Home / Thriller / Disangka Ojek Ternyata Miliuner / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Disangka Ojek Ternyata Miliuner: Chapter 61 - Chapter 70

109 Chapters

Cepat Lunasi Hutangmu!

Selesai membaca, Morgan hanya menarik napas pendek, tanpa tanda-tanda senang atau kesal. Wajahnya tetap datar seperti biasanya. Ia menatap tulisan itu sebentar, cukup untuk memastikan siapa pengirimnya. Tidak ada kejutan, tidak ada perasaan berlebih. Dia sudah tahu.Kertas itu ia lipat kembali dengan asal dan ia genggam bersamaan dengan kotak sandwich di tangannya. Matanya kemudian kembali menatap ke arah parkiran, mengawasi sekitar sejenak, seperti memastikan tidak ada yang memperhatikan. Meski pikirannya sempat terlintas pada pengirimnya, ia tidak terlalu memedulikan maksud di balik pesan itu. Tanpa terburu-buru, Morgan hanya berdiri di sana sebentar, kotak sandwich masih dalam genggamannya. Tanpa berasumsi atau mencari nama yang mengirim sandwich itu, Morgan sudah tau siapa pengirimnya. "Nggak bapaknya nggak anaknya kenapa hari ini pada aneh ya. Si bapaknya ngasih janji mau bantuin, si anaknya tiba-tiba ngirim sandwich," ucap Morgan Sambil menggantungkan kresek itu pada spion. *
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Nggak Enaknya Jadi Cucunya Miliarder

Morgan sedikit terkejut mendengar suara yang begitu mendesak itu. Meskipun ia mencoba tenang, ada kerisauan yang samar muncul di wajahnya. Suara di ujung telepon itu terdengar mengejutkan, bahkan seolah-olah memberikan ultimatum, membuat perutnya mual sejenak. Namun, ia berusaha mengendalikan dirinya.Dengan santai, ia menggigit sandwich lagi, menikmati rasa gurih yang masih tersisa di mulutnya. "Kakek ngagetin aja," gumamnya pelan, lebih untuk menenangkan diri sendiri. Dalam kepalanya, perhitungan mulai berputar—mengingat betapa rumitnya situasi ini, dengan uang yang belum bisa ia kembalikan.Namun, meskipun telepon itu terkesan mendesak, Morgan tidak menunjukkan kegelisahan yang signifikan. Ia hanya terus menikmati sandwichnya dengan tenang, meski hatinya sedikit berdebar. "Iya-iya, pasti dikembalikan kok. Sabar kek sabar," ia menjawab lagi, kali ini dengan suara lebih santai. Seolah berbicara dengan seseorang yang hanya mengingatkan, bukan seseorang yang mengancam.Ia menarik napas
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Berending Nekat

Morgan hanya mengangkat bahu, tanpa berkata apa-apa lagi, seolah memberikan isyarat bahwa dia tak ingin berlama-lama membahas hal itu."Aduh duh, ini pasti karena abis ditolongin kemarin. Lagian juga nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba banget kamu mau nganterin Regina pulang. Biasanya juga kamu tinggalin," Jon mulai menyenggol Morgan. Mengingat kemarin siang demi menghindari pertanyaan mengenai uang 3M itu, Morgan sampai rela kabur atas dalih hendak mengantarkan wanita itu. "Sial mulu deh kalau sana cewek itu. Endingnya aku dipukulin. Belum lagi ni dua orang semangat bener jodohin aku sama cewek itu," batin Morgan. "Btw ini homemade loh,"Dion membaca kotak itu. "Hah serius?" Sahut Jon."Kalau seingatku Regina pernah nge-post iklan sandwich. Kayaknya dia promosi bisnisnya sendiri," jelas Dion. Jon memetikkan jari. Itulah yang dia lakukan ketika mendapat ide. "Gan, kenapa kamu nggak ngelamar jadi delivery bisnisnya Regina. Mayan lo, sama-sama untung," usul Jon. "Ogaaaahh," s
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Duta Buronan

"Datangi alamat ini, dan bawa Morgan pulang bagaimanapun caranya!""SIAP!"Arthur Collim tidak mau mendengar alasan. Dia menatap tajam ke arah anak buahnya yang berdiri berbaris di hadapannya. Semua sudah siap dengan perintahnya. Tidak ada celah untuk gagal kali ini."Lawan dia kalau perlu. Masa sama anak kemarin sore aja kalah terus?"Para bodyguardnya mengangguk patuh. Morgan selama ini selalu berhasil lolos dari kejaran mereka, tapi kali ini tidak boleh terjadi lagi. Mereka sudah menyiapkan berbagai cara untuk membawanya pulang—bahkan jika harus menggunakan cara yang lebih kasar.Begitu para anak buahnya pergi, Arthur menghela napas panjang. Ia melangkah ke balkon, berdiri di sana dengan tangan di belakang punggung, menatap ke arah langit malam yang pekat. Udara dingin menerpa wajahnya, tetapi pikirannya terus berkecamuk.Gin.Arthur tahu musuhnya itu sangat licik. Selama ini Gin selalu bermain di belakang layar, memanipulasi keadaan, dan sekarang dia berusaha menjebak Morgan. Tida
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Training Jadi Buronan

Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Kota telah lama tenggelam dalam keheningan. Hanya lampu jalan yang masih menyala redup, menemani deretan bangunan yang sunyi. Sesekali suara kendaraan terdengar di kejauhan, namun lebih sering yang terdengar hanyalah desir angin malam yang mengalir di antara gedung-gedung.Jonathan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah berjam-jam duduk di bangku beton dekat taman. "Aku pulang dulu," ucapnya sambil menguap lebar. "Sudah nggak tahan, kepalaku rasanya berat banget."Dion mengangguk. Ia juga sudah mulai mengantuk. "Aku juga. Besok ada kelas pagi."Mereka berdua menoleh ke arah Morgan yang masih duduk dengan santai, kakinya berselonjor di atas bangku."Kamu nggak pulang?" tanya Jonathan heran.Morgan mengangkat bahu. "Belum ngantuk."Dion melirik jam di ponselnya, lalu kembali menatap Morgan. "Jangan sampai kemalaman. Sudah jam segini, takutnya ada apa-apa di jalan."Morgan hanya tersenyum kecil tanpa menjawab. Setelah kedua temannya pergi, ia b
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Itu Kan Prof 'G'

Pagi harinya, Morgan terbangun dengan kepala berat. Tubuhnya terasa pegal, tapi kasur tipis yang dia tiduri lebih nyaman daripada aspal. Ia mengerjapkan mata, mencoba memahami dimana dia sekarang.Di sampingnya, seorang pria berseragam duduk dengan santai, mengamatinya."Mas Morgan," sapa satpam itu dengan senyum kecil.Morgan langsung terduduk kaget. "Kok saya bisa di sini, Pak?"Satpam itu terkekeh. "Semalam saya lihat Mas kayak orang mabuk di depan gerbang. Terus saya bopong ke sini deh. Saya kira Mas mabuk beneran, ternyata enggak."Morgan memejamkan mata sejenak. Bayangan kejadian semalam perlahan kembali ke benaknya. Dia ingat mengendarai motor ke kampus dalam kondisi setengah sadar karena mengantuk berat. Dia juga ingat bagaimana aspal dingin menyambut tubuhnya saat dia akhirnya menyerah dan tertidur di depan gerbang.Morgan menghela napas panjang. "Pak, saya jadi—""Nggak cuma itu, Mas," potong satpam itu dengan nada lebih serius. "Selang beberapa lama, ada motor dan orang mon
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Nggak Sia-Sia Ngojek

Morgan bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dalam sekejap, matanya menangkap sosok di dalam mobil itu. Ia yakin itu adalah Prof. Gin, meskipun sosok itu hanya terlihat sekilas. Dan yang lebih mencengangkan, sebelum mobil itu melaju lebih jauh, Morgan sempat melihat Prof. Gin melirik ke arahnya. Lirikannya itu singkat, hampir tidak terlihat, namun cukup jelas bagi Morgan.“Prof. Gin?” gumam Morgan, masih terkejut.Tanpa berpikir panjang, Morgan langsung berbalik arah dan menyalakan motor dengan cepat. Ia tak peduli lagi tentang arah yang seharusnya ia ambil. Yang ada dalam pikirannya hanya satu: mengejar mobil itu. Ada sesuatu yang tidak beres, dan ia tidak bisa membiarkannya begitu saja.Ia melaju cepat, menghindari kendaraan lain, dan berusaha mengejar mobil Prof. Gin yang semakin menjauh. Jalanan agak sepi, memberi sedikit keuntungan bagi Morgan untuk menambah kecepatan. Namun, mobil itu terlalu cepat, dan jaraknya semakin jauh.“Jangan sampai hilang!” pikir Morgan denga
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Jadi Detektif Dulu

Morgan menahan napas, matanya fokus pada layar ponselnya yang sedang merekam percakapan antara Prof. Gin dan investor tersebut. Setiap kata yang keluar dari mulut Prof. Gin semakin membuat darahnya mendidih. Ia merasa seolah telah menemukan bukti yang sangat berharga untuk melawan pria itu.Tapi saat ia mulai merasa sedikit lega dan yakin bahwa ia telah mengumpulkan cukup bukti, tiba-tiba pikirannya teralihkan oleh suara kucing disebelahnya. Sontak ia tersentak, hampir membuat ponselnya terjatuh dari genggaman tangan. Dalam ketergesaan itu, dia tanpa sengaja menekan tombol kamera.Klik!Sebuah cahaya terang seketika membias dari ponsel, dan Morgan seketika menyadari bahwa flash kamera menyala tanpa sengaja. Hatinya langsung berdegup kencang. "Aduh, sial!" pikirnya, matanya melihat sekilas kilatan cahaya itu yang pasti akan membuat orang-orang di dalam gedung itu menyadari kehadirannya. Mereka pasti sudah tahu kalau ada seseorang di luar yang mengawasi.Tak lama kemudian, beberapa oran
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Dugaan Kuat Akhirnya Terbukti

Setelah berhasil menyembunyikan diri dan memastikan bahwa ia aman dari kejaran, Morgan memutuskan untuk kembali ke kampus. Dengan motor yang sudah mulai terasa berat karena perjalanan panjang, ia melaju pelan menuju taman kampus yang sepi. Hari sudah siang, dan tidak banyak orang yang terlihat di sekitar taman tersebut. Itu adalah tempat yang sempurna untuk bertemu dengan Jon dan Dion, dua teman yang selalu ada saat ia membutuhkan.Morgan merasa gelisah, tetapi ia tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat. Ia mengeluarkan ponselnya dan menatap rekaman dan foto yang berhasil ia ambil tadi. Semua bukti yang ia miliki bisa menjadi kunci untuk menghentikan tindakan jahat Prof. Gin. Begitu sampai di taman, ia segera menghubungi Jon dan mengajak temannya itu untuk berkumpul.Tak lama kemudian, Jon datang dengan wajah serius. Begitu melihat Morgan, dia langsung menghampiri dengan langkah cepat."Gan, kamu kenapa? Kok lusuh gitu?" tanya Jon, matanya penuh keprihatinan.Morgan menatap Jon, la
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Nekat Jadi Maling

Regina adalah anak didik Prof Gin yang sedang melakukan bimbingan rutin untuk tugas akhirnya. Wanita polos itu sama sekali tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. "Saya sekarang sudah di ruangan,"Pesan tersebut membangkitkan semangat mahasiswa tingkat akhir itu untuk menyelesaikan tugas akhirnya. "Baik banget sih Prof Gin. Padahal cuti. Tapi masih nyempetin waktu buat ngoreksi proposalku,"ujar Regina.*Malam itu, suasana kampus sepi, hanya ada beberapa lampu jalan yang menyinari jalan setapak menuju gedung kampus. Morgan, Dion, dan Jon sudah siap dengan penampilan mereka—jaket hitam, masker, dan topi hitam, berusaha menyamarkan identitas mereka. Masing-masing dari mereka terlihat tegang dan penuh perhitungan, hati mereka berdetak kencang saat mereka berdiri di depan tembok yang menghalangi mereka untuk masuk ke gedung kampus yang sepi ini. Misi mereka malam ini sangat berisiko, namun sudah tidak ada pilihan lain. Mereka harus masuk ke ruangan milik Prof Gin, mencari bukti-bukti y
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status