol? Lola tak mau memikirkan terlalu banyak. Dengan t

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 119: Pembunuh Yang Sebenarnya

    Tubuh Joyce mulai gemetar. Dia sampai tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, sementara pihak detektif terus memanggilnya yang terdiam. Anneliese merasa janggal dengan sikap Joyce yang mematung di dekat telepon."Ada apa ... Joyce?" Suara serak Anneliese membuat Joyce terkesiap. Segera wanita itu terlempar ke dalam realita."Maaf, Tuan. Kami sedang sibuk. Permisi." Joyce cepat-cepat menutup teleponnya dan bergabung kembali di meja makan.Akan tetapi sikap Joyce masih terlihat begitu gelisah. Dia tak dapat menyembunyikan sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya itu membuat Jhonatan, Lola maupun Anneliese semakin bertanya-tanya."Joyce, apa yang terjadi? Siapa yang barusan menelepon?" Jhonatan kembali menanyakan.Joyce tersenyum kaku sambil kembali menyendok makanannya. "Sepertinya salah sambung."Jhonatan hanya bisa memicingkan mata. Dia tahu jika Joyce sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. "Aku tidak semudah itu dibohongi. Kita sudah tinggal bersama sejak lama. Ada sesuatu yan

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 118: Pemeriksaan TKP

    Mood Jhonatan cepat sekali berubah. Beberapa jam lalu, Jhonatan terlihat kelimpungan bahkan cenderung tertekan. Tapi saat ini, wajahnya terlihat senang. Lola tak henti memperhatikan laki-laki itu.'Sebenarnya apa yang sudah terjadi di sini?' batin Lola.Lola tak bisa mengungkapkan kegelisahan hatinya. Dia hanya dapat menyimpannya sendiri di dalam hati. Karena sudah bertekad untuk mencari tahu semuanya, Lola pun dengan sengaja mencuri dengar pembicaraan Jhonatan di telepon malam itu."Virginia. Aku tahu kau akan terus menghubungiku. Kau tenang saja. Semua di sini sudah selesai ku urus. Aku sedang menunggu kucuran dana dari para investor untuk membeli sisa rancangan proyek Luther."Lola tertegun di tempatnya. Dia tercengang karena Jhonatan ternyata membeli proyek milik Luther dari Virginia. Pertanyaannya adalah, bagaimana hal itu terjadi? Padahal setahunya, Virginia dan Luther sudah tak lagi berkomunikasi sejak awal mereka bertemu."Aku sudah mengikuti semua keinginanmu! Jadi kau harus

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 117: Upaya Menjebak Noah

    Luther berjalan mondar-mandir di ruangan kantornya. Sejujurnya dia takut merusak segala rencananya. Dia hanya butuh pengakuan Noah untuk mengakui kecurangan yang dilakukannya pada proyek yang mereka jalankan."Jer, kamera CCTV sudah menyala semua?" tanya Luther."Sudah, Bos. Semua sudah beres." Jeremy memberikan kode jempol pada bosnya.Luther menghela napasnya berat. Dia pun menoleh pada Cassandra yang juga terlihat gugup di kursinya."Kau siap, Cassandra?""Y ... ya, Bos." Cassandra terlihat ragu.Tak lama telepon kantor yang ada di meja Luther berdering. Dengan sigap, Luther mengangkat teleponnya itu."Ya? Oh, dia sudah datang? Baiklah, suruh dia masuk."Luther lalu memberikan kode pada Jeremy dan Cassandra untuk mulai menjalankan rencana mereka. Pada saat itu, tiba-tiba mesin fax menyala. Luther agak terkejut dan menunggu kertas dari dalam mesin itu keluar. Matanya langsung melotot begitu mengetahui surat apa yang datang untuknya."Bos, kenapa?" Jeremy menghampiri Luther yang seka

DMCA.com Protection Status