Semua Bab Istri Muda sang Hot Duda: Bab 101 - Bab 110

120 Bab

Hadapi Bersama

"Mas, kamu mau pergi?" tanya Ayunda kala melihat suaminya tiba-tiba meraih kunci mobil yang tergeletak di atas nakas, dekat tempat tidur. Ayunda juga merasa heran karena suaminya tiba-tiba mengenakan jaket."Kamu belum tidur?" bukannya menjawab, Elang malah melempar pertanyaan begitu mendengar suara istrinya. Nampaknya pria itu terkejut kala sang istri tiba-tiba bertanya sampai gerakan tubuh Elang yang baru saja mengambil kunci mobil terhenti."Belum nih," balas Ayunda. Wanita bangkit dari rebahannya dengan mata terus menatap suaminya. Pandangan Ayyunda begitu menyelidik sampai Elang seperti tak bisa berkutik. "Mas Elang malam-malam begini mau kemana?"Elang menghembuskan nafasnya secara kasar. Untuk beberapa saat, pria itu terdiam dengan raut wajah yang menunjukan kalau dia sedang berpikir. Tak lama setelahnya Elang memilih duduk di tepi ranjang lalu menyalakan ponselnya."Nih, lihatlah," Elang menunjukan sesuatu dalam ponselnya kepada sang istri. Tentu saja hal itu semakin membuat s
Baca selengkapnya

Kemenangan Telak

Elang begitu geram pada sosok wanita yang duduk di hadapannya. Sosok yang dikenal dengan nama Amanda itu terkesan berbelit-belit. Kalau bukan karena rasa penasaran, pria itu pasti akan memilih tidur daripada menemui wanita menyebalkan pada malam seperti ini.Apa yang dirasakan Elang berbanding terbalik dengan perasaan Amanda sekarang. Wanita itu sudah seperti di atas angin kala dia berhasil membuat Elang datang menemuinya. Hal itu seakan membuat Amanda semakin yakin akan dugaan yang saat ini bersemayam dalam pikirannya.Sebelum melanjutkan ucapannya karena Elang yang sudah menuntut penjelasan dari Amanda, wanita itu memilih menyesap kopinya terlebih dahulu. Setelah itu, dengan senyum yang kembali terkembang tipis, wanita itu pun kembali bersiap diri untuk mengungkapkan dugaanya.Namun di saat Amanda hendak bersuara, Telinga wanita itu dikejutkan dengan suara dering sebuah ponsel. Amanda sontak melirik ponselnya dan itu sudah jelas bukan nada dering yang dia gunakan. Lalu Amanda segera
Baca selengkapnya

Panik Luar Biasa

"Kamu baru pulang?" tanya seorang wanita, yang baru saja keluar dari area dapur dan hendak menuju ruang tengah. Wanita itu bertanya kepada wanita lain yang tinggal bersamanya dan sepertinya wanita tersebut memang baru pulang.Wanita yang baru pulang itu nampak kaget sampai langkah kakinya terhenti. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara yang sangat dia kenal. "Loh, Mbak belum tidur?" tanya wanita itu sedikit heran kala menatap kakak sepupunya yang masih terjaga di jam segini."Nggak bisa tidur aku," balas Ratih, wanita yang sekarang sudah duduk di ruang tengah. Dia memeriksa ponselnya sejenak, lalu kembali menatap adik sepupunya. "Kamu sendiri dari mana aja? Kok tumben baru pulang jam segini?"Sang sepupu tersenyum tipis lalu wanita itu merubah langkah kakinya menuju sofa yang sama dengan Ratih dan duduk di sana. "Habis ketemu sama temen, eh malah ada gangguan," jawab Amanda tiba-tiba merasa kesal."Siapa? Suami orang?" terka Ratih asal. Namun tebakan wanita itu sediki
Baca selengkapnya

Rahasia Terkuak

Tidak ada pilihan lain, Elang dan Ayunda tidak bisa menolak permintaan Laras dengan alasan apapun. Meski malam sudah menuju larut, sepertinya sepasang suami istri itu harus menuntaskan masalah yang sedang membuat pikiran mereka kacau."Mama kenapa belum tidur?" tanya Elang basa-basi begitu dia duduk pada salah satu sofa yang ada di ruang tengah, dimana wanita yang telah melahirkan pria itu juga berada. "Harusnya jam segini Mama sudah istirahat kan, Ma."Laras seketika mendesah, lalu menatap anak dan menantunya dengan tatapan yang sukar diartikan."Bagaimana Mama bisa tidur, kalau ada hal yang mengganggu pikiran Mama," ucap Laras. Meski suaranya begitu tenang, tapi sikap yang ditunjukan wanita itu mampu membuat Elang dan Ayunda semakin was-was. "Ini apa, Ma?" tanya Elang lagi. Pria itu menunjuk pada tiga benda di atas menja. Dua benda diantaranya, Elang sudah pasti jelas sangat mengenalinya. Namun satu benda lainnya, Elang sama sekali tidak tahu kenapa benda itu ada di atas meja."Bac
Baca selengkapnya

Meraba Hati

Laras terduduk di tepi ranjang. Air matanya mengalir semakin deras setelah mengetahui fakta yang cukup mengguncang batinnya. Wanita itu tidak menyangka, akan melewati masa seperti ini dimana dia merasa seperti dipermainkan oleh anaknya sendiri.Kecewa, sudah pasti Laras sangat kecewa. Dia juga sangat marah dengan apa yang sudah dilakukan putranya. Namun Laras masih bisa menahan segala amarahnya dan memilih menangis, karena menurutnya percuma dia melampiaskan amarah pada pria yang sudah seharusnya bisa mengambil sikap bijak.Berbeda dengan apa yang sedang dirasakan sang putra saat ini. Di dalam kamar yang berbeda, Rahang Elang jutsru mengeras dengan wajah berubah menjadi merah. Amarah pria itu seketika melonjak naik begitu melihat satu persatu isi paket yang ada di tangannya."Sialan, ini pasti perbuatan Bella," terka Elang, seketika dadanya yang cukup bergemuruh hebat. Pria itu lantas menoleh dan menyusul istrinya yang sudah terbaring di atas ranjang. "Ini cuma rekayasa, Ay, aku sam
Baca selengkapnya

Sikap Elang

"Siapa yang menyebarkan berita nggak bermutu seperti ini sih!" Seru Erna tak kalah terkejut dengan sang kakak, ketika membaca informasi yang mengulas tentang pernikahan kakak laki-lakinya di salah satu media berita online. Laras yang ikut membaca berita itu pun hanya diam meski dalam benaknya, wanita itu juga sudah bergejolak. Seketika itu juga pikiran Laras tertuju pada adik sepupunya karena baru semalam mereka membicarakan tentang ELang dan pernikahannya."Ma, apa ini yang membuat Mama kepikiran semalaman?" tanya Erna. Wanita itu manatap Laras dengan tatapan seperti orang yang sedang menyelidiki."Jangan-jangan iya ya, Ma? Gara-gara gosip ini Mama jadi kepikiran?" Erlin pun ikut menerkanya, "Mama nggak mungkin kepikiran sampai sakit begini, jika bukan karena berita ini? Apa semalam Om Bonar menemui Mama untuk membicarakan gosip nggak jelas seperti ini. Ma?"Laras tidak langsung menjawab. Hatinya menjadi dilema karena dia sendiri bingung harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak.
Baca selengkapnya

Sebuah Fakta

"Apa Mama beneran setuju dengan rencana Mas Elang?" tanya Ayunda tanpa menatap lawan bicaranya. Wanita itu bersama sang suami kini sudah berada di teras rumahnya sendiri setelah tadi Elang dan Ayunda berbicara dengan Laras."Yah, seperti yang kamu lihat tadi. Meskipun Mama terdiam, tapi dari sikapnya aku yakin Mama setuju dengan rencanaku," balas Elang. Arah pandang pria itu pun sama. Menatap lurus pintu gerbang rumahnya. "Kalau boleh tahu, apa sebenarnya yang akan dilakukan Mas Elang, sampai Mas Elang memohon kepada Mama?" tanya Ayunda lagi. Elang memang tidak mengatakan apa yang dia rencanakan pada Laras dan Ayunda. Pria itu justru meminta kepercayaan pada dua wanita tersebut untuk mengatasi masalahnya sendirian.Elang pun nampak tersenyum sembari menoleh sekilas, menatap wanita yang berdiri di sebelahnya. "Nanti kamu juga akan tahu."Ayunda saat itu juga menoleh, menatap sebentar, pria yang tingginya lebih dari 180 cm itu. Benak Ayunda kembali berkecamuk sampai wanita itu menghel
Baca selengkapnya

Fakta Masa Lalu

"Apa, Mbak? Foto yang pernah dilihat Mbak Ayana?" tanya Erna nampak begitu terkejut mendengar penuturan kakaknya. Suara wanita itu bahkan sedikit lebih tinggi dengan mata tajam menatap sang kakak, menuntut penjelasan yang lebih dari itu.Begitu juga dengan Laras. Wanita tiga anak itu sama terkejutnya dengan si bungsu. Meski tidak mengeluarkan suara, dari sorot matanya jelas sekali, kalau Laras sama penasarannya, dan ingin tahu lebih banyak tentang informasi mencengangkan yang baru saja dia dengar.Erlin mengangguk cepat dan terlihat sangat meyakinkan. "Mama ingat kan? Pada hari dimana Mbak Ayana kecelakaan? Waktu itu aku baru saja main ke rumahnya. Aku melihat Mbak Ayana sedang nangis. Waktu aku tanya Mbak Ayana kenapa, di menunjukan foto ini, Ma."Laras semakin tercengang. Sambil menatap putrinya, Pikiran Laras pun saat itu juga langsung bekerja, mencoba mengingat kembali kejadian belasan tahun yang lalu. Begitu juga dengan Erna. Meskipun di saat kajadian itu Erna masih remaja, Wanit
Baca selengkapnya

Kegelisahan

"Pi, kita harus bagaimana sekarang?" tanya seorang wanita kepada suaminya. Dari nada bicaranya, wanita itu tedengar cukup gelisah dengan semua yang sudah dibayangkan, akibat dari perbuatan salah satu anggota keluarganya."Tidak tahu, Mi. Mungkin memang sudah seharusnya kita pindah ke luar pulau," jawab suami dari wanita itu terdengar begitu lemah. Selain panik, wajah pria itu juga sesekali menunjukan kegeramannya karena tidak menduga hal ini akan terjadi kepadanya."Masa pindah sih, pi? Aku nggak mau," satu-satunya putri sepasang suami istri itu merengek, karena dia sangat keberatan dengan kepindahan tempat tingggalnya. Mendengar rengekan sang anak, sontak membuat sang Ayah menatap tajam kepadanya."Kalau bukan karena kebodohan kamu, kita nggak bakalan bernasib seperti ini!" tunjuk Papi lantang dengan segala amarah yang masih membara dalam benaknya. "Papi tuh sudah bilang sama kamu, sudah ngasih peringatan, jangan bertindak gegabah, biar papi aja yang bergerak. Tapi kalian, malah see
Baca selengkapnya

Malam Ini Sendirian

Setelah menghubungi seseorang, pria yang saat ini masih duduk di sofa dalam kamarnya kembali terdiam. Matanya menerawang, menatap ranjang yang malam ini hanya akan dia gunakan sendirian. Pria itu mendesah, mengurai sesak yang menghimpit rongga dadanya."Baru tadi pagi kamu pergi, tapi entah kenapa, rasa sepi yang sering aku rasakan kembali melanda hatiku, Ay," gumam pria itu kala kembali teringat akan istrinya. Pria itu kembali terdiam, merenungi segala hal yang telah dia lewati bersama istri barunya. Beberapa kali pula pria itu mendesah, hingga pikirannya buyar saat telinganya mendengar pintu kamar ada yang mengetuknya."Iya, Bi," teriak pria itu menyahuti hingga si pengetuk pintu langsung mmenghentikan ketukannya."Di depan ada Tuan Marco, Tuan," balas sang Bibi dengan suara yang cukup lantang juga. Bukan karena Bibi tidak sopan, tapi agar majikannya mendengar karena pintu kamarnya tertutup."Iya, Bi, suruh tunggu sebentar," sahut pria itu, dan setelahnya suara Bibi pun menghilang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status