Semua Bab Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar: Bab 81 - Bab 90
198 Bab
81. Pilihan Sulit
‘’Kau wanita murahan, Valerie!’’ Rasanya tidak ada kata-kata yang mampu menghabiskan amarah Vania saat ini. Valerie menyeka air mata tanpa bisa berbuat apa-apa. Di lain sisi, Valerie mulai merasakan rasa mulas pada perutnya. Namun, meski melihat Valerie mulai merintih pun, Leo tetap memeluk Vania agar tidak kembali menyerang Valerie.  ‘’Aku membencimu. Aku membenci kalian berdua.’’ Pukulan di dada Leo tetap tidak membuat Leo melepaskan Vania. ‘’Maafkan mas, Sayang. Maaf.’’ Berulang-ulang mulut Leo mengeluarkan kalimat peng
Baca selengkapnya
82. Depresi
‘’Berhenti bertingkah gila.’’  Alin menahan tangan Vania hingga wanita kembali menangis tersedu-sedu. ‘’Rumah tanggaku hancur, Kak. Bagaimana bisa aku memperbaikinya di saat Leo sudah punya anak dari si pelacur itu?’’ Dengan sabar Alin memeluk Vania, mencoba menenangkan orang yang telah ia anggap sebagai adik sekaligus sahabat. ‘’Semua pasti ada jalan keluarnya.’’ Ucapan Alin lantas membuat Vania menarik diri. Minuman alkohol itu lebih menenangkannya ketimbang pelukan. Alin menghela nafas panjang melihat Vania kembali mene
Baca selengkapnya
83. Posisi Terbalik
‘’Tenanglah, Vania.’’ Arka mengelus kepala menantunya yang terlihat rapuh.  ‘’Sayang, maaf, tapi Valerie tidak bisa disalahkan.’’ Alasan itu lantas membuat Arka kian murka. ‘’Apa karena dia bisa melahirkan lebih dulu ketimbang Vania? Tidak papi sangka kau laki-laki tidak berhati, Leo.’’ ‘’Bukan begitu, Pi.’’ Dengan terpaksa akhirnya Leo menceritakan semuanya dari awal. Tentang malam lamaran itu, di mana semuanya menjadi bom waktu bagi Leo. ‘’Kamu bohong, Mas. Kenapa tidak jujur bila ternyata kamu memang menyukai Valerie! Kamu berselingkuh dan mem
Baca selengkapnya
84. Meminta Bantuan Mertua
‘’Mas Rendi?’’ Leo ikut duduk menyetarakan posisinya seperti Vania.  ‘’Kalau malam itu Mas Rendi tidak keliru memberikan informasi, kejadian itu mungkin tidak akan terjadi,’’ ucap Leo mengenang penuh sesal. ‘’Tapi tetap, aku tidak mau kamu punya istri dua, Mas! Katamu, aku satu-satunya ratu di hatimu. Tapi sekarang apa? Kamu malah memberikanku seorang selir!’’ Dengan lapang dada Leo kembali menerima pukulan di tubuhnya tanpa mencegah. Vania merengek, meminta untuk tidak dimadu hingga Vania berada di titik lelah menangis dan berhenti menyakiti Leo. Vania terdiam sendiri. ‘&rsq
Baca selengkapnya
85. Lahirnya Sang Buah Hati
Setelah berhasil meredam Vania dengan melakukan hubungan suami istri, Leo membersihkan tubuhnya seorang diri. Membiarkan Vania terlelap di bawah selimut. Karena ketika Leo mencoba membangunkan, Vania hanya mengerang seperti enggan untuk membuka mata. Lalu Leo melangkah ke dalam kamar mandi. Menanggalkan handuk di pinggang dan berdiri di bawah shower. Kepalanya yang berisik, sedikit tenang saat terkena hujaman air dari atas. Meski tak semua beban hilang, tapi Leo bisa bernapas lega karena masalahnya dengan Vania sudah bisa dikendalikan.  Begitu selesai dan keluar dari sana, manik Leo tak sengaja melihat gawainya menyala.  Ternyata banyak sekali tel
Baca selengkapnya
86. Di Balik Sikap Ibu Mertua
Bersama hati diliputi rasa bahagia, Leo tak henti-henti tersenyum kala memotret sang buah hati untuk dikirimkan gambarnya pada Vania. Bahwa sosok yang akan menyelamatkan rumah tangga mereka, sudah hadir. Namun telepon dari Alin lebih dulu masuk sebelum Leo sempat melakukannya. ‘’Halo, Kak.’’ ‘’Leo, kamu di mana?’’ ‘’Rumah sa—’’ ‘’Vania mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit.’’ Apa? Saat Vania terbangun dan tidak menemukan
Baca selengkapnya
87. Cahaya Dalam Kegelapan
Vania terus menanti kedatangan Leo selama berjam-jam. Kabar jika Vania harus melakukan operasi tambahan pun, tetap tidak membuat Leo muncul. ‘’Mami, papi… sebenarnya Leo di mana?’’ Vania mencurahkan kesedihan lewat tangis. ‘’Jangan pikirkan Leo. Sekarang, yang harus kamu pikirkan adalah kesehatanmu, Nak.’’ Sebagai mertua, Arka tidak bisa berbuat banyak selain menenangkan Vania. Dia sendiri merasa kesal karena tidak tau di mana putranya. ‘’Ren, istri mu pasti bersama Valerie. Coba tanya Delia. Mungkin mereka sedang di satu tempat yang sama.’’ 
Baca selengkapnya
88. Perang Batin
Meski dalam keadaan mengantuk, Valerie memaksa membuka mata karena mendengar suara tangis Ryan. Leo berusaha menenangkan dengan menimang. Tapi Ryan masih saja belum berhenti menangis. ‘’Mas, kemarikan Ryan. Mungkin haus.’’ ‘’Jangan. Kamu istirahat saja. Biar mas urus Ryan.’’ Leo tak putus asa. Segala macam trik dan nyanyian Leo keluarkan. Bila dihitung, mungkin Leo telah mengelilingi ruangan VIP itu hingga tujuh kali. ‘’Mas, kemarikan anakku,’’ pinta Valerie dengan suara lemahnya.  Kali ini Leo tidak membantah dan langsung menyerahkan Ryan dengan hati-hati. 
Baca selengkapnya
89. Tidak Enak Hati
Setelah melewati berbagai sesi perawatan, akhirnya dokter mengizinkan Valerie untuk pulang. Valerie tetap tinggal di rumah Mahendra agar memudahkan Leo memantau meski suasana belum kondusif. Valerie pun setuju, mengingat dirinya juga tidak bisa mengurus Ryan sendirian di kala Leo sibuk bekerja. Begitu turun dari mobil, Inah, Vira dan Pak Sena sudah berdiri menyambut Valerie dan buah hatinya. Pak Sena sigap mengambil tas-tas dari bagasi dan membawanya ke kamar Valerie. Sebelumnya, kamar itu dalam keadaan berantakan, tapi sekarang sudah tertata kembali berkat Inah. ‘’Kemarikan cucu mama, Nak,’’ Vira mengulurkan kedua tangan disertai se
Baca selengkapnya
90. Batas Waktu
Jika bukan karena pesan Naya untuk datang mengunjunginya hari ini, mungkin Vania tidak akan check out dari hotel dan buru-buru kembali ke kediaman Mahendra. Vira langsung bangun dari duduknya ketika melihat Vania masuk meski tanpa salam. ‘’Nak, akhirnya kamu pulang.’’ Baru saja membentangkan tangan untuk memeluk, namun Vania langsung mengelak dan memberi tatapan tajam pada Vira. ‘’Benarkah mama senang atas kepulangan Vania? Bukannya mama lebih senang jika itu Valerie?’’ Vania menoleh ke lantai dua. Ke arah kamar Valerie. &ls
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status