Beranda / CEO / Tabir Misteri CEO / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Tabir Misteri CEO: Bab 41 - Bab 50

52 Bab

Bab 41: Kemeja Berlumuran Darah.

“Aiden!”Anak buah kepercayaan Matthew menoleh ke arah pintu masuk koridor.“Tuan Bernard!” sapa Aiden begitu melihat CEO The Royal Shipping Club berlari kecil ke arahnya.“Bagaimana kondisi Norin? Di mana dia?” suara Bernard yang sedikit bergetar seirama dengan raut wajahnya yang tampak gusar dan cemas.“Nona Norin masih bertahan di ruang IGD. Tim medis sedang mempersiapkan tes yang akan Anda jalani sebelum mendonorkan darah Anda untuk Nona Norin, Tuan,” tutur Aiden berbagi informasi.Bernard mengangguk. Sesaat ia melirik ke arah William yang sedang menatapnya dengan tatapan datar.“Selamat malam. Apakah calon pendonor darah untuk Norin sudah tiba?” seorang perawat anggun datang menginterupsi percakapan antara Aiden dan Bernard.“Saya! Saya yang akan mendonorkan darah untuk Norin!” seru Bernard antusias.“Baik, mari silakan ikut saya. Kami butuh mengambil sampel darah Anda sebelum melakukan transfusi.”Bernard tanpa segan mengekori perawat yang menjemputnya.***Tes pemeriksaan sampel
Baca selengkapnya

Bab 42: Teror Balik

UNIVERSE CENTRAL BANKWilliam tampak serius menatap ke layar monitor. Sudah sedari pagi sampai lewat jam makan siang ia masih berkutat dengan barisan data.“Di mana, ya? Ck!” gumamnya sambil terus membuka soft copy file yang ia butuhkan.Jemarinya dengan lihai memeriksa data yang ada.“Aku yakin history-nya pasti ada!” lanjutnya bermonolog.“Ah, ini dia!” pekiknya tanpa bisa dibendung.“Ada apa?” Laurent, teman kerja yang satu ruangan dengannya pun ter-distract oleh suara William.“Oh, nothing!” sahut William cepat sambil mengulas senyum kikuk.Pria itu kembali fokus dengan layar monitornya setelah Laurent tidak memperhatikannya lagi.Senyum puas terlukis jelas di wajah William. “Matthew pasti puas dengan ini.”***Matthew duduk manis pada sebuah kursi di samping brankar Norin.Sejak ia selesai mandi dan sarapan, tatapannya sulit berpaling dari gadis itu.Namun, suara nada dering pada ponselnya kali ini berhasil menginterupsi perhatiannya.“Ya, hallo, Bernard?” sapanya pada sang penel
Baca selengkapnya

Bab 43: Tantangan Matthew

Di markas besar sekelompok mafia bernama Eagle Snake, Zif Mayyer, yang merupakan pimpinan kelompok itu menoleh ke arah pintu masuk ruang pribadinya.Ada salah satu anak buahnya bernama Hugo yang baru saja lari tergopoh menemuinya.“Ada apa!? Kebodohan apa lagi yang kau lakukan!?” tanya pria itu kasar.“Ma-maaf, Tuan Zif, tapi ini … ini …,” Hugo terlihat sangat ketakutan saat menghadap atasannya. Sebuah amplop coklat tampak sedikit bergetar di tangan Hugo.“Tapi apa? Bodoh!” umpat Zif tanpa sungkan. “Di mana George!?”Hugo terperanjat mendengar pertanyaan Zif.“George … dia dan yang lain sedang menyisir area sekitar markas kita, Tuan! Kita mendapat serangan balik!” tutur Hugo yang lantas mengulurkan amplop itu kepada Zif Bayyer.Dengan tatapan dinginnya Zif menerima amplop pemberian Hugo.Keningnya sedikit mengerut saat membuka isinya. Tak berselang lama, guratan penuh kemarahan itu sontak menguasai diri Zif.“Brengsek! Siapa yang telah berani mengancamku seperti ini!?”Dilihatnya beber
Baca selengkapnya

Bab 44: "Matthew, habis kau di tanganku!"

Bernard merasa sedikit janggal saat berjalan menuju ruang IGD dan tidak lagi mendapati orang-orang yang ia kenal.Seharusnya, entah Matthew atau yang lainnya ada di depan ruangan itu seperti hari kemarin.“Ke mana mereka? Kenapa tidak ada yang menunggui Norin?”Sementara ini Bernard hanya bisa bermonolog sambil terus melangkah.Ceklek!Pria itu merasa antusias saat melihat salah seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang IGD.“Permisi, saya ingin tahu perkembangan kondisi pasien atas nama Notin Nathania,” kata Bernard kepada sang perawat.“Norin Nathania?” ulang wanita di hadapannya.“Iya. Norin Nathania yang semalam dirawat di ruang IGD karena terkena luka tembak.”Bernard terus berusaha menyebutkan apapun yang berkaitan tentang Norin demi mendapatkan informasi.“Oh … pasien luka tembak yang semalam membutuhkan transfusi darah, ya?” “Nah! Iya, benar! Bagaimana kondisinya sekarang? Apa masih kritis di ruang IGD?”“Tidak, Tuan. Pasien itu sudah membaik. Beliau sudah dipindahkan k
Baca selengkapnya

Bab 45: "Malam ini kau mati, Matthew!"

“Siapkan Max dan jaga baik-baik. Jangan lepaskan dia sebelum aku mendapatkan apa yang aku mau dari Zif Bayyer.”Terdengar suara Matthew memberikan koordinasi kepada El Jova melalui sambungan telepon.“Oke. Sepuluh menit lagi kami berangkat,” jawab El Jova sebelum menutup telepon.El Jova menyimpan kembali ponselnya ke saku jaket yang dipakainya.“Taylor, keamanan markas aku percayakan padamu,” ujar El Jova pada salah satu member El Warrior yang berjaga di pintu utama markas.“Dengan senang hati, Tuan! Walaupun sebenarnya saya lebih senang jika bisa ikut berpesta dengan Anda malam ini,” sahut Taylor menyemangati.“Hahah! Jangan lupa, kau masih punya luka bekas tusukan di perutmu,” ucap El Jova sambil menunjuk perut Taylor memakai dagunya.Taylor tertawa kecil mendengar ucapan pemimpinnya. “Hahah! Baru minggu lalu kita berpesta membasmi musuh. Sekarang Tuan sudah harus berpesta menghadapi musuh yang lain. Ternyata musuh kita ada di mana-mana, Tuan.”“Tentu saja! Selama masih ada kubu-kub
Baca selengkapnya

Bab 46: Pertumpahan Darah

Bryan serta Jarvis yang masing-masing sedang kepayahan melawan lima orang anggota mafia Eagle Snake, seketika tercengang manakala suara desingan peluru menggema di tepian danau Wakatipu, Queenstown, New Zealand.Keduanya menyadari, pasalnya, mereka datang menemui sekelompok mafia ini hanya bertiga dengan Matthew. Sisanya adalah para lawan, termasuk Max yang sempat mereka tawan.“Tuan Matthew,” gumam Jarvis dan Bryan bersamaan. Pandangan semua orang terarah pada Matthew yang sedang dikekang oleh lima orang lain anggota Eagle Snake, anak buah Zif Bayyer.“Tuan Zif!” pekik Hugo tercengang!“Tu-tuan!” gumam para anggota Eagle Snake yang lain.“Argh …! Brengsek! Bangsat!” Zif mengerang kesakitan, diikuti dengan umpatan-umpatan kekesalan saat ia merasakan tangan kanannya menjadi tempat bersarang sebuah timah panas.Pistol glock yang semula diarahkan Zif untuk menembakkan peluru ke dada Matthew pun terjatuh begitu saja.Pimpinan Eagle Snake itu menoleh ke sisi kanan untuk mengetahui siapa y
Baca selengkapnya

Bab 47: Wellington

Hugo sama sekali tidak menyangka kalau El Jova berada di pihak musuh yang telah berhasil menewaskan pemimpinnya.“Apa maumu?” tanyanya kepada El Jova.“Jawab pertanyaan Matthew. Katakan yang sejujurnya. That’s it.”“Kau dan Tuan Zif sudah sepakat untuk tidak saling mengusik satu sama lain. Tapi kenapa kau berdiri di pihak lawan kami dan melakukan penyerangan?” ujar Hugo kesal.“Kelompokmu yang lebih dulu menyerang! Kenapa kalian melakukan penembakan di acara peresmian keluarga Vincent Gregorius?” tanya Matthew menginterupsi.“Ada urusan apa kau dengan keluarga Gregorius? Kami menyerang mereka, bukan kau!” hardik Hugo kepada Matthew.Plak!Tamparan keras kembali diberikan Matthew untuk tawanannya itu. “Kau melukai orang-orang tidak bersalah, Bodoh!”“Aku tidak tahu! Aku hanya melaksanakan perintah. Tuan Zif memberi perintah kepadaku, Max, dan juga George untuk melakukan penembakan beruntun itu!” teriak Hugo membela diri.“Untuk apa Zif memberi perintah itu?” sela El Jova penasaran. “Ap
Baca selengkapnya

Bab 48: Fakta Masa Lalu

WELLINGTON, NEW ZEALAND“Siapa kalian!?”Seorang pria memekik terkejut karena tempat tinggalnya tiba-tiba didatangi oleh tamu tak diundang.Aiden menatap wajah pria itu lebih cermat, lalu mengangkat selembar potret wajah di tangannya hingga keduanya tampak sejajar.“Benar dia orangnya, Tuan,” ujar Aiden setelah memastikan bahwa mereka tidak salah orang.“Brengsek! Siapa kalian!? Kenapa sembarangan masuk ke rumah orang!?” Komplain sang pemilik kamar.“Seandainya kedatangan kami disambut dengan baik, kami tidak mungkin bersikap arogan semacam ini,” tutur Matthew tanpa sesal sedikit pun!CEO itu memberi kode kepada Bryan agar menutup serta mengunci pintu utama.Setelah mengangguk paham, Bryan melakukan perintah seperti yang diinginkan Matthew.“Jadi … ini tempat tinggal Anda sekarang, Tuan Orland Xef?” Tatapan Matthew tampak begitu tajam saat menuturkan pertanyaannya.“Ap-apa maksudmu!? Siapa kalian ini? Kenapa kemari!?” Orland Xef sampai terbata saat berucap. Ia memperhatikan Matthew
Baca selengkapnya

Bab 49: Kabar yang Dinanti

Mendengar fakta buruk tentang kebusukan perilaku Vincent Gregorius di masa lalu, telah sukses memupuk kebencian yang telah tertanam di dalam benak Matthew selama puluhan tahun.Ia mengepal geram membayangkan kelakuan biadab Vincent kala itu.Namun, satu notifikasi tanda pesan masuk telah mampu membuat pria yang tengah menginterogasi Orland Xef itu kehilangan konsentrasi.“Kita pulang sekarang!” titah Matthew kepada Aiden dan Bryan.“Siap, Tuan! Saya siapkan armada sekarang,” sahut Aiden yang lantas segera menghubungi pilot pribadi Matthew.Kedua anak buah Matthew berjalan mengikuti atasannya keluar.“Apa yang bisa aku lakukan untukmu?” pekik Orland Xef yang sontak membuat langkah Matthew terhenti.Putra tunggal keluarga Anderson itu menoleh. “Kembali ke Queenstown dan bekerja untukku. Aku butuh bantuanmu untuk memberi Vincent terapi moral.”“Tapi … aku sedang melarikan diri darinya. Aku yakin cepat atau lambat, dia pasti tahu kalau akulah orang di balik kekacauan yang terjadi tempo ha
Baca selengkapnya

Bab 50: Rapat Salah Tempat

Di kediaman mewah keluarga Gregorius, Draco, orang kepercayaan Vincent Gregorius, tanpa ragu mengetuk pintu ruang pribadi atasannya.“Masuk!” teriak Vincent dari dalam ruangan.“Permisi, Tuan! Ada kabar terkini dari para anak buah yang saya tugaskan untuk mengusut kasus kemarin,” ujar Draco tanpa ragu.“Sudah puluhan tahun kau bekerja denganku, Draco. Kau paham kan informasi seperti apa yang bisa aku terima?” balas Vincent memperingati.“Informasi ini sudah valid, Tuan. Mereka sudah menemukan siapa pelaku penembakan tempo hari.”Ucapan Draco berhasil memantik keingintahuan Vincent. “Siapa mereka? Siapa yang telah berani berurusan denganku?”“Masuklah, kalian!” seru Draco kepada anak buahnya yang masih menunggu di luar ruangan.BRAKKK!!!Seorang pria babak belur dengan kedua tangannya yang terborgol tiba-tiba jatuh tersungkur memasuki ruangan di mana ada Vincent serta Draco di dalamnya.“Bangun, Bodoh!” bentak salah satu anak buah Draco sambil menarik paksa tubuh pria itu agar berjalan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status