Home / Romansa / Mendadak Menikah Dengan Klien Papa / Kabanata 41 - Kabanata 50

Lahat ng Kabanata ng Mendadak Menikah Dengan Klien Papa: Kabanata 41 - Kabanata 50

144 Kabanata

Terpaksa

Terpaksa—hanya agar putra yang begitu ia rindukan memiliki hutang budi dan tetap tinggal barang sebentar saja—Laura akhirnya membantu Jillian atau lebih tepatnya membela Jillian dengan memperlihatkan bukti rekaman cctv kepada petugas kepolisian. Berharap rekaman tersebut bisa meringankan setiap tuduhan yang mungkin akan dilayangkan pada Jillian. Karena di dalam rekaman terlihat si pria mendatangi Jillian, sayangnya rekaman itu tidak dapat menangkap suara tapi mimik wajah si pria terlihat jelas seperti sedang meledek Jillian. Saat ini Dion yang mengurus semua tentang si korban pelemparan asbak itu di rumah sakit sambil menunggu Yuda datang. Kenzo memperjuangkan agar Jillian tidak perlu dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan karena dari pihak korban pun belum mengajukan tuntutan. Kenzo berusaha untuk menempuh jalur kekeluargaan. Pihak kepolisian akhirnya pergi menyisakan La
Magbasa pa

Bicara

Apapun masalah antara Laura dan Kenzo, sebagai menantu yang baik ia harus menghormati Laura. Perlu digaris bawahi, menantu yang baik. Sepertinya Jillian lupa akan niat awalnya yang hanya pura-pura mencintai Kenzo. “Mommy … Jill minta maaf ya, Jill enggak tahu kalau Mommy itu Mommynya om Kenzo.” Jillian meringis, menunjukkan ekspresi wajah penuh penyesalan. “Tapi kamu membenarkan sikap kamu jika yang kamu panggil Nenek Sihir itu bukan saya?” Jillian refleks menggelengkan kepalanya. “Enggak Mom, tadi Jill lagi deffend aja … Mommy nyudutin Jill, nuduh Jill yang enggak-enggak.” Jillian bicara tidak jelas karena bibirnya mengerucut. Laura mengembuskan napas berat, tangannya ia lipat lagi di depan dada. “Sepertinya kamu enggak mencintai Kenzo ya Jill?” tebak Laura dan sekita mata Jillian melebar. Kenapa tebakan Laura
Magbasa pa

Sugar Baby

Jillian duduk di atas pangkuan Kenzo, saling berhadapan dengan kedua tangan Jillian yang melingkar di leher pria itu. “Bicaralah,” titah Kenzo, suaranya serak. “Tapi Om … in—“ “Ssssh, Jill ...,” sela Kenzo meringis karena bokong Jillian bergerak gelisah. Sorot mata Kenzo sedang menunggu Jillian mengutarakan apa yang ingin dibicarakannya. “Euro trip … boleh Jill pergi?” Jillian bertanya hati-hati, suara Jillian pelan nyaris tidak terdengar. Anggap saja Jillian tidak tahu diri, setelah berselingkuh lalu membuat onar di beach club dan sekarang meminta ijin untuk Euro trip bersama ketiga sahabatnya. “Berapa lama?” Pertanyaan itu memberikan Jillian harapan. “Rencananya dua minggu, Om … tapi mungkin bisa sampai sebulan.” Jillian memberikan jawaban asal untuk berjaga-jaga. Lama Kenzo tidak menjawab, matany
Magbasa pa

Masih Mencoba Berkhianat

“Ngapain kamu jongkok?” Kenzo melepaskan kedua tangannya ketika tubuh Jillian menjauh. “Kata Callista, biar enggak hamil harus jongkok setiap abis make Love.” “Apa?” Kenzo menaikkan dua alisnya terkejut. Kepalanya lalu menggeleng samar. “Kamu jangan main lagi sama Callista, saya pikir Callista sama kedua teman kamu yang lain itu gadis baik-baik.” Jillian mengusap jejak air mata di pipi, pura-pura tidak mendengar larangan Kenzo. Dengan siapa lagi ia akan berteman jika bukan dengan mereka. Dan lagi, Jillian rugi bandar setelah memberikan keperawanannya kepada Kenzo tapi tidak bisa Euro trip bersama mereka. “Mulai besok, beli kondom yang banyak … simpen di laci nakas, laci mobil terus selipin satu di dompet, jaga-jaga kalau Om pengen tiba-tiba.”
Magbasa pa

Baby

Ceklek. Jillian langsung menjauhkan ponsel dari telinga lalu memutuskan panggilan telepon dari Rangga secara sepihak bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Netra Jillian langsung bertemu dengan netra Kenzo. “Kenapa?” tanya Kenzo heran melihat Jillian menatapnya dengan wajah pias. Butuh waktu tiga detik untuk Jillian menjawab. “Laper,” rengek Jillian dengan nada manja. “Oh ya, aku lupa telepon resepsionis bawain makanan untuk kamu.” Jillian berhasil mengalihkan perhatian Kenzo. Pria itu mengangkat gagang telepon menghubungi resepsionis. *** Tadi Kenzo tidak mengatakan agar Jillian harus tetap tinggal di kamar. Dia hanya mengatakan jika apakah tidak apa-apa meninggalkannya lagi seharian ini?
Magbasa pa

Stok Sabar

Sepertinya Kenzo memiliki segudang stok sabar untuk menghadapi Jillian, buktinya ia mau pulang—atau menjemput Jillian di rumah ibunya. Ibu yang dibencinya, ibu yang dianggapnya telah dengan tidak bertanggung jawab melahirkannya ke dunia tanpa seorang ayah, tanpa status pernikahan tanpa sesuatu yang seorang anak butuhkan, yaitu keluarga. Rumah yang sekarang Kenzo tuju adalah rumah masa kecilnya yang telah direnovasi berulang kali sehingga bisa terlihat nyaman seperti sekarang. Entahlah kapan Mommynya terakhir merenovasi rumah itu karena ketika ia sampai dan memarkirkan mobil di halaman depan rumah dengan dominasi bahan kayu—warna catnya telah berubah. Kenzo mendorong pintu mobil agar terbuka, ia menjejak kakinya ke tanah dengan malas. Jika bukan karena Jillian, tidak sudi ia menginjakkan kaki di rumah Mommynya lagi. Sekarang kakinya ia seret dengan
Magbasa pa

Membujuk Pulang

“Jill, ayo kita pulang.” Kenzo berdiri di ambang pintu yang menghubungkan teras belakang dan bagian dalam rumah. Pria itu seperti anti menginjakkan kaki di rumah ini. Jillian yang sedang membantu Mommy meletakan piring kotor di bowl sink kemudian berbalik. Begitu pun Laura yang kedua tangannya dibungkus sarung tangan untuk mencuci piring. “Sebentar, Mom.” Jillian keluar dari pantri menghampiri Kenzo. “Om, abis makan Jill ngantuk … Jill mau tidur di sini.” Kenzo mengerutkan kening, sorot mata pria itu tampak sekali jika sedang menahan kesal. Remaja nakal yang sialnya adalah adalah istrinya itu tampak sengaja mengerjainya. Jillian memamerkan senyum sangat manis yang ia punya, menarik tangan Kenzo hingga pria itu sedikit membun
Magbasa pa

Benci

“Baby ….” Kenzo yang berbaring miring menghadap punggung Jillian mengangkat sedikit tubuhnya, mengusap lengan atas Jillian kemudian memberi kecupan singkat di pundak. “Tau ah!” Jillian berseru ketus sambil menggerakan pundaknya, seolah dengan begitu bekas kecupan Kenzo akan hilang. “Sorry … tadi lagi nanggung, enggak mungkin aku ke minimarket dulu beli kondom.” Setelah tadi mereka bercinta di bathub tanpa karet pengaman, Jillian menangis sambil memukul Kenzo. Kenzo membiarkan Jillian memukulnya tanpa perlawanan selama beberapa saat hingga puas dan Jillian yang memang sudah kelelahan lantas terduduk lagi di bathub, menangkup wajah dengan kedua tangan. Percis seperti drama-drama di sinetron. Nyeri di dada akibat hantaman kepalan tangan Jillian masih ia rasakan—jadi bingung harus bahagia atau menyesal set
Magbasa pa

Pengaman

“Kamu akan menjadi pemimpin Indo Corp yang hebat karena kamu melakukannya dengan sepenuh hati ….” Mutiara tersenyum setelah berkata demikian. Sorot matanya yang sayu menunjukkan betapa besar rasa sakit yang sedang ia derita kini. Genggaman tangannya di tangan Kenzo melemah dan sekarang Mutiara yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit itu mulai memejamkan mata. “Tiara,” gumam Kenzo memanggil nama kekasihnya. Pria itu bersedia duduk selama beberapa jam di sisi ranjang Mutiara setiap malam, menemaninya di rumah sakit. Hanya sebentar terlelap kemudian esok harinya kembali ke kantor melakukan perannya sebagai CEO yang ambisius. Satu tangan Kenzo mengusap kepala Mutiara dan satu tangannya yang lain selalu menggenggam erat tangan rapuh yang tidak tertancap selang infus. “Aku lelah, Ken …,” ujar Mutiara yang
Magbasa pa

Meminta Maaf

“Jadi, Mommy sudah maafin Jill, kan?” Jillian menaik turunkan kedua alisnya berkali-kali menunjukkan wajah jenaka membuat Laura melepaskan kekehan singkat. “Iya, Mommy maafin kamu tapi baru setengah ….” Laura bersandar punggung seraya melipat tangan di dada, gerakannya begitu kalem dan elegan. Jillian jadi penasaran bagaimana rupa daddynya Kenzo, pria yang bisa meluluhkan hati wanita cantik nan anggun seperti Laura. “Kok setengah-setengah maafinnya?” Jillian tampak tidak terima karena ia merasa telah berjuang sepenuh jiwa dan raga untuk membuat Kenzo menginap di sini. Dan karena hal tersebut—ia dan Kenzo jadi harus bercinta tanpa pengaman. “Iya, soalnya nginepnya cuma sehari.” Dengan enteng Laura menjawab demikian. Jillian melorotkan bahu. “Disyukuri
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status