Semua Bab Suamiku Dari Desa Ternyata Tuan Muda: Bab 121 - Bab 130

223 Bab

Harus Berpisah Denganmu

Kemunculan Tuan Chandra di kantor hari ini menjadi bahan perbincangan semua karyawan, baik dari level staf biasa sampai manajer. Mereka menduga kedatangannya berhubungan dengan peristiwa di acara launching kemarin. Pasalnya, cukup lama Tuan Chandra tidak datang ke kantor sejak terakhir kali memimpin rapat dewan direksi. Di hadapan Tuan Chandra, para karyawan menyapa dan memberi hormat kepada pria tua itu. Meski tak menjabat lagi sebagai CEO, tetapi wibawanya sebagai pendiri perusahaan tidak akan pernah pudar. Terlebih, Tuan Chandra masih terlihat sehat dan bugar. Kumpulan staf yang melihat Tuan Chandra, sontak menjadikan pria tua itu sebagai objek pergunjingan. Mereka menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh Tuan Chandra. Apakah dia akan mencari identitas wanita yang mencemarkan nama baik Rajendra. Atau justru dia akan membahas hubungan cucunya dengan Catleya. Sebab mereka yakin bahwa Tuan Chandra belum mengetahui perihal pertunangan Rajendra dengan sekretarisnya. Sembari terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-25
Baca selengkapnya

Pulang ke Rumah Sendiri

Menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, mobil Tuan Rinto berhenti di sebuah rumah yang tidak asing bagi Catleya. Takut jika dirinya salah melihat, Catleya pun mengucek mata beberapa kali. Tidak salah lagi, bangunan yang menjulang di hadapannya ini adalah rumahnya sendiri."Ini, ... rumah orang tua saya, Tuan," ujar Catleya terkejut. “Iya, mari kita turun,” pungkas Tuan Rinto mematikan mesin mobilnya. Tuan Rinto berjalan lebih dulu, meninggalkan Catleya yang masih melamun di belakangnya. Ia mengetuk pintu sebanyak dua kali. Setelah Catleya tersadar, barulah ia menyusul dan berdiri di sebelah Tuan Rinto. Tak berselang lama, sosok Nyonya Nandini muncul di balik pintu. Ia terkejut mendapati Catleya ada di ambang pintu bersama Tuan Rinto. Sontak, rasa was-was melanda Nyonya Nandini. Entah kapan dan di mana Catleya bisa berkenalan dengan pembeli rumahnya ini.‘Bukankah Catleya harusnya ada di desa? Kenapa dia bisa bersama dengan Tuan Rinto?’ batin Nyonya Nandini. Jujur, ia merasa kh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-26
Baca selengkapnya

Jaga Dirimu Baik-Baik

"Aku dengar dari Opa Chandra kalau kamu tidak mau makan. Karena itu, aku bawakan masakan Perancis kesukaanmu. Makanlah Yasinta," bujuk Rajendra sedikit lebih lembut dari biasanya. Yasinta menatap paper bag di atas meja dan melihat isinya. Rajendra tepat sekali membelikan makanan yang ia sukai. Namun meski hatinya berbunga-bunga, Yasinta mendorong paper bag pemberian Rajendra ke tengah meja. Ia harus tetap bertahan untuk tidak makan selama Rajendra masih bersama dengan Catleya. “Kenapa? Apa aku salah membeli makanan?” tanya Rajendra mengernyitkan dahi."Selera makanku sudah hilang. Bawa saja makanan ini kembali pulang bersamamu!" tolak Yasinta, membuang mukanya. Rajendra menyadari bahwa Yasinta tengah merajuk kepadanya. Di dalam hati ia merasa sangat kesal. Pasalnya, kemarahan Yasinta bukan menjadi tanggung jawabnya, lalu kenapa ia harus bersusah payah membujuk wanita manja ini? Nanti kalau lapar, ia juga akan makan sendiri. "Apa yang membuat kamu tidak mau makan? Jangan menyiksa d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-26
Baca selengkapnya

Ini Kesempatanmu, Bintang!

Bintang menghampiri Milly yang masih asyik bermain boneka dengan pengasuhnya. Jam di dinding telah menunjukkan pukul delapan malam, waktunya gadis kecil itu tidur. Jika tidak, maka Milly pasti akan susah dibangunkan keesokan harinya.“Milly, tidur sama Daddy, yuk!” ajak Bintang. Merentangkan tangan dan membawa Milly ke dalam gendongan.Sesampainya di kamar, Bintang menurunkan putri kecilnya itu dengan hati-hati ke atas tempat tidur. Membentangkan selimut dan menggunakannya untuk menutupi tubuh sang putri hingga sebatas dada. Ia sudah hapal dengan kebiasaan Milly, yaitu minta dibacakan buku dongeng sebelum tidur.“Milly mau dibacakan cerita apa?” tanya Bintang. Melihat-lihat koleksi buku anak yang tersusun di atas nakas.“Terserah Daddy saja,” jawab Milly. Bergerak menyamankan posisinya untuk mendengarkan cerita.“Aladin dan lampu ajaib, mau?” Bintang mengambil buku yang ada di deretan paling dekat dengannya.Milly mengiyakan saja. Sejujurnya, dia sudah bosan mendengarkan cerita itu. N
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya

Penyelidikan Bi Ijah

Di tempat lain, Bi Ijah hampir sampai di tempat yang ia tuju. Usianya yang tidak muda lagi, menyebabkan Bi Ijah harus mengayunkan langkah dengan hati-hati. Melewati jalan setapak di kiri dan kanan yang tidak mulus sama sekali. Jalur yang ia lalui memang jauh dari kata bagus. Masih berpasir, ada banyak batu-batu kecil yang bisa saja membuat Bi Ijah tanpa sengaja jatuh tergelincir. Bi Ijah baru bisa menghela napas lega setelah ia tiba di sebuah desa, yang memang telah menjadi tujuan utamanya. Untuk bisa sampai ke sini, Bi Ijah harus menempuh perjalanan selama berjam-jam dengan menaiki sebuah bus. Bi Ijah berhenti sebentar ketika menemukan pepohonan besar di sekitar situ. Karena cuacanya panas, ia istirahat dulu di bawah pohon tadi. Wanita tua itu mulai mengatur napas dan mengamati situasi di sekitarnya. "Masih jauh sepertinya," gumam Bi Ijah menyeka keringat di sekitar pipi dan bawah rahangnya. Bi Ijah mengira-ngira berapa lama lagi ia akan sampai, mengingat rumah yang menjadi tuju
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-27
Baca selengkapnya

Berbuat Seenaknya di Rumah Mertua

Pengakuan Mbok Tami mengenai keterlibatan Nyonya Nandini atas meninggalnya ibu kandung Catleya sangat mengejutkan Bi Ijah. Wanita itu terdiam beberapa saat sebelum tangan keriputnya terulur pada Mbok Tami. Memberikan pelukan atas duka yang sama-sama mereka rasakan.“Yang penting Mbok Tami sudah jujur sekarang,” ujar Bi Ijah. Telapak tangannya naik turun di atas punggung Mbok Tami.“Sekarang belum terlambat untuk Mbok Tami bertobat. Caranya diawali dengan menjadi saksi apabila diperlukan nanti.”Mbok Tami tidak langsung menjawab. Hanya air matanya yang terus mengalir tanpa bisa dibendung.“Kalau Mbok Tami mau, mari kita tinggal bersama di kota. Kebetulan, di sana ada orang kaya yang bersedia menanggung biaya pengobatan Mbok Tami nantinya. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Mbok Ijah berbicara pelan dan hati-hati. Tidak terkesan memaksa apalagi menekan. Bagaimanapun, mengakui sesuatu yang mana kita menjadi saksi kejahatan, bukanlah hal yang mudah. Khususnya, bila selama bertahun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

Tawaran Kerja Sama dari Yasinta

Ineke dan Catleya sudah membuat janji makan bersama setelah pekerjaan mereka selesai. Tiba di jam pulang, kedua wanita itu berjalan beriringan menuju parkiran. Mereka berdiskusi akan makan di mana sore ini. "Mau makan sate, masakan Padang, masakan Jepang, Korea, Thailand, atau Turki?" tanya Ineke meminta pendapat temannya. "Bosan tidak, sih? Pilihan makanannya itu-itu terus." Ineke mengembungkan kedua pipinya pura-pura cemberut. "Kamu ada rekomendasi tempat lain? Atau kita pergi ke kafe yang baru grand opening untuk mencari suasana baru?" tanya Catleya menenteng tas kerjanya. Ineke diam dan berpikir sejenak, mencari rekomendasi kafe atau restoran yang enak dibuat nongkrong santai. Ineke mempunyai beberapa pilihan tempat, tetapi entah Catleya suka atau tidak. "Bagaimana, Ke?" tanya Catleya telah menunggu lama. "Ada, sih." "Terus?" Catleya menaikkan sebelah alisnya. "Ada kafe bagus yang ingin aku kunjungi. Sayangnya, jaraknya dari sini lumayan jauh," gumam Ineke. "Terus ada lagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

Terserang Rasa Rindu

“Aku akan memesan tiket ke Bali sekarang juga. Kalau bisa, aku juga akan menginap di hotel yang sama dengan Rajendra,” ucap Yasinta.Jemari perempuan muda itu asyik menggeser layar yang menampilkan laman salah satu maskapai penerbangan. Memesan satu tiket ke Bali untuk penerbangan malam tanpa banyak berpikir.“Baguslah,” sahut Bintang.Obrolan mereka terjeda oleh kedatangan pelayan yang membawa baki makanan. Pelayan itu minuman dan makanan satu per satu ke atas meja, lalu pergi setelah tugasnya selesai. Meninggalkan Yasinta dan Bintang yang bersiap menikmati makan malam mereka.“Kak Bintang, selama aku pergi kamu juga harus mendekati Catleya. Jangan hanya aku yang bertindak, sedangkan kamu diam-diam saja,” tambah Yasinta. Ia menusuk steik menggunakan garpu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut dengan gaya seorang putri bangsawan.“Aku akan berusaha, tetapi tidak janji dengan hasilnya.”Bintang berkata jujur. Dia tidak tahu usahanya akan berhasil atau tidak. Pun enggan menggunakan car
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

Godaan dari Dua Sisi

Nyonya Nandini diam-diam memperhatikan Catleya yang sedang sarapan. Ia sempat mencuri dengar ketika Rajendra berpamitan kepada Catleya di ruang tamu. Karenanya, perempuan paruh baya itu penasaran bagaimana kelanjutan hubungan anak tirinya dengan Rajendra. Catleya hampir menghabiskan roti panggangnya. Ia meneguk air di gelas, menjejalkan satu gigitan terakhir roti panggang ke dalam mulut. Sampai akhirnya Nyonya Nandini bertanya disertai wajah penasaran. "Hubunganmu dengan Jendra baik-baik saja, kan, Leya?” Catleya mengunyah, lalu menengok, "Hubungan apa, Ma?" "Maksud Mama pernikahanmu dan Rajendra. Kalian tetap bersama, kan?" Nyonya Nandini menjawil lengan Catleya gemas. "Mmm, iya. Kenapa Mama bertanya begitu?" jawab Catleya. Nyonya Nandini tersenyum kecil. "Tidak ada, Mama hanya ingin memastikan kalian tidak akan berpisah.”Tentu saja Nyonya Nandini tidak akan melepas Rajendra setelah tahu siapa pria itu sebenarnya. Apalagi Rajendra adalah keturunan konglomerat ibu kota. Pastila
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya

Usaha Mendapatkan Rajendra

“Kenapa jadi kamu, sih? Aku maunya ditolong Rajendra, bukan laki-laki seperti kamu!” hardik Yasinta. Menepis uluran tangan Rama yang hendak menolongnya.Rama lekas berdiri dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Jujur, dia lebih suka menggendong anaknya yang masih bayi daripada mengurusi perempuan rewel seperti Yasinta. Namun karena ini perintah langsung dari atasan, mau tidak mau ia harus patuh.“Apa Nona Yasinta bisa bangun sendiri?” tanya Rama.“Tidak bisa, makanya aku butuh Rajendra. Lebih baik kamu suruh bosmu itu kembali ke sini!”Nada bicara Yasinta yang terlampau keras bukan hanya membuat telinga Rama pengang, tetapi juga menjadikan mereka pusat perhatian dari para pekerja. Mereka berbisik penuh rasa ingin tahu atas insiden langka yang terjadi di depan mata. Dari tempatnya berdiri, Rajendra juga mengetahui keributan itu.Rajendra pun mendongak, mengambil napas panjang dan menghembuskannya sekaligus. Dengan langkah cepat, ia berbalik pada Yasinta untuk membantu wanit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
23
DMCA.com Protection Status