Home / CEO / Tabir Misteri CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Tabir Misteri CEO: Chapter 21 - Chapter 30

52 Chapters

Bab 21: Rahasia Norin

Tepat jam 7 malam seorang pria suruhan Bernard datang menjemput Norin, sesuai dengan ucapannya siang tadi.Norin sengaja mengenakan mini dress press body berwarna merah kirmizi dengan sepasang tali spaghetti menggantung pada pundaknya.Sedikit belahan pada bagian paha kiri membuat tampilan Norin semakin terlihat anggun menawan.“Sempurna! Semangat, Norin!”Gadis itu bermonolog menyemangati dirinya sendiri setelah selesai memakai lipstick berwarna senada dengan dress yang dipakainya.“Silakan, Nona!” ucap sang driver seraya membukakan pintu mobil untuk Norin.Gadis itu masuk lalu duduk manis di bangku belakang usai mengucapkan terima kasih.***Tidak lebih dari setengah jam mobil yang membawa Norin sudah berhenti di halaman depan sebuah rumah megah yang menjulang tinggi.“Selamat datang, Sayang!”Bernard menghampiri Norin untuk memberikan sambutan kecil kepada kekasihnya itu.“Hai, Baby! I miss you!” Norin mulai membangun nuansa hangat agar misinya malam ini mencapai goal.Bernard meny
Read more

Bab 22: Pengaruh Obat Tidur

Norin sama sekali tidak menduga kalau minuman yang sudah ia campur dengan obat tidur justru diraih Bernard dan disodorkan ke arahnya.‘Loh? Gawat!’ batin Norin mulai panik.“Eh, hahaha … eum … aku tidak yakin!” ucap gadis itu sedikit terbata.Kening Bernard mengernyit mendengarnya. “Tidak yakin? Kau meragukan seleraku, huh?”“Oh bukan, bukan! Eum maksudku … ah, bagaimana kalau aku melihatmu mencoba minumannya lebih dulu?” tawar Norin beralasan.“Hahah! Astaga, Honey, aku bahkan sudah puluhan kali mencobanya. Aku sengaja mengimpor dari Italy. Aku baru ingat untuk berbagi ini denganmu.”Bernard semakin merasa heran dengan sikap Norin yang tidak seperti biasanya. Pria itu paham betul kalau gadis pujaan hatinya memang tergolong penggemar wine. Kecil sekali kemungkinan Norin akan menolak wine yang diberikan untuknya.“Ya-yeah tidak apa-apa. Untuk memastikan saja kalau wine itu benar-benar memiliki kualitas terbaik, bukan? Hahah! Minumlah dulu, Sayang,” Norin mengarahkan tangan Bernard yang
Read more

Bab 23: Penemuan Bukti

Ceklek!“Norin!”Suara panggilan Bernard sontak menghentikan langkah Norin yang sudah berhasil membuka pintu kamar.Deg!Gadis itu mematung kaku membayangkan Bernard sedang memergokinya saat ini.“Ya Tuhan, mati lah aku ini!” gumam Norin begitu lirih. Kedua matanya terpejam erat menahan rasa takut.“Eum … y-ya?”Gadis itu mati-matian menahan rasa takut saat membalikkan badannya menghadap ke arah tempat tidur.“I love you so much, Baby!”“Hah!?” Norin tercengang begitu mendapati Bernard meracau sambil matanya terus terpejam.“Fiuhh!” Norin bisa bernapas lega begitu melihat Bernard masih tidak sadarkan diri. Rupanya pria itu hanya mengigau.“Aku mencintaimu, Norin! Kamu milikku! Ya, milikku! Selamanya!”Norin menatap nyalang ke arah Bernard. Tangannya seketika menyentuh dadanya sendiri, seolah hendak menahan sesuatu yang meluruh di dalam sana.Lagi-lagi gadis itu hanya bisa menggigit bibirnya kuat-kuat. Ia merasakan pukulan-pukulan kecil dalam batinnya setelah telinganya mendengar send
Read more

Bab 24: Mengabadikan Bukti

Norin: [Aku menemukan apa yang kita cari! Kau pasti senang dengan apa yang ku temukan!]Norin cepat-cepat mengetikkan pesan singkat untuk Matthew.“Eh, kenapa aku kirim ke pria kasar itu?”Norin sempat terhenyak beberapa saat ketika menyadari ia telah mengirim pesan singkat ke nomor Matthew.“Ah sudahlah! William kan sedang sakit, mana mungkin aku memaksanya untuk berpikir keras saat ini?”Gadis itu bermonolog mencari pembenaran untuk dirinya sendiri atas tindakannya yang tanpa sadar justru menghubungi Matthew setelah mendapat informasi penting.Setelah meyakinkan diri sendiri bahwa yang ia lakukan itu adalah hal wajar, Norin bergegas mengaktifkan fitur kamera pada ponselnya.“Cepat, Norin! Cepat!” gumam gadis itu dengan gusar. Tangannya sampai sedikit bergetar saat memotret setiap lembaran bukti yang ia temukan.Sesekali fokusnya terpecah ke luar ruangan, takut kalau sewaktu-waktu ada yang datang dan melihat aksinya malam ini.Cekrek!Cekrek!Cekrek!Cekrek!Cekrek!Jemari gadis itu
Read more

Bab 25: Pertolongan Matthew

“Kalau begitu sebelum sarapan ayo kita mandi!”Ingin mati rasanya saat Norin mendengar permintaan Bernard.“Eh, tunggu!” tolak Norin cepat, membuat kening Bernard mengernyit.“Eum … aku … aku sangat lapar!” ujarnya beralasan. “Bagaimana kalau mandinya nanti saja? Aku mau makan.”Bernard menatap nyalang ke arah Norin.“Please …,” pinta Norin memohon.“Hahaha! Kau ini menggemaskan sekali! Ya sudah, biar aku minta pelayan untuk mengantar makanan kemari,” ujar Bernard seraya mengacak pelan puncak kepala gadis itu.“Eh, bagaimana kalau kita makan di ruang makan saja? Aku bosan di dalam kamar terus. Boleh?” pinta Norin bernegosiasi.“Tentu saja boleh. Tunggu, ya. Aku telepon dulu.”Norin mengangguk cepat. “Oke! Aku cuci muka dulu.”Gadis itu bergegas meraih ponsel miliknya sambil menuju ke wastafel setelah memastikan Bernard sibuk menghubungi pelayan.Sambil berjalan, jemarinya dengan cepat mengetikkan suatu pesan pada seseorang.***Sementara itu di tempat lain, Matthew tampak fokus menyib
Read more

Bab 26: Bertemu Benjamin

Norin terkejut manakala Matthew serta merta menarik pergelangan tangannya keluar restoran.“Eh, eh! Kau mau bawa aku ke mana!?”“Ikut saja!”Norin terdiam mengikuti instruksi Matthew sampai mereka tiba di lobby.“Selamat pagi, Nona Norin!” sapa Aiden setelah keluar dari mobil.“Tuan Aiden?” Norin mengernyit heran saat Matthew membawanya bertemu Aiden.“Cepat masuk!” Matthew menuju ke sisi lain mobil setelah membukakan pintu belakang untuk Norin.“What!?”“Silakan, Nona!” Aiden ikut mendesak Norin karena gadis itu tidak juga masuk ke mobil.“Tapi … ergh!” Norin terpaksa menuruti titah Matthew dan Aiden.Mobil melaju cepat setelah Aiden mendudukkan dirinya pada kursi penumpang di samping sopir.***“Ini di mana?” Norin bingung ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan kawasan perumahan elit di sisi timur kota Queenstown.“Akan ku ceritakan nanti di tempat lain yang lebih aman, tentunya setelah kau menceritakan padaku apa yang kau dapatkan dari rumah Bernard.”Matthew sengaja
Read more

Bab 27: Menolong Mora

“Millie adalah boneka kesayangan Mora.”Benjamin menjawab pertanyaan Norin dengan berbagai rasa yang berkecamuk di dalam batinnya.“Hah!?”Baik Matthew, Norin, maupun Aiden menganga lebar mendengar jawaban Benjamin. Mereka tercengang bersamaan.Benjamin menghela napas perlahan. Ia memaklumi respon dari tiga orang di dekatnya ini.“Banyak hal buruk terjadi setelah tragedi naas itu, Matthew. Kecelakaan The Eye of Ocean itu menjadi titik awal kehancuran keluarga kita,” ujar Benjamin menatap nyalang ke arah Matthew.Semua orang terdiam. Semua bibir mengatup. Masing-masing dari mereka larut dengan pikiran masing-masing.Hening. Sunyi. Dingin. Kaku.Ya, seperti itu lah suasana di kediaman Benjamin Sebastian saat ini. Sama sekali tidak terdapat keakraban dan kehangatan.“Tapi …,” suara Benjamin memecah keheningan.“Aku sangat bersyukur kau selamat, Matthew! Aku tidak menyangka kau akan kembali. Aku pikir … aku pikir kau … kau …,” Benjamin tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.“Akan bernasib sa
Read more

Bab 28: Titik Terang

“Jadi, apa yang terjadi dengan rumah orang tuaku?” tanya Matthew to the point.Benjamin tidak heran mengapa Matthew datang untuk mempertanyakan hal itu.“Aku … rumah itu … aku menjualnya!” aku Benjamin lirih.“Kenapa? Punya hak apa kau atas rumah kami!?” cecar Matthew tidak sabar.“Ini, buka lah! Itu yang mau aku tunjukkan” pinta Benjamin seraya menatap intens ke arah Matthew.Sebuah brankas sudah diletakkan Benjamin di atas meja. Dengan izin darinya, Matthew segera membuka dan mengeluarkan isinya.“Ya Tuhan!” pekik Matthew sedikit tertahan setelah membuka berkas-berkas di tangannya.“Apa? Ada apa?” Norin tak kuasa menahan rasa ingin tahunya.“Ini …?” gumam Matthew lirih. Tatapannya masih tertuju pada lembaran-lembaran kertas di tangannya.“Apa, Matthew!?” tanya Norin lagi bernada kesal.“Ada apa, Tuan? Berkas apa itu?” Aiden juga tak mampu meredam rasa penasarannya.“Surat Perjanjian Penyerahan Kuasa Kepada Ahli Waris. Lalu yang ini, Surat Kepemilikan Saham!”Bernard membaca lembaran-
Read more

Bab 29: Petaka!

“Sebelum pemberitaan tentang peralihan kekuasaan saham itu beredar, terjadi perampokan di kediaman Althan Anderson.”“Perampokan!?” tanya Norin dan Matthew bersamaan.Benjamin memandang Matthew dan Norin bergantian. Ia juga tidak menyangka sebelumnya kalau hari ini akan tiba. Yaitu hari dimana dirinya akan sering mengenang tentang kejadian masa lampau yang menyakitkan itu lagi.“Waktu itu …,” Benjamin memulai ceritanya kembali.*FLASHBACK 20 TAHUN LALU*“Ben?” panggil Mirabeth kepada Benjamin melalui sambungan telepon.“Hai, Abeth! Ada apa menghubungiku?” sahut Benjamin to the point.“Kau yakin tidak ingin ikut di acara pelayaran perdana The Eye of Ocean?” Mirabeth bertanya untuk kesekian kalinya.Terdengar tawa kecil Benjamin dari seberang telepon. “Hahaha! Maafkan aku, Abeth, tapi aku benar-benar tidak bisa. Kau tahu sendiri, kan? Ada hal lebih urgent yang harus segera aku selesaikan,” tolak Benjamin halus.“Yeah … sayang sekali. Apa benar-benar tidak bisa diusahakan? Eum … bagaiman
Read more

Bab 30: Manusia-manusia Bengis

Di tengah kesedihan Benjamin atas kepergian Mirabeth, Althan, serta Matthew, bersyukur masih ada satu alasan baginya untuk merasakan sisa kebahagiaan bagi keluarga kecilnya.Ternyata niatnya untuk pergi meninggalkan rumah kediaman Althan Anderson justru dicegah oleh Frederick Gustav Anderson dan Evelyn Anderson, orang tua dari Althan Anderson.Gustav dan Eve justru meminta agar Benjamin mau tetap tinggal di rumah itu dan merawat apa yang ada di sana dengan sepenuh hati.Pria itu tidak sabar ingin segera menyampaikan kabar baik ini kepada istri dan anaknya tercinta.Namun, jantungnya seakan berhenti berdetak seketika saat ia baru saja kembali dari pertemuannya dengan Gustav dan Eve.“Loh? Kok gerbangnya …?”Firasat buruk seketika menyeruak dalam benak pria itu manakala ia melihat gerbang utama terbuka lebar.Setelah memarkir mobil Althan yang ia gunakan, Benjamin segera berlari ke dalam rumah yang pintunya pun tidak tertutup.“Millie! Mora!”Benjamin berteriak-teriak memanggil istri da
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status