Setelah berhasil meredam Vania dengan melakukan hubungan suami istri, Leo membersihkan tubuhnya seorang diri. Membiarkan Vania terlelap di bawah selimut.
Karena ketika Leo mencoba membangunkan, Vania hanya mengerang seperti enggan untuk membuka mata.
Lalu Leo melangkah ke dalam kamar mandi. Menanggalkan handuk di pinggang dan berdiri di bawah shower.
Kepalanya yang berisik, sedikit tenang saat terkena hujaman air dari atas. Meski tak semua beban hilang, tapi Leo bisa bernapas lega karena masalahnya dengan Vania sudah bisa dikendalikan.
Begitu selesai dan keluar dari sana, manik Leo tak sengaja melihat gawainya menyala.
Ternyata banyak sekali tel
Bersama hati diliputi rasa bahagia, Leo tak henti-henti tersenyum kala memotret sang buah hati untuk dikirimkan gambarnya pada Vania. Bahwa sosok yang akan menyelamatkan rumah tangga mereka, sudah hadir.Namun telepon dari Alin lebih dulu masuk sebelum Leo sempat melakukannya.‘’Halo, Kak.’’‘’Leo, kamu di mana?’’‘’Rumah sa—’’‘’Vania mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit.’’Apa?Saat Vania terbangun dan tidak menemukan
Vania terus menanti kedatangan Leo selama berjam-jam. Kabar jika Vania harus melakukan operasi tambahan pun, tetap tidak membuat Leo muncul.‘’Mami, papi… sebenarnya Leo di mana?’’Vania mencurahkan kesedihan lewat tangis.‘’Jangan pikirkan Leo. Sekarang, yang harus kamu pikirkan adalah kesehatanmu, Nak.’’Sebagai mertua, Arka tidak bisa berbuat banyak selain menenangkan Vania. Dia sendiri merasa kesal karena tidak tau di mana putranya.‘’Ren, istri mu pasti bersama Valerie. Coba tanya Delia. Mungkin mereka sedang di satu tempat yang sama.’’
Meski dalam keadaan mengantuk, Valerie memaksa membuka mata karena mendengar suara tangis Ryan. Leo berusaha menenangkan dengan menimang. Tapi Ryan masih saja belum berhenti menangis.‘’Mas, kemarikan Ryan. Mungkin haus.’’‘’Jangan. Kamu istirahat saja. Biar mas urus Ryan.’’Leo tak putus asa. Segala macam trik dan nyanyian Leo keluarkan. Bila dihitung, mungkin Leo telah mengelilingi ruangan VIP itu hingga tujuh kali.‘’Mas, kemarikan anakku,’’ pinta Valerie dengan suara lemahnya.Kali ini Leo tidak membantah dan langsung menyerahkan Ryan dengan hati-hati.
Setelah melewati berbagai sesi perawatan, akhirnya dokter mengizinkan Valerie untuk pulang.Valerie tetap tinggal di rumah Mahendra agar memudahkan Leo memantau meski suasana belum kondusif.Valerie pun setuju, mengingat dirinya juga tidak bisa mengurus Ryan sendirian di kala Leo sibuk bekerja.Begitu turun dari mobil, Inah, Vira dan Pak Sena sudah berdiri menyambut Valerie dan buah hatinya.Pak Sena sigap mengambil tas-tas dari bagasi dan membawanya ke kamar Valerie. Sebelumnya, kamar itu dalam keadaan berantakan, tapi sekarang sudah tertata kembali berkat Inah.‘’Kemarikan cucu mama, Nak,’’ Vira mengulurkan kedua tangan disertai se
Jika bukan karena pesan Naya untuk datang mengunjunginya hari ini, mungkin Vania tidak akan check out dari hotel dan buru-buru kembali ke kediaman Mahendra.Vira langsung bangun dari duduknya ketika melihat Vania masuk meski tanpa salam.‘’Nak, akhirnya kamu pulang.’’Baru saja membentangkan tangan untuk memeluk, namun Vania langsung mengelak dan memberi tatapan tajam pada Vira.‘’Benarkah mama senang atas kepulangan Vania? Bukannya mama lebih senang jika itu Valerie?’’ Vania menoleh ke lantai dua. Ke arah kamar Valerie.&ls
‘’Dua bulan?’’Bibir Leo membola. Karena baginya, waktu dua bulan terlalu cepat.‘’Kamu mau aku mengalah selama apa lagi, Mas? Aku udah cukup sakit diduain. Bahkan sekarang satu rumah sama istri siri kamu! Kesabaranku ada batasnya. Aku bukan dan tidak mau bernasib sama kayak Kak Alin!’’ seru Vania.‘’Valerie dan Ryan membutuhkan mas. Jangan egois!’’‘’Aku egois?’’ Vania menatap nyalang. ‘’Apa tidak terbalik? Apa karena Valerie punya anak sementara aku tidak makanya mas beranggapan begitu?’’Leo betul-betul dibuat serba salah.
Jika memang karena anak, bukankah seharusnya Ryan… menjadi anaknya?Tega betul Arka langsung menjadikan anak Valerie sebagai pewaris kerajaan bisnis batu baranya. Lalu bagaimana dengannya? Yang tidak memiliki keturunan?Tidak tahan melihat kasih sayang Arka dan Naya pada Valerie, Vania pun segera pergi dengan berurai air mata.Valerie langsung menoleh ke arah pintu, ber firasat bahwa Vania tadi berada di sana. Sontak rautnya berubah sedih.‘’Val, kenapa?’’Naya juga menoleh ke arah yang dilihat Valerie.‘’Mami, jadi bagaimana dengan Mbak Van? V
Sepulang dari rumah sakit, Vania langsung pulang ke rumah dan berbaring di atas kasur sambil merenungkan saran Davi.Vania dilanda kebimbangan. Dari pada memikirkan itu, sebaiknya Vania beristirahat sebentar karena beberapa hari ini dirinya memang kurang tidur. Namun kala Vania ingin melelapkan diri, tangis Ryan samar-samar terdengar.‘’Ck, apa dia tidak bisa mengurus bayi?’’ Padahal dirinya pun belum tentu mampu.Terpaksa Vania bangun dan mengecek ke kamar sebelah.‘’Ryan, tenang ya sayang. Jangan nangis terus,’’ ucap Valerie menenangkan Ryan dalam gendongan. ‘’Mau apa, Nak? Mimik?’’