All Chapters of Disangka Ojek Ternyata Miliuner: Chapter 51 - Chapter 60

109 Chapters

Disangka Maling Online, Ternyata Miliuner

Suasana baru di kontrakan baru. Bukan berarti harus bangun pagi. Kebiasaan lama tetap terlaksana dengan baik. Morgan menggeliat malas di kasur empuk kontrakan barunya. Matahari pagi sudah menembus tirai jendela, tapi seperti biasa, tubuhnya menolak untuk bangun. Biasanya, alarm ponselnya akan memaksa dirinya untuk bergerak, tetapi pagi ini sesuatu yang lain mengganggu tidur nyenyaknya.Bunyi notifikasi SMS, diikuti oleh dering singkat dari nomor tak dikenal, membuat Morgan mengerang. Ia mengangkat tangan, meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya untuk mengambil ponsel. "Siapa sih, pagi-pagi gini udah ganggu?" gumamnya sambil setengah membuka mata.Jika biasanya alarm hp yang membangunkannya, namun pagi ini justru notif sms lengkap dengan panggilan dari seseorang yang memakai profil platform keuangan digital berinisial Tebak aja sendiri. )Begitu membuka mata dan mengumpulkan niatnya untuk membuka pesan tersebut, Morgan justru dibuat tercengang dengan isinya. Halo sobat D.
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Akhir Drama 'D'

Begitu kelas selesai Morgan segera melanjutkan langkahnya menuju ruangan Prof Gin. "Pokoknya aku nggak mau berurusan lagi sama Prof Gin. Capet dikejar-kejar mulu. Apalagi project abal-abal. Palingan juga itu rencananya dia aja yang mau njebak aku," Morgan berpikir langkah terbaik saat ini menghentikan segala aktivitas dengan musuh kakeknya itu. Selagi identitas aslinya masih aman, dia berani melawan siapapun. Ting..."Ah, siapa sih!" Gerutu Morgan menghentikan langkahnya begitu mendengar notif pesan. "Pas di jalan ada yang ngganggu. Giliran diem di kelas, hp serasa kayak kuburan," Terlanjur kesal mau tidak mau dia harus membuka pesan tersebut. [Gan, buruan ke kantin. Ada masalah nih]Pesan tersebut dari sohibnya siapa lagi kalau bukan Dion."Ah elah masalah apa lagi sih," gerutunya lagi. Padahal tinggal selangkah lagi dia memasuki ruangan Prof Gin. Alih-alih mengabaikan teman-temannya, Morgan justru memilih datang ke kantin. *Disatu sisi Prof Robert sedang bicara dengan Prof
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Enaknya Jadi Cucunya Miliarder

Prof. Robert menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangkat alis seolah mengatakan bahwa ia tahu lebih dari yang seharusnya. “Ah, saya punya telinga di mana-mana, Prof. Kampus ini kecil, kabar seperti itu mudah menyebar,” jawabnya santai, meski sorot matanya tajam.Gin mencoba tersenyum, tetapi senyumnya tampak canggung. Dalam pikirannya, ia memutar berbagai kemungkinan. Jika Prof. Robert sampai tahu soal ini, maka reputasinya yang dibangun bertahun-tahun bisa hancur dalam sekejap."Iya benar Prof, tapi saya punya alasan. Pertama saya tidak ingin uang itu disalahgunakan oleh mahasiswa. Kedua saya---""Mahasiswa yang anda pilih bukan sembarang mahasiswa. Saya berani jamin. Bukan spek jambret ataupun maling yang berkedok sebagai mahasiswa cerdas. Jadi tidak mungkin dana tersebut disalahgunakan," Gin mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mulai menyeruak ke permukaan. Senyum getirnya nyaris memudar saat ia mendengar nada tegas dari Prof. Robert. Kata-kata itu, meski diuca
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kembalikan Uang Kami! (Part 1)

Siang itu, suasana di depan kantor sementara Morgan dan tim berubah kacau. Langit yang sedikit mendung tidak mampu meredakan panasnya emosi ratusan orang yang berkerumun di depan pagar perumahan itu. Suara teriakan dan desakan semakin menggema, menyedot perhatian penghuni sekitar."Kembalikan uang kami!" seseorang berteriak lantang, suaranya memecah keramaian, diikuti teriakan lain yang tak kalah emosional."Woi, keluar kalian!" teriak seorang pria berbaju batik yang terlihat memimpin aksi. Beberapa orang lainnya menggedor-gedor pagar dengan tangan kosong, bahkan ada yang memukulnya dengan benda keras seperti tongkat atau kayu.Di tengah kerumunan itu, beberapa ibu-ibu terlihat mengomel keras sambil menunjuk-nunjuk ke arah kantor. "Mahasiswa kok nipu! Anak muda macam apa itu? Kita bayar mahal buat apa?" Salah satu dari mereka menggandeng anak kecil yang memegang kertas bertuliskan, "Uang Kami Dimana?"Teriakan demi teriakan semakin memanas, beberapa orang mulai melontarkan makian kasa
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kembalikan Uang Kami! (Part 2)

Morgan melangkah maju sedikit, tetapi kerumunan justru semakin menggila. Seseorang mencoba mendorong maju, sementara yang lain berteriak semakin nyaring."Mana uang kami?Kembalikan!""Penipu! Jangan cuma diam di situ!""BAPAK-BAPAK IBU-IBU SAYA MOHON TENANG!" bentak Morgan. Kodam suaranya sampai keluar dan berhasil menghentikan riuh para masa. "SAYA MEMANG GAGAL DALAM PROJEK INI. TAPI SAYA TEKANKAN. DP KALIAN MASIH AMAN," ucap Morgan menunjukkan tas hitam besar itu lalu membukanya. Dia menunjukkan sejumlah uang yang berada di dalam tas tersebut. Dion dan Jon saling menatap. Apalagi yang mereka pikirkan selain darimana Morgan mendapat uang sebanyak itu. "BAGI YANG INGIN MEMBATALKAN KERJASAMA DENGAN KITA SILAHKAN AMBIL KEMBALI UANGNYA," *Regina sedang duduk di bangku taman kota, menikmati suasana siang yang sejuk. Ponselnya berada di tangan, jarinya menggulir layar, membuka aplikasi Instagram untuk menghabiskan waktu.Namun, pandangannya tiba-tiba terpaku pada sebuah unggahan vide
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Kang Ojek dan Penumpangnya

Regina yang duduk di belakang Morgan terus tersenyum, meskipun ia berusaha menutupi rasa malunya. Matanya tak bisa berhenti memandang Morgan, merasa sesuatu yang tidak biasa muncul di benaknya."Demi apapun, Morgan... sweet banget sih," pikirnya dalam hati, merasa kagum sekaligus terkejut dengan sikap Morgan yang terkesan tenang dan sangat misterius.Sementara itu, Morgan yang melaju dengan fokus tiba-tiba melirik sekilas melalui spion kanan. Melihat Regina yang tersenyum seperti orang yang sedang salah tingkah membuatnya mengernyitkan dahi. "Ni cewek stress atau gimana sih?" batinnya. Ia tidak bisa membendung rasa heran yang tiba-tiba muncul. Namun, ia memilih untuk tidak terlalu memperhatikannya, lebih memilih untuk tetap fokus pada jalanan yang semakin sepi.Perjalanan di atas motor terasa lebih panjang dari biasanya, tapi juga anehnya menyenangkan. Ia menyadari betul ada sesuatu yang menggelitik di dalam dadanya setiap kali berada di dekat pria itu. Kagum, mungkin. Tapi lebih dar
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Loh Kamu!

Morgan merasakan cengkeraman Regina yang semakin erat di bahunya, namun itu tidak cukup. Dengan satu tangan tetap memegang setang motor, ia menarik tangan Regina agar melingkar di pinggangnya."Pegang erat. Jangan sampai lepas," katanya dengan keras, suaranya terdengar melalui desingan angin yang terus menyerang.Regina menurut tanpa banyak bertanya, meski tubuhnya mulai gemetar. Motor mereka melaju semakin cepat, tetapi suara knalpot dari belakang terus menghantui. Suara bising itu seperti gema dari ancaman yang semakin mendekat, menyesakkan dada Regina.Tiba-tiba, dari sudut matanya, Morgan melihat satu motor geng itu mengambil jalur lain, memotong jalan dengan kecepatan tinggi. Ia tahu apa yang akan terjadi, tetapi tak ada banyak waktu untuk bereaksi.Benar saja, dalam hitungan detik, salah satu motor geng itu berhasil memotong jalurnya dan berhenti mendadak tepat di depan. Morgan refleks menarik rem keras-keras, suara decitan ban menggesek aspal terdengar memekakkan. Motor yang m
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Blush On Alami

Wajah Morgan penuh luka memar. Ada lebam ungu kebiruan di sekitar pipi kirinya, sementara sudut bibirnya mengering, meninggalkan bekas darah yang pecah saat ia berusaha berbicara.Regina segera menghampiri mereka. "Jadi yah, Morgan tadi nganterin aku. Untung aja ada Morgan. Coba aja kalau aku pulang sendiri. Pasti aku nggak mungkin bisa nelpon ayah," ujar Regina. Prof Robert terdiam. "Pasti ada yang mengincar Regina. Setiap kali aku membahas administrasi kampus, anakku selalu jadi sasarannya," batin Prof Robert. Disatu sisi Morgan juga merenung. "Ini pasti ulah musuh kakek. Nggak ada abisnya musuh kakek nyerang aku. Sekarang malah nyerang temen-temenku. Ini nggak bisa dibiarin. Aku harus bertindak," ucap Morgan. "Kalau begitu saya Permisi pak, Regina," ucap Morgan. "Heh tunggu," pinta Prof Robert. Morgan mengurungkan niatnya untuk pergi. Tak disangka Prof Robert memegang pundak Morgan dan berkata "Makasih ya,"ucapnya dengan lirih. Morgan menganggukkan kepala. *Malam itu, Morg
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Mr. G Menghilang

"Aduh cemong-cemong gini nggak papa deh asal camer tau," Pagi-pagi Jon tak hentinya mengejek Morgan sembari mencubit pipi Morgan."Apasih Jon," Morgan menghindar. "Heh Jon, blush on alami ini jadi prasasti tau nggak," sahut Dion. "Hahaaa bener juga. Prasasti pengorbanan untuk raden ayu Regina dan untuk kanjeng Robert," imbuh JonJon dan Dion sampai tertawa terbahak-bahak. Alih-alih ikut tertawa Morgan justru semakin kesal. Ia menyesal menceritakan apa yang terjadi kemarin siang pada dua temannya. "Puas.. Puas kalian?" "Banget Gan,bangetttt," Jon sampai menepuk pundak Morgan Sambil tertawa. Tak terasa langkah mereka telah tiba di kompleks perumahan. Saat mereka membuka pintu, suasana di dalam kantor yang dulu tampak rapi dan teratur kini berubah drastis. Pemandangan pertama yang mereka temui adalah jendela yang hancur, pecahan kaca berserakan di lantai. Di sekitar pecahan kaca, beberapa kertas penting yang seharusnya disimpan dengan aman tergeletak acak, sebagian tergulung dan
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Prof 'R' Mode Green Flag

"Sialan! Masa yang boleh masuk cuma 1 orang sih," gerutu Morgan di depan gedung rektorat. "Mau gimana lagi Gan, udah kita tunggu info dari Dion aja," ujar Jon sambil memegang pundak Morgan. Saat mereka sedang kesal, pemandangan yang mereka lihat kali ini justru menambahkan kekesalan pada diri mereka. "Prof Robert kayak mau nyamperin kita deh, Gan," ucap Jon mengamati langkah pria setengah abad itu yang seperti mengarah ke mereka berdua. "Ah, pasti mau ngomel nih," sahut Morgan. "Gimana, kabur aja. Pura-pura nggak tau," usul Jon. "Nggak nggak, udah kita ladenin aja," sahut Morgan.Bayangan Prof Robert semakin dekat. Begitu juga dengan angan-angan Morgan ketika melihat pria itu yang selalu teringat omongan pedasnya. "Kalian ngapain disini," tanya Prof Robert. "Nunggu Dion pak," sahut Morgan. "Ada masalah apa sampai kalian lapor ke rektorat," tanya Prof Robert. Jon hanya diam. Tapi dalam hati ia membatin "ni orang ketinggalan berita atau gimana sih," ucap Jon dalam hati. "Panj
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status