Share

Log Out dari Neraka

Author: cobaltpen
last update Last Updated: 2025-01-31 22:48:12

“Apaan sih?” Jon menggerutu, setengah sadar.

“Bangun! Ada yang kebakar!” Morgan berseru lebih keras.

Dion yang masih setengah mengantuk akhirnya mencium bau yang sama. Seketika ia terduduk, matanya membelalak.

“Brengsek! Ini beneran kebakaran?!”

Tak butuh waktu lama sebelum kepulan asap semakin tebal, membuat semua tahanan mulai tersadar. Teriakan panik mulai menggema dari berbagai sel.

“Pak! Kebakaran, Pak!”

“Tolong buka pintunya!”

Morgan langsung berdiri dan memegang jeruji besi. Matanya menatap ke arah lorong yang mulai dipenuhi asap. Dari kejauhan, ia bisa mendengar suara ribut dari dapur.

Derren yang masih demam pun mulai batuk keras. Asap semakin banyak masuk ke dalam sel mereka.

“Pak! Bukain pintunya! Kami bisa mati di sini!” Jon berteriak sekeras mungkin, suaranya hampir tenggelam oleh teriakan lain.

Akhirnya, suara langkah kaki petugas terdengar. Dari balik asap, terlihat seorang polisi dengan kunci di tangannya, berusaha membuka sel satu per satu.

Saat pintu sel Morgan dan y
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Say Goodbye

    Jon masih tidak percaya. "Kamu tau dari mana jalan ini Gan?""Waktu aku dihukum bersihin dapur, aku nemu ini. Awalnya aku pikir ini cuma ruang gudang biasa, tapi ternyata di dalamnya ada jalur ke luar."Dion masih ragu. "Kita beneran bisa keluar dari sini?"Morgan menatap mereka dengan penuh keyakinan. "Kalau kita tetep di sini, kita mati. Kalau kita keluar dari celah ini, kita punya kesempatan untuk bebas."Tanpa pikir panjang, Morgan masuk ke dalam celah itu, masih menggendong Derren. Jon dan Dion saling pandang sebelum akhirnya ikut masuk.Di balik celah itu, mereka menemukan lorong sempit yang berdebu dan pengap, seolah sudah lama tidak digunakan. Mereka berjalan dengan cepat, menahan batuk akibat asap yang masih mengikuti dari belakang.Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di ujung lorong—dan di hadapan mereka, ada dinding yang harus dipanjat untuk mencapai atap luar penjara."Sial... kita harus manjat." Jon menggerutu.Dion menggigit bibirnya. "Morgan, gimana caranya kam

    Last Updated : 2025-01-31
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Ini Baru Cucuku

    Kabar tentang kaburnya empat tahanan dari penjara langsung meledak di media sosial. Dalam hitungan jam, berita itu menyebar ke berbagai platform.#trending18"RUMAH TAHANAN DI LALAP SI JAGO MERAH, EMPAT TAHANAN BERHASIL KABUR DARI PENJARA.""POLISI MENETAPKAN EMPAT TERSANGKA MENJADI BURONAN. BERIKUT DATA LENGKAP EMPAT TERSANGKA""DIDUGA MELAKUKAN KEJAHATAN BERENCANA, EMPAT MAHASISWA KINI MENJADI BURONAN"Prof. Gin, yang sedang membaca berita itu di ruangannya, mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras, wajahnya memerah karena amarah."Brengsek...! Mereka berhasil kabur?!"Dia langsung menghubungi semua anak buahnya. Suaranya mewakili amarahnya yang penuh tekanan. "Cari mereka sekarang juga! Gunakan semua koneksi kita miliki! Aku tidak mau mendengar mereka lolos!"Orang-orang di bawah komandonya langsung bergerak. Polisi memperketat penjagaan di setiap perbatasan kota, kamera CCTV di jalan utama mulai dipantau. Bahkan para preman bayaran yang setia pada Gin dikerahkan untuk mencari mere

    Last Updated : 2025-01-31
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Miskin Pro

    (Bayangin, tidur di ruangan pengap bau tai ayam. Bayangin aja dulu Bayangin, marah belakangan)Morgan membuka matanya dengan cepat, mendengar suara samar deru kendaraan di kejauhan. Tubuhnya terasa kaku setelah semalaman tidur dalam posisi sempit di atas tumpukan jerami yang bercampur dengan bau kandang ayam di dalam truk. Saat menoleh, ia melihat Jon, Dion, dan Derren masih tertidur nyenyak, napas mereka naik turun perlahan.Namun, Morgan tahu mereka tidak bisa terus bersembunyi di sini. Situasi semakin berisiko. Jika sopir truk sadar ada penumpang gelap di belakang, mereka bisa langsung dilaporkan ke polisi.Tanpa ragu, ia mengguncang bahu Jon. “Woi, bangun,” bisiknya tegas.Jon mengerjap-ngerjapkan mata, masih kebingungan. "Hah? Udah sampai mana kita?" tanyanya dengan suara serak.Morgan melirik ke luar celah kayu di bak truk. Gelapnya malam telah berganti dengan semburat jingga yang mulai memenuhi langit. Mereka telah melewati malam yang panjang tanpa tahu di mana sekarang. Jalana

    Last Updated : 2025-02-01
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Mau Tobat Dulu

    Dion, yang sedari tadi menahan diri, akhirnya menyahut. "Heh, Derren. Kita nggak maksa kok. Kalau kamu masih betah di penjara, ya udah balik sana."Suasana mendadak sunyi.Morgan memandang Derren, menunggu responsnya. Namun, alih-alih marah atau membalas dengan omelan lain, Derren justru melangkah maju dan menepuk pundak Morgan."Makasih ya, Gan," ucapnya, tulus.Morgan sempat terkejut, begitu pula dengan Jon dan Dion. Momen ini sungguh langka—sangat mustahil bagi Derren, si anak manja yang selalu angkuh, untuk mengucapkan kata terima kasih. Namun, kali ini, suaranya terdengar jujur, tanpa nada sarkasme seperti biasanya.Morgan hanya mengangguk singkat, tanpa kata-kata."Iya aku salah. Aku ngaku salah karena selama ini udah buat kalian susah. Seumur-umur baru kali ini aku punya utang budi," lanjut Derren, suaranya sedikit lebih pelan.Morgan menghela napas. "Nggak usah gitu. Semuanya ada timbal baliknya.""Bener, Gan. Tapi apa yang udah kamu lakuin ke aku, nggak sebanding sama apa yan

    Last Updated : 2025-02-01
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Dikejar Sampai Masjid

    Jon, yang paham betul kebiasaan Morgan, langsung menatapnya dengan curiga. "Gan, jangan deh. Kita udah cukup jahat. Nggak pantes berlindung di masjid."Morgan melirik Jon dengan ekspresi tidak setuju. "Jahat apanya? Kita bukan penjahat. Kita cuma orang yang didzolimi."Sebelum ada yang bisa membalas, tiba-tiba suara perut Derren berbunyi cukup keras.Derren langsung memegang perutnya dengan wajah penuh melasnya. "Please, sejam lagi kalau nggak makan, gue tinggal nama nih."Morgan terkekeh. "Makanya, kita ke masjid aja. Di sana pasti ada makanan."Jon masih ragu. "Tapi, Gan—"Morgan mengangkat bahu. "Gini aja, yang mau ikut ayo, yang nggak mau yaudah."Tanpa ragu, ia mulai berjalan menuju masjid.Dion langsung mengikuti. "Aku ikut, Gan."Derren, yang lebih memilih perut kenyang daripada mempertahankan harga diri, langsung menyusul. "Aku juga ikut, bro."Jon akhirnya ikut juga, lebih karena tidak ingin tertinggal dan takut ketangkap polisi lagi.Mereka berjalan mendekati masjid dengan l

    Last Updated : 2025-02-01
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Perlindungan Langsung Dari Tuhan

    Jon menelan ludah. Matanya membelalak, lalu segera menundukkan kepala, berharap polisi itu tidak menyadari keberadaannya. Ia melirik Morgan yang berada di sampingnya, lalu berbisik pelan."Gan, kita dalam masalah besar."Morgan menoleh sedikit. Matanya mengikuti arah pandangan Jon, dan saat ia melihat polisi itu, ia tahu bahwa mereka harus segera bertindak."Ambil Al-Qur'an. Pura-pura ngaji," bisik Morgan cepat.Tanpa membuang waktu, mereka berempat mengambil Al-Qur’an yang tersusun rapi di rak dekat pilar masjid. Mereka membuka halaman secara acak dan mulai menunduk, berpura-pura membaca dengan khusyuk.Polisi itu berjalan mendekati marbot yang masih duduk di dekat mimbar. Dengan suara rendah namun terdengar, ia berbicara kepada marbot."Pak, kami sedang mencari emppat buronan yang kabur tadi malam."Morgan dan teman-temannya tetap menunduk, berpura-pura fokus pada Al-Qur'an yang mereka baca. Padahal, jantung mereka berdebar kencang, keringat mulai mengalir di pelipis masing-masing.

    Last Updated : 2025-02-01
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Saksi Kritis

    Sejak ia memutuskan untuk menjauh dari keluarganya, ia juga telah kehilangan perlindungan mereka. Tidak ada lagi kemewahan, tidak ada lagi fasilitas, tidak ada lagi orang-orang yang bisa dengan mudahnya menyelesaikan masalahnya.Sekarang, ia hanya memiliki dirinya sendiri dan tiga orang teman yang, meski sering bertengkar, tetap bersamanya dalam pelarian ini.Morgan membuka matanya kembali. Ia menoleh ke arah Jon, Derren, dan Dion yang masih duduk di sekitarnya, wajah mereka tampak sedikit lebih rileks setelah polisi pergi.Mereka masih memiliki satu sama lain."Ayo, kita cari cara buat keluar dari sini," ucap Morgan akhirnya, menepis segala pikiran yang mengganggunya.Ia mungkin tidak lagi punya bodyguard yang selalu siap melindunginya, tapi ia masih punya otaknya sendiri. Dan itu lebih dari cukup.*Regina duduk di kursi dekat ranjang ayahnya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya terus berputar. Suara detak mesin monitor jantung memenuhi ruangan yang sunyi. Napasnya berat, seakan mena

    Last Updated : 2025-02-01
  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Bersama Emak-Emak, Kita Aman!

    Morgan dan teman-temannya duduk di sudut teras pondok. Mereka kompak merasa sedikit canggung. Sejak tadi, mereka hanya makan dan tidur di masjid ini tanpa melakukan apa pun. Rasa tidak enak mulai menyusup di hati mereka."Kayaknya nggak enak deh kalau kita cuma numpang makan disini," bisik Dion sambil melirik ibu-ibu yang sibuk memasak di dapur."Iya, harusnya kita bantuin," timpal Jon."Tapi kalau kita bantuin, kita bisa ketahuan," sela Derren.Morgan melirik ke arah sekumpulan jamaah pria yang duduk di dekat pintu. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan janggut putih panjang, sedang memainkan peralatan make-up kecil sepertinya sisa properti dari pertunjukan seni yang pernah diadakannya di masjid ini.Morgan langsung mendapat ide. Ia menyikut Dion dan berbisik, "Aku punya ide,"Dion mengangkat alis. "Apaan?""Nyamar."Jon menatap Morgan seakan dia baru saja bilang sesuatu yang absurd. "Hah?""Kita bisa pakai kumis dan jenggot palsu dari jamaah itu. Kalau kita kelihatan lebih

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Akhir Kisah Bos Ojek

    "Sedikit lagi proyek itu selesai. Kamu segera susun anggarannya ya. Pastikan jangan sampai ada yang nggak keinput," ujar Arthur. "Baik pak," Bahkan setelah tiba di rumah, tak hentinya pria paruh baya itu membicarakan pasal bisnisnya. Menggambarkan betapa kerasnya dia bekerja meski sudah kaya raya. "Kalau begitu saya permisi pak," ujar asistennya. Arthur mengangguk. Kini waktunya Arthur istirahat. Namun setelah beberapa detik ia memalingkan pandangannya dari asistennya, kini asistennya muncul lagi dihadapannya. "Mohon maaf pak, ada tamu yang ingin menemui bapak," Arthur mengerutkan dahi. "Jam segini ada tamu?" Arthur menoleh ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul 10 Malam. "Iya pak, katanya urgent pak," sahut Asisten. Tanpa bertanya siapa yang bertamu malam-malam begini, Arthur memilih menemui tamunya itu. Yang benar saja begitu tiba di ruang tamu dia dibuat heran dengan tamunya malam ini. Sosok cengengesan itu duduk diatas sofa dengan sopan itu layaknya ta

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Yah Telat!!!

    Morgan membuka tasnya dengan santai, berniat mengambil catatan untuk membunuh waktu gabutnya. Sementara Jon dan Dion masih berkutat dengan skripsi mereka. Namun, begitu resleting tas terbuka, matanya langsung menangkap sesuatu yang berbeda yaitu setangkai mawar merah, masih segar, kelopaknya terbuka dengan indah. Morgan terdiam. Mawar itu… Dia sudah lama berniat memberikannya pada Regina, sebagai ungkapan isi hatinya yang sebenarnya. Sebuah permintaan maaf atas semua kesalahpahaman yang terjadi, sekaligus sebuah pengakuan. Namun, entah kenapa, kesempatan itu selalu terlewat. Entah karena situasi yang tidak tepat, atau mungkin karena dia sendiri masih ragu apakah ini saat yang tepat. Tapi sekarang, melihat bunga itu di dalam tasnya, dia merasa seolah mendapat pengingat. "Niat baik nggak boleh ditunda," pikirnya. "Aku harus minta maaf ke Regina, sekalian ngasih bunga ini sebagai ungkapan isi hatiku yang sebenarnya." Morgan menarik napas dalam, kemudian dengan gerakan cepat, ia mer

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Kata Siapa Jadi Orang 'Kaya' Enak

    "Ngurus cucu satu aja susahnya kayak ngurus puluhan orang. Susah banget. Pengennya itu lo ngadi-ngadi. Pengen jadi tukang ojeklah, pengen jadi anak kos lah, pengen jadi gelandangan lah, sekarang pengen jadi bos ojek, setelah ini pengen apalagi coba?" Sopir dan asisten Arthur terdiam seksama setelah mendengarkan ocehan Arthur. Di dalam mobil yang biasanya membahas schedule meeting dengan client atau urusan bisnis lainnya, kali ini dipenuhi dengan keluhan Arthur terhadap cucunya. "Kalian jangan diam aja dong! Kasih tanggapan atau apa kek," keluh Arthur mendapati sopir dan asistennya tak merespon. Mereka justru terlihat kompak mengangguk sungkan. "Menurut kalian saya harus gimana? Kalau tak larang, nanti dia ngambek. Tapi nggak mungkin juga toh cucuku jadi bos ojek. Apa kata orang-orang nanti. Udah paling bener dikurung aja si Morgan itu. Ngrepoti ae," Arthur mulai putus asa. Terlihat dari caranya menyandarkan punggungnya ke kursi mobil. "Maaf pak, tapi saya rasa dengan mengu

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Panggil Aku 'Bos Morgan'

    Jauh dari kehidupan sebelumnya. Tanpa perlu panas-panasan mencari penumpang hanya untuk bertahan hidup. Tidak ada aturan harus bangun pagi agar tidak antre mandi. Dan tak perlu mengeluarkan tenaga setengah isdet demi memenuhi semua kebutuhannya. Karena sekarang apa yang dia butuhkan ada dalam genggamannya. Begitulah kehidupan Morgan sekarang ini. Sudah hampir satu bulan sejak dinyatakan bebas dari penjara, dia kembali ke setelah awan menjadi tuan muda Morgan Junior Collim. Hari-harinya dihabiskan dengan rebahan sembari menunggu luka akibat tembak di kakinya mengering. Saking nyamannya, dia enggan keluar kamar hanya untuk melihat matahari. Dari jendela kamarnya terpampang lukisan pemandangan asli langit kota. Jauh sekali dengan pemandangan di kontrakannya. Tak hanya itu, kalau urusan makan, dia tak perlu khawatir. Pelayan di rumahnya sedia 25 jam di depan kamarnya. Lantas beban mana lagi yang hendak kau keluhan Gan Morgan...."Ahhhh bosaaaann," ujarnya sembari membanting hp.Berula

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Resign dari Hidup Miskin

    "Maaaakk, Jon bebasss,"Tidak ada momen paling mahal detik ini selain pelukan antara ibu dan anak. Mungkin diluar sana sahabat Morgan satu ini terkenal akan kemandiriannya. Namun siapa sangka, dia adalah anak yang amat dekat dengan orang tuanya. "Alhamdulillaaahh Jon!! Alhamdulillah Alhamdulillah," Ucap syukur itu tidak sekedar terdengar trenyuh di telinga. Melainkan tembus relung hati. Begitu juga dengan setiap untaian doa yang tak ada jedanya keluar dari bibir sang ibu. Setiap amin-nya menembus langit dan langsung didengar oleh Sang Maha Kuasa. "Maapin Jon ya maak," "Iya Jon, lain kali ati-atiiii yaa. Baca bismillah dulu yah, jangan gegabah," Tak hentinya sang ibu mengusap rambut putranya yang kini usianya mencapai hampir seperempat abad. Namun bagi sang ibu, anaknya tetap anak kecil yang butuh nasihat. "Iya mak, Jon janji bakal lebih hati-hati lagi," Disatu sisi yang paling tersiksa melihat momen ini tidak lain adalah Morgan. Melihat Jon yang dirangkul orang tua dan adik-ad

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Sidang (2)

    Mata Gin langsung membelalak melihat kehadiran Prof Robert. Regina, yang mendampinginya, terlihat tenang meskipun ada sedikit rasa cemas di wajahnya. Prof Robert memandang ke sekeliling ruang sidang dengan tatapan sinis. Suasana mendadak hening. Semua orang, bahkan Jaksa dan hakim, tampak terkejut.Prof Robert lalu membuka mulutnya dengan suara yang masih agak serak, namun jelas terdengar di ruang sidang. "Yang Mulia, saya di sini untuk memberikan keterangan yang sangat penting," katanya. "Silahkan,""Saya ingin mengungkapkan sebuah fakta yang selama ini tersembunyi. Semua tuduhan terhadap Morgan Junior adalah fitnah belaka. Saya adalah saksi utama yang mengetahui siapa sebenarnya yang terlibat dalam pencurian alat-alat laboratorium dan kejahatan lainnya."Seluruh ruangan sidang terkejut mendengar pernyataan tersebut. Gin yang duduk di sebelah pengacaranya tampak cemas dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.Prof Robert melanjutkan dengan suara yang sedikit lebih keras, "

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Sidang (1)

    Sidang hari ini dimulai dengan penuh khidmat. Hakim ketua beserta jajarannya telah memasuki ruang sidang. Semua orang di dalam ruangan itu segera berdiri, termasuk Morgan dan teman-temannya yang duduk di kursi terdakwa. Mereka hanya bisa menundukkan kepala. Yang mereka rasakan hanyalah malu, takut , selebihnya pasrah. "Apakah semua sudah siap?" kata hakim ketua sambil melihat ke sekeliling ruangan, memastikan semuanya siap.Jaksa penuntut umum berdiri dengan formal, membuka berkasnya. "Semua siap, Yang Mulia."Hakim ketua mengangguk, lalu melanjutkan, "Tolong bacakan nama terdakwa."Satu per satu nama dibacakan. "Saudara Morgan Junior, Derren Ardiansyah, Jonathan Rizki, Dion Wiyono mohon berdiri," Semua terdakwa diminta berdiri dan menunjukkan diri mereka.Keempat pemuda itu berdiri, satu sama lain saling pandang dengan rasa malu yang memuncak. Morgan merasa seolah-olah beban berat terletak di pundaknya, apalagi dia sudah merasa tidak pantas mengangkat dagunya lantaran telah membu

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Mulai Siuman

    Ruangan rumah sakit yang sepi itu kembali terisi dengan suara detakan mesin medis yang monoton, namun kali ini suasana terasa lebih mencekam bagi Regina. Ia duduk di samping ranjang ayahnya, Prof. Robert, yang terkulai lemah. Hanya ada cahaya remang dari lampu rumah sakit yang memberi sedikit kehidupan pada wajah Prof. Robert yang pucat. Ia memegang tangan ayahnya, berusaha untuk memberinya sedikit kehangatan yang bisa mengembalikan semangat hidup.Sudah beberapa hari berlalu sejak kecelakaan yang membuat ayahnya terbaring tak berdaya, dan meskipun dokter mengatakan bahwa mungkin ada harapan ia bisa sadar, Regina tetap merasa cemas. Tak ada yang lebih ia inginkan selain melihat ayahnya kembali seperti dulu. Namun saat ini, Prof. Robert hanya terbaring dalam ranjang, dengan sesekali napasnya yang terengah-engah, namun tak ada tanda-tanda bahwa ia akan bangun dalam waktu dekat.Tiba-tiba, terdengar suara samar dari mulut Prof. Robert. Suara itu begitu lemah dan serak, seolah berasal d

  • Disangka Ojek Ternyata Miliuner   Makan Korban Lagi

    “Kita semua sama-sama jadi korban Gin. Apa pun alasannya, nyatanya kita sekarang sama-sama kena getahnya. Aku mohon banget sama kamu, Derren. Pas sidang nanti, kamu harus jadi saksi. Akui semuanya. Dengan begitu, mungkin akan ada harapan agar kamu bisa bebas.”Derren menggeleng lemah. “Mana bisa, Gan… Aku kan—”“Kalau kamu jujur, pasti ada jalan. Lagian, kamu melakukan semua ini karena diancam, kan?” Morgan memotongnya cepat.Jon masih kesal. Dia menggerutu dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Lalu dengan amarah yang meluap-luap, ia menatap Derren tajam.“GOBLOK BANGET JADI ORANG! Lain kali pikir dulu dong kalau mau bertindak!”Derren menunduk. “Iya, iya… Aku tahu aku salah,” ucapnya.“Jon, udah, Jon,” sahut Morgan, menepuk pundaknya agar lebih tenang.Tapi Jon masih mendelik ke arah Derren. “Gara-gara kamu, kita semua di sini. Gara-gara kamu, Morgan kena tembak,"Derren menggigit bibirnya. Ia tahu Jon punya hak untuk marah.Tapi di saat yang sama, dia juga merasa bahwa ini adalah ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status