All Chapters of Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Chapter 61 - Chapter 70

144 Chapters

Rencana Jillian

Helaan napas gusar terdengar sering dari kabin belakang, Dion tidak berani melirik ke belakang karena khawatir mengganggu privasi bosnya. Namun selang beberapa lama, helaan napas gusar itu berubah menjadi decakan kesal. Jalanan yang macet memperparah atmosfir yang sudah terasa panas di dalam mobil. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Dion memberanikan diri bertanya dan ia mendapati Kenzo sedang mematuti layar ponselnya dengan kerutan tebal di kening. “Istri saya, Yon … dia lagi Euro Trip tapi udah dua hari enggak ada kabar, dia enggak kasih tahu saya udah sampai atau belum … menginap di mana, apa aja yang dia lakukan di sana … saya khawatir dia kenapa-kenapa.” Dion tercengang karena Kenzo yang baginya misterius itu sekarang bersedia mencurahkan isi hati. “Tapi ponselnya aktif, Pak?” Dion bertanya untuk me
Read more

Cemburu

Negara berikutnya yang mereka kunjungi adalah Belanda dengan kota tujuan Amsterdam. Kalverstraat menjadi tempat pertama yang mereka jelajahi, tempat belanja tertua dari abad ke-12 sekaligus terpopuler di Belanda itu terdiri dari toko tradisional hingga modern yang masih mempertahankan bangunan tua, sehingga berjalan di lorong Karverstraat menjadi sebuah pengalaman yang sangat mengasyikkan dan tentunya tidak lupa mereka mengambil banyak foto di sana. Meski tak seromantis Venesia, secantik Paris atau se-metropolis New York, tetapi Amsterdam memiliki atmosfer yang menggugah semangat untuk terus menjelajahinya. Usai membeli beberapa barang di Kalverstaat, Jillian dan ketiga sahabatnya menyewa sepeda untuk menikmati kota tua nan cantik ini. “Ke mana lagi ini kita sekarang?” Kirana bertanya dengan napas tersengal setelah mengembalikan sepeda kepada petugas penitipan.
Read more

Ungkapan Perasaan

Bagi Jillian, Euro Trip ini sudah sampai pada titik tidak menarik lagi saat mereka berpindah Negara ke Italy. Terhitung beberapa hari lamanya Kenzo tidak menghubungi dan Jillian akui bila merindukan pria itu. Jillian menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu menahan ego, semestinya ia membalas pesan Kenzo dan berhenti merajuk. Bukannya ia ingin melanjutkan rencananya dan itu berarti hubungannya harus baik dengan Kenzo. Tapi tanpa Jillian sadari, ia menginginkan cinta Kenzo yang utuh hanya untuk dirinya. “Jill!! Ke sini!” tegur Callista karena Jillian mengambil arah berbeda ketika mereka sedang menyusuri bangunan Colloseum yang dipandu oleh tour guide. Jillian terlalu banyak melamun sehingga tidak fokus. Jillian juga mulai malas untuk berfoto, mati gaya karena pikirannya melanglang buana ke Jakarta d
Read more

Penyesalan

Jillian menangkup mug berisi coklat panas dengan kedua tangannya, kepalanya tertunduk menatap cairan coklat pekat dengan rasa manis itu. Sementara Kenzo duduk di depan Jillian, menatap tanpa jeda sambil bersandar punggung dan kedua tangan terlipat di depan dada. Setelah mengungkapkan cintanya tadi tanpa balasan secara langsung yang tercetus dari bibir Jillian—hanya balasan ciuman dari Jillian yang Kenzo dapatkan—lalu Kenzo membawa Jillian ke salah satu Caffe yang tidak jauh dari Menara Eiffel, bahkan mereka masih bisa menikmati indahnya bangunan kokoh itu bertabur cahaya dengan sangat jelas. “Kenapa Om bisa ada di sini?” Sebuah pertanyaan akhirnya terdengar meski Jillian masih segan menatap Kenzo. Pria itu menegakan tubuh, satu tangannya terulur meraih tangan Jillian dan mengubahnya menjadi genggaman lembut. “Aku stalk Ig kamu.”
Read more

Menjadi Istri Yang Baik

“Kok gitu sih, Jill? Masa lo ninggalin kita?” Kirana memberengut, tidak terima karena Jillian harus pergi lebih dulu. Baru saja Jillian menyampaikan bahwa Kenzo datang menjemput untuk membawanya ke New York. Jillian terpaksa harus berkata jujur karena ia tidak memiliki alasan lagi selain itu. “Sorry ya, Kirana … lo tau ‘kan gue dipantau terus sama tiga wali gue.” Tapi dengan sedikit berdusta tidak memberitau jika Kenzo adalah suaminya. “Sampai kapan sih lo di Baby sitter-in gini?” Callista berjongkok, ikut membantu Jillian membereskan pakaian ke dalam koper. “Gue enggak tahu.” Jillian menunjukkan tampang sedih yang dibuat-buat. “Lo berdua aja sama si om ganteng itu di sana?” celetuk Izora bertanya. Gadis yang sedang duduk di tepi jendela sambil mematuti layar ponsel itu sebenarnya ti
Read more

Hasrat Om Kenzo

Di sini, Jillian tidak perlu menyembunyikan hubungannya dengan Kenzo. Tidak ada yang mengenal mereka, jadi ketika Kenzo mengaitkan tangannya di pinggang Jillian saat memasuki loby hotel—Jillian tidak merasa keberatan bahkan merasa senang layaknya gadis yang sedang kasmaran juga bangga dicintai pria seperti Kenzo. Kenzo membawa Jillian duduk di salah satu sofa sementara Dion melakukan check in di Resepsionis. “Berapa hari kita di sini?” Jillian bertanya. Tidak ada panggilan Om lagi di akhir kalimat membuat Kenzo mengulum senyum. “Kamu mau berapa hari? Mau melanjutkan liburan kamu?” Kenzo menawarkan. “Jill sebenarnya belum belanja lho waktu di Paris.” Jillian menggerutu. “Kenapa? Aku udah kasih kartu kredit.” “Karena galau mikirin kamu.” Yang hanya bisa Jillian katakan di dalam hati.
Read more

Ayah Kandung

“Aku jemput setelah wawancara selesai, jangan ke mana-mana ya!” Perintah Kenzo tegas dengan suaranya yang lembut. Jillian mengangguk, senyumnya begitu manis ia berikan untuk Kenzo. Kenzo mengecup sekilas bibir Jillian, di depan hair stylist dan para pengunjung lain di salon terkenal yang terletak di Upper East Side. Untuk mendapatkan pelayanan di salon langganan para artis seperti Julia Robert, Uma Thurman dan Nicole Kidman juga Kate Winslate itu Kenzo sampai harus membayar lebih untuk merebut slot karena Salon hanya melayani dengan janji terlebih dahulu. Kenzo meninggalkan Jillian di Salon karena dia harus pergi ke kantor majalah yang mengundangnya dalam Award untuk melakukan wawancara dan pemotretan. Sebelumnya Kenzo sudah diberitahu jika ia memenangkan salah satu nominasi Award, itu kenapa pihak majalah mengundangnya sehari sebelum acara untuk wawancar
Read more

Dendam

Semakin lama Kenzo menatap pria yang katanya daddynya itu maka semakin besar rasa bencinya pada Augusta Maverick terlebih yang pria itu gandeng sekarang bukan mommynya. Augusta Maverick merupakan pengusaha sukses yang terkenal setia kepada wanita yang telah dinikahinya selama tiga puluh delapan tahun. Dari wanita yang bernama Jeniffer itu, Augusta Maverick dikaruniai tiga orang anak laki-laki tampan yang kini memegang banyak cabang perusahaannya yang tersebar di penjuru Negri. “Kenapa berhenti?” Jillian bertanya kemudian matanya mengikuti arah pandang Kenzo yang berakhir pada sosok seorang pria paruh baya. “Itu daddy kamu bukan?” Jillian bertanya lagi karena tidak ada jawaban dari Kenzo. “Bukan,” jawab Kenzo tegas dengan rahangnya yang mengeras. Kenzo membawa Jillian melewati pintu yang dijaga seorang sekuriti dengan pakaian form
Read more

Yang Terbaik

Di dalam gedung itu nominasi demi nominasi dibacakan dan dimenangkan oleh berbagai pengusaha dan perusahaan dari seluruh penjuru dunia hingga nominasi yang terdapat nama Kenzo di dalamnya mulai ditayangkan di layar besar yang berada di atas panggung. Semua menoleh ke meja di mana keluarga Maverick berada ketika nama Kenzo Maverick disebut. Mereka yang mengenal keluarga Kenzo tentu tidak mengerti dan tidak mengenal siapa Kenzo Maverick karena setau mereka dari ketiga anak Augusta Maverick tidak ada yang bernama Kenzo. Sementara itu, Kenzo dan Jillian terlihat santai, apalagi Kenzo yang sudah siap untuk menerima penghargaan tersebut. “Kenzo Maverick!” Dan ketika MC memanggil nama Kenzo, kamera langsung tertuju pada meja di mana Kenzo dan Jillian duduk hanya berdua. Kenzo menarik pundak Jillian untuk memudahkannya mengecup pipi Jill
Read more

Tentang Kenzo

Semua Lampu langsung menyala ketika Kenzo dan Jillian memasuki kamar mereka. Tubuh Kenzo terasa lelah mungkin dampak dari menahan emosi karena harus mengendalikan dirinya sepanjang acara tadi. “Ini apa?” Jillian yang berdiri di depan meja rias bertanya seraya menunjuk sebuah kotak beludru berwarna biru. Raut muram yang tadi sempat tercetak di wajah Kenzo lantas memudar karena senyum pria itu terkembang. “Buka aja,” titah Kenzo seraya berjalan mendekati Jillian. Satu tangannya tengah membuka kancing di lengan kemeja setelah tadi meletakan dasi kupu-kupu dan menggantung jasnya di lemari. Jillian menurut, meraih kotak beludru tersebut. Benaknya menerka-nerka kemungkinan apa yang ada di sana. Ia membayangkan perhiasan karena kotak beludru berwarna biru itu seperti kotak perhiasan. D
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status