Home / Thriller / Disangka Ojek Ternyata Miliuner / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Disangka Ojek Ternyata Miliuner: Chapter 81 - Chapter 90

109 Chapters

Penjara atau Neraka Beneran

Namun tepat saat itu—Pintu kamar terbuka.Gin refleks menarik tangannya kembali ke saku jasnya. Ia membalikkan badan dengan ekspresi tenang.Regina berdiri di ambang pintu, matanya menyipit penuh kecurigaan.“Prof Gin?”Suara Regina terdengar menyentak, tetapi matanya menyapu ruangan dengan seksama. Ia melihat ke arah ayahnya, lalu ke Gin yang berdiri terlalu dekat dengan tempat tidur.“Apa yang Anda lakukan di sini?”Gin tersenyum, seolah tidak ada yang mencurigakan. “Oh, Regina. Aku hanya datang menjenguk ayahmu. Lagipula, beliau adalah kolegaku. Rasanya pantas jika aku menemaninya disaat seperti ini.”Regina berjalan mendekat, ekspresinya masih penuh keraguan. Ia melirik ke arah alat-alat medis, memastikan semuanya masih berfungsi dengan normal.“Anda benar-benar datang hanya untuk menjenguk?” tanyanya tajam.Gin mengangkat kedua tangannya, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak menyembunyikan apa pun. “Tentu saja.”Regina tidak langsung menjawab. Ia masih menatap Gin dengan tajam
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Log Out dari Neraka

“Apaan sih?” Jon menggerutu, setengah sadar.“Bangun! Ada yang kebakar!” Morgan berseru lebih keras.Dion yang masih setengah mengantuk akhirnya mencium bau yang sama. Seketika ia terduduk, matanya membelalak.“Brengsek! Ini beneran kebakaran?!”Tak butuh waktu lama sebelum kepulan asap semakin tebal, membuat semua tahanan mulai tersadar. Teriakan panik mulai menggema dari berbagai sel.“Pak! Kebakaran, Pak!”“Tolong buka pintunya!”Morgan langsung berdiri dan memegang jeruji besi. Matanya menatap ke arah lorong yang mulai dipenuhi asap. Dari kejauhan, ia bisa mendengar suara ribut dari dapur.Derren yang masih demam pun mulai batuk keras. Asap semakin banyak masuk ke dalam sel mereka.“Pak! Bukain pintunya! Kami bisa mati di sini!” Jon berteriak sekeras mungkin, suaranya hampir tenggelam oleh teriakan lain.Akhirnya, suara langkah kaki petugas terdengar. Dari balik asap, terlihat seorang polisi dengan kunci di tangannya, berusaha membuka sel satu per satu.Saat pintu sel Morgan dan y
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Say Goodbye

Jon masih tidak percaya. "Kamu tau dari mana jalan ini Gan?""Waktu aku dihukum bersihin dapur, aku nemu ini. Awalnya aku pikir ini cuma ruang gudang biasa, tapi ternyata di dalamnya ada jalur ke luar."Dion masih ragu. "Kita beneran bisa keluar dari sini?"Morgan menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Kalau kita tetep di sini, kita mati. Kalau kita keluar dari celah ini, kita punya kesempatan untuk bebas."Tanpa pikir panjang, Morgan masuk ke dalam celah itu, masih menggendong Derren. Jon dan Dion saling pandang sebelum akhirnya ikut masuk.Di balik celah itu, mereka menemukan lorong sempit yang berdebu dan pengap, seolah sudah lama tidak digunakan. Mereka berjalan dengan cepat, menahan batuk akibat asap yang masih mengikuti dari belakang.Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di ujung lorong—dan di hadapan mereka, ada dinding yang harus dipanjat untuk mencapai atap luar penjara."Sial... kita harus manjat." Jon menggerutu.Dion menggigit bibirnya. "Morgan, gimana caranya kam
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Ini Baru Cucuku

Kabar tentang kaburnya empat tahanan dari penjara langsung meledak di media sosial. Dalam hitungan jam, berita itu menyebar ke berbagai platform.#trending18"RUMAH TAHANAN DI LALAP SI JAGO MERAH, EMPAT TAHANAN BERHASIL KABUR DARI PENJARA.""POLISI MENETAPKAN EMPAT TERSANGKA MENJADI BURONAN. BERIKUT DATA LENGKAP EMPAT TERSANGKA""DIDUGA MELAKUKAN KEJAHATAN BERENCANA, EMPAT MAHASISWA KINI MENJADI BURONAN"Prof. Gin, yang sedang membaca berita itu di ruangannya, mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras, wajahnya memerah karena amarah."Brengsek...! Mereka berhasil kabur?!"Dia langsung menghubungi semua anak buahnya. Suaranya mewakili amarahnya yang penuh tekanan. "Cari mereka sekarang juga! Gunakan semua koneksi kita miliki! Aku tidak mau mendengar mereka lolos!"Orang-orang di bawah komandonya langsung bergerak. Polisi memperketat penjagaan di setiap perbatasan kota, kamera CCTV di jalan utama mulai dipantau. Bahkan para preman bayaran yang setia pada Gin dikerahkan untuk mencari mere
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Miskin Pro

(Bayangin, tidur di ruangan pengap bau tai ayam. Bayangin aja dulu Bayangin, marah belakangan)Morgan membuka matanya dengan cepat, mendengar suara samar deru kendaraan di kejauhan. Tubuhnya terasa kaku setelah semalaman tidur dalam posisi sempit di atas tumpukan jerami yang bercampur dengan bau kandang ayam di dalam truk. Saat menoleh, ia melihat Jon, Dion, dan Derren masih tertidur nyenyak, napas mereka naik turun perlahan.Namun, Morgan tahu mereka tidak bisa terus bersembunyi di sini. Situasi semakin berisiko. Jika sopir truk sadar ada penumpang gelap di belakang, mereka bisa langsung dilaporkan ke polisi.Tanpa ragu, ia mengguncang bahu Jon. “Woi, bangun,” bisiknya tegas.Jon mengerjap-ngerjapkan mata, masih kebingungan. "Hah? Udah sampai mana kita?" tanyanya dengan suara serak.Morgan melirik ke luar celah kayu di bak truk. Gelapnya malam telah berganti dengan semburat jingga yang mulai memenuhi langit. Mereka telah melewati malam yang panjang tanpa tahu di mana sekarang. Jalana
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Mau Tobat Dulu

Dion, yang sedari tadi menahan diri, akhirnya menyahut. "Heh, Derren. Kita nggak maksa kok. Kalau kamu masih betah di penjara, ya udah balik sana."Suasana mendadak sunyi.Morgan memandang Derren, menunggu responsnya. Namun, alih-alih marah atau membalas dengan omelan lain, Derren justru melangkah maju dan menepuk pundak Morgan."Makasih ya, Gan," ucapnya, tulus.Morgan sempat terkejut, begitu pula dengan Jon dan Dion. Momen ini sungguh langka—sangat mustahil bagi Derren, si anak manja yang selalu angkuh, untuk mengucapkan kata terima kasih. Namun, kali ini, suaranya terdengar jujur, tanpa nada sarkasme seperti biasanya.Morgan hanya mengangguk singkat, tanpa kata-kata."Iya aku salah. Aku ngaku salah karena selama ini udah buat kalian susah. Seumur-umur baru kali ini aku punya utang budi," lanjut Derren, suaranya sedikit lebih pelan.Morgan menghela napas. "Nggak usah gitu. Semuanya ada timbal baliknya.""Bener, Gan. Tapi apa yang udah kamu lakuin ke aku, nggak sebanding sama apa yan
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Dikejar Sampai Masjid

Jon, yang paham betul kebiasaan Morgan, langsung menatapnya dengan curiga. "Gan, jangan deh. Kita udah cukup jahat. Nggak pantes berlindung di masjid."Morgan melirik Jon dengan ekspresi tidak setuju. "Jahat apanya? Kita bukan penjahat. Kita cuma orang yang didzolimi."Sebelum ada yang bisa membalas, tiba-tiba suara perut Derren berbunyi cukup keras.Derren langsung memegang perutnya dengan wajah penuh melasnya. "Please, sejam lagi kalau nggak makan, gue tinggal nama nih."Morgan terkekeh. "Makanya, kita ke masjid aja. Di sana pasti ada makanan."Jon masih ragu. "Tapi, Gan—"Morgan mengangkat bahu. "Gini aja, yang mau ikut ayo, yang nggak mau yaudah."Tanpa ragu, ia mulai berjalan menuju masjid.Dion langsung mengikuti. "Aku ikut, Gan."Derren, yang lebih memilih perut kenyang daripada mempertahankan harga diri, langsung menyusul. "Aku juga ikut, bro."Jon akhirnya ikut juga, lebih karena tidak ingin tertinggal dan takut ketangkap polisi lagi.Mereka berjalan mendekati masjid dengan l
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Perlindungan Langsung Dari Tuhan

Jon menelan ludah. Matanya membelalak, lalu segera menundukkan kepala, berharap polisi itu tidak menyadari keberadaannya. Ia melirik Morgan yang berada di sampingnya, lalu berbisik pelan."Gan, kita dalam masalah besar."Morgan menoleh sedikit. Matanya mengikuti arah pandangan Jon, dan saat ia melihat polisi itu, ia tahu bahwa mereka harus segera bertindak."Ambil Al-Qur'an. Pura-pura ngaji," bisik Morgan cepat.Tanpa membuang waktu, mereka berempat mengambil Al-Qur’an yang tersusun rapi di rak dekat pilar masjid. Mereka membuka halaman secara acak dan mulai menunduk, berpura-pura membaca dengan khusyuk.Polisi itu berjalan mendekati marbot yang masih duduk di dekat mimbar. Dengan suara rendah namun terdengar, ia berbicara kepada marbot."Pak, kami sedang mencari emppat buronan yang kabur tadi malam."Morgan dan teman-temannya tetap menunduk, berpura-pura fokus pada Al-Qur'an yang mereka baca. Padahal, jantung mereka berdebar kencang, keringat mulai mengalir di pelipis masing-masing.
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Saksi Kritis

Sejak ia memutuskan untuk menjauh dari keluarganya, ia juga telah kehilangan perlindungan mereka. Tidak ada lagi kemewahan, tidak ada lagi fasilitas, tidak ada lagi orang-orang yang bisa dengan mudahnya menyelesaikan masalahnya.Sekarang, ia hanya memiliki dirinya sendiri dan tiga orang teman yang, meski sering bertengkar, tetap bersamanya dalam pelarian ini.Morgan membuka matanya kembali. Ia menoleh ke arah Jon, Derren, dan Dion yang masih duduk di sekitarnya, wajah mereka tampak sedikit lebih rileks setelah polisi pergi.Mereka masih memiliki satu sama lain."Ayo, kita cari cara buat keluar dari sini," ucap Morgan akhirnya, menepis segala pikiran yang mengganggunya.Ia mungkin tidak lagi punya bodyguard yang selalu siap melindunginya, tapi ia masih punya otaknya sendiri. Dan itu lebih dari cukup.*Regina duduk di kursi dekat ranjang ayahnya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya terus berputar. Suara detak mesin monitor jantung memenuhi ruangan yang sunyi. Napasnya berat, seakan mena
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bersama Emak-Emak, Kita Aman!

Morgan dan teman-temannya duduk di sudut teras pondok. Mereka kompak merasa sedikit canggung. Sejak tadi, mereka hanya makan dan tidur di masjid ini tanpa melakukan apa pun. Rasa tidak enak mulai menyusup di hati mereka."Kayaknya nggak enak deh kalau kita cuma numpang makan disini," bisik Dion sambil melirik ibu-ibu yang sibuk memasak di dapur."Iya, harusnya kita bantuin," timpal Jon."Tapi kalau kita bantuin, kita bisa ketahuan," sela Derren.Morgan melirik ke arah sekumpulan jamaah pria yang duduk di dekat pintu. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan janggut putih panjang, sedang memainkan peralatan make-up kecil sepertinya sisa properti dari pertunjukan seni yang pernah diadakannya di masjid ini.Morgan langsung mendapat ide. Ia menyikut Dion dan berbisik, "Aku punya ide,"Dion mengangkat alis. "Apaan?""Nyamar."Jon menatap Morgan seakan dia baru saja bilang sesuatu yang absurd. "Hah?""Kita bisa pakai kumis dan jenggot palsu dari jamaah itu. Kalau kita kelihatan lebih
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status