Semua Bab Ibu, CEO Tampan itu Ayahku!: Bab 121 - Bab 130

279 Bab

Bab 121 Kamu Cemburu?

Tommy tampak terkejut saat melihat Juanita bersiap untuk keluar. "Mau kemana pagi-pagi begini?" tanyanya penasaran.Juanita sendiri terkejut melihat Tommy datang begitu pagi. "Ada apa, Tommy? Kok kamu datang pagi banget.""Kamu mau kencan atau apa?" Tommy tampak sedikit cemburu. Dia heran melihat Juanita tidak memilih untuk beristirahat di rumah di akhir pekan ini."Nggak, aku harus ke kantor. Ada pekerjaan yang belum tuntas kemarin. Aku nggak tenang kalau nggak menyelesaikannya," jawab Juanita, sambil mengenakan sepatunya."Kamu nggak boleh pergi," kata Tommy tegas sambil menghalangi pintu.Juanita tampak bingung dengan sikap Tommy yang tiba-tiba itu. "Kenapa mau sakit dulu baru bisa berhenti bekerja, hah? Hari ini akhir pekan, kamu seharusnya nggak pergi ke kantor. Ikut aku saja," kata Tommy dengan serius.Juanita sempat ingin menjelaskan lebih lanjut, namun Tommy memotongnya dengan tegas. "Kalau kamu nggak mengikuti kataku, kamu tahu sendiri konsekuensinya."Mendengar itu, Juanita
Baca selengkapnya

Bab 122 Napak Tilas

Malam semakin larut di kota tua, bintang-bintang berkelip di langit, dan angin sejuk malam mengelus wajah Juanita, seolah membawa perasaan yang tak terdefinisikan. Tiba-tiba, Ingga mencubit jarinya, membuat Juanita tersadar dari lamunannya. Ingga dengan semangat menunjuk ke sebuah penginapan cantik di depan mereka.Juanita terpana, penginapan berwarna-warni dan bergaya retro itu adalah tempat yang sama di mana lima tahun lalu dia kehilangan kewarasannya. Perasaan campur aduk; kebingungan, kesal, dan cemas, muncul di matanya.Bagaimana mungkin semua ini terjadi begitu saja?Kenangan masa lalu mulai muncul di pikirannya, tentang malam yang dia habiskan dengan pria yang tak dikenal, meninggalkan hanya liontin batu giok dingin dan halus di sampingnya. Tak lama kemudian, dia hamil Ingga yang manis itu.Juanita menggigit bibirnya, menggelengkan kepala, mencoba menenangkan hatinya yang berkecamuk, lalu bertanya kepada Tommy dengan tatapan intens, "Kamu yang memilih penginapan ini?"Tommy, yan
Baca selengkapnya

Bab 123 Pikiran dan Tubuh Bersatu

Aroma anggur tua itu menawan, memenuhi indra penciuman Juanita dengan kekayaan dan kelembutannya. Tanpa sadar, jemarinya terbuka saat ia menyeruputnya, merasakan kehalusan dan kandungan alkohol yang tepat, tidak terlalu menyengat di tenggorokan.Juanita menghela napas sambil berkata, "Anggur ini memang luar biasa, lembut dan menghangatkan, tapi nggak membuat tenggorokan terasa terbakar."Senyum nakal Tommy menghiasi wajahnya saat ia melihat Juanita, "Tuh kan, pasti kamu suka."Juanita mengangguk dan menuang anggur lagi untuk dirinya, lalu bersulang dengan Tommy, "Jarang-jarang kita bisa seperti ini, Tommy. Ayo, untuk kita berdua!"Keduanya tampak sedikit terbuai oleh anggur, meski tidak terlalu kuat, mereka masih dalam kesadaran penuh setelah beberapa gelas.Mungkin karena sinar bulan yang mempesona atau suasana yang menghanyutkan, Juanita terlihat sangat cantik dengan wajahnya yang merah merona. Tommy, merasakan mulutnya kering, tanpa sadar memeluk Juanita yang tubuhnya mungil dan le
Baca selengkapnya

Bab 124 Mengambil Keuntungan

Yolanda sangat cemas karena Tommy telah menuntut ganti rugi sepuluh kali lipat dari jumlah yang dibutuhkan. Tidak tahu harus berbuat apa, dia mendatangi Tanya.“Tanya, menurutmu, aku harus gimana?” tanya Yolanda dengan kebingungan.“Ya berarti Tante harus memberikan apa yang Tommy minta. Toh, dia nggak minta lebih dari itu, ‘kan?” jawab Tanya sambil menyesap tehnya dengan tenang. Tanya, yang tidak terlalu peduli dengan masalah Yolanda, hanya fokus pada Tommy.Yolanda dengan wajah murung berkata, “Tapi Tanya, dari mana aku akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu?”Tanya menjawab dengan singkat, “Nggak ada pilihan lain.”Yolanda, meskipun cemas, mencoba meyakinkan dirinya. "Mungkin aku bisa menunda ini. Akhirnya, Tommy tidak akan berbuat apa-apa kepada keluarganya sendiri."Tanya, mendengar ini, merasa bingung.“Tapi Tante, itu akan merepotkan Tommy,” ujar Tanya.Yolanda tidak peduli. “Aku sudah biasa berurusan dengannya. Toh, kakak iparku pasti akan berpihak sama aku,” kata Yolanda, te
Baca selengkapnya

Bab 125 Semuanya Karena Ulah Dia

Setelah merenung sejenak, asistennya menyarankan, "Sebaiknya, Bu, kalau merasa nggak enak badan, lebih baik istirahat dulu. Coba periksa ke dokter, dokumen-dokumen ini juga sudah menumpuk beberapa hari ini.""Ah, nggak bisa. Saya harus menyelesaikan ini. Kalau saya tunda lagi, perusahaan kita bisa rugi besar," Juanita menolak sambil menggeleng, "Nggak apa-apa, istirahat sebentar juga sudah baikan lagi. Kamu boleh pergi sekarang."Dengan perasaan khawatir, asistennya pun keluar dari ruangan.Meski demikian, Juanita tetap meremehkan kondisinya dan tidak menganggapnya serius. Ia bekerja di kantor sepanjang hari dan baru pulang ke rumah pada malam hari.Saat itu, Ingga, anaknya, sudah ada di rumah.Ingga tidak merasa bosan meski sendirian di rumah karena ia memiliki banyak kegiatan.Juanita menjadi penasaran ketika melihat Ingga asyik dengan kegiatannya dan mendekat untuk melihat lebih dekat."Duduk di sebelah Ingga, Juanita bertanya, "Lagi apa, Ingga?""Mama, aku lagi cobain game baru," j
Baca selengkapnya

Bab 126 Jangan Kira Manja Bisa Mengalihkanku

Melihat Tommy begitu khawatir, Juanita mencoba menenangkannya dengan berkata, "Nggak apa-apa, hanya sedikit nggak nyaman. Sudah malam, nggak enak kalau keluar. Aku sudah merasa lebih baik sekarang."Tommy, masih dengan ekspresi khawatir, merespons, "Benar kamu sudah lebih baik?""Iya, sudah, kok" Juanita mengangguk, berusaha meyakinkan Tommy. "Kalau besok masih merasa nggak enak, aku janji akan ke rumah sakit."Akhirnya, Tommy mengalah, walaupun masih ragu. "Ingat, kalau ada yang nggak beres, langsung bilang. Jangan tanggung sendiri."Tommy dengan tegas mengingatkan Juanita, tak ingin melihatnya menderita."Tenang saja, aku akan bilang," Juanita membalas dengan serius, kemudian mengusap pundak Tommy untuk menenangkannya.Melihat itu, Tommy tersenyum pelan tapi tetap bersikap tegas. "Jangan kira aku akan cuek karna kamu bersikap manja, ya."Juanita merasa ada kehangatan yang tidak bisa dijelaskan dalam hatinya. "Aku juga nggak mau kamu cuek."Malam itu, Juanita hanya makan sedikit. Dia
Baca selengkapnya

Bab 127 Adu Domba

Siang itu di sebuah restoran, Yolanda, yang sejatinya berencana berkencan dengan Ricky, tiba-tiba menerima panggilan telepon dari Jacky. Rasa was-was menghinggapinya saat melihat nomor asing di layar handphone, tapi dia tetap menjawabnya. "Halo, siapa ini?" tanya Yolanda, suaranya terdengar gugup, alisnya berkerut."Selamat siang, Bu Yolanda. Saya asisten Pak Tommy. Saya diinstruksikan Pak Tommy untuk menyampaikan pesan bahwa dalam waktu satu minggu Ibu harus melunasi denda atas pelanggaran kontrak. Jika tidak, Bu Yolanda akan mendapat surat peringatan dari pengacara kami," sahut suara Jacky dari seberang sana, kemudian langsung memutus sambungan.Yolanda terpaku mendengar dering telepon yang berakhir, merasa frustrasi. Harapannya agar Tommy bersikap lebih lunak seketika pupus; Tommy tak lagi memberi toleransi.Sementara Yolanda tenggelam dalam kemarahan, Tanya meneleponnya. "Halo, Tante, lagi apa?" suara Tanya terdengar manis, berusaha mendekatkan diri.Namun, kekesalan Yolanda mak
Baca selengkapnya

Bab 128 Sakit, Nggak?

Juanita merasa Yolanda benar-benar berlebihan dengan kelakuannya yang nekat dan brutal. Meski merasa marah, dia lebih memperhatikan kekhawatiran asistennya yang terlihat sangat cemas.Kerusuhan tersebut dengan cepat menarik perhatian manajer restoran. Setelah melihat luka Juanita, manajer itu segera memberikan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan.Juanita, meski merasa sakit, berpikir luka tersebut tidak terlalu serius dan cukup membalutnya saja. Namun, asistennya terlihat sangat khawatir dan menyarankan agar Juanita pergi ke rumah sakit."Wah, sepertinya nggak perlu, sih." Juanita mencoba meremehkan lukanya."Nggak, Bu. Lebih baik kita pergi ke rumah sakit saja," tegas asistennya.Akhirnya, Juanita setuju dan mereka berdua segera menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan, Juanita merasa geli melihat ekspresi khawatir yang berlebihan dari asistennya."Bu Juan, kita nggak bisa menganggap enteng ini. Pak Tommy selalu mengingatkan saya untuk menjaga Ibu. Kalau sampai ada sesua
Baca selengkapnya

Bab 129 Sungguh Keterlaluan!

Baru saja Yolanda hendak berkata sesuatu, ia mendengar nada sambung terputus dari teleponnya. Dengan perasaan marah, ia melempar teleponnya ke samping. Sementara dia masih bingung memikirkan langkah selanjutnya, teleponnya berdering lagi.Dengan asumsi bahwa pemilik pabrik mungkin berubah pikiran dan ingin melanjutkan kerjasama, Yolanda segera mengangkat telepon. "Halo? Bapak berubah pikiran, ya?" ujarnya penuh harapan.Namun, di ujung telepon terdengar suara bingung, "Bu Yola, Ibu bicara tentang apa?"Sadar bahwa suara itu tidak sesuai ekspektasi, Yolanda memeriksa nomor di layar dan menyadari bahwa itu adalah orang yang bertugas membeli barang-barangnya. Yolanda menguatkan suaranya dan bertanya, "Iya, ada yang bisa saya bantu?"Penelepon itu langsung menyampaikan kabar buruk, "Bu Yola, ada masalah. Semua peralatan impor yang kita beli ditahan oleh bea cukai karena tidak memenuhi persyaratan.""Kamu bilang apa?" Yolanda mengerutkan alisnya, terkejut.Penelepon itu mengulangi perkataan
Baca selengkapnya

Bab 130 Tidak Akan Mengalah

Yolanda mengangguk serius, "Tapi Mbak, aku merasa Tommy berubah. Dulu dia nggak seperti ini, menentang keluarganya sendiri. Pasti ada yang mempengaruhi dia dari belakang. Kalau Mbak terus membiarkannya, orang tersebut mungkin akan mempengaruhi Mbak dan Tommy juga."Kata-kata Yolanda tampak tulus dan serius.Semakin lama Soraya mendengar, semakin gelap wajahnya. Dia mulai menyadari bahwa Tommy telah berubah sejak bertemu dengan wanita tertentu."Anak baik yang kubesarkan jangan sampai rusak karena wanita itu," pikir Soraya. "Harus ada cara menghilangkan pengaruh wanita itu dari hidup Tommy."Soraya memberikan dukungan kepada Yolanda, "Tenang Yola, aku sudah tahu masalahnya. Aku nggak akan biarkan kamu terus menderita.""Terima kasih, Mbak. Aku hanya bisa mengandalkan Mbak sekarang," kata Yolanda dengan wajah sedih.Meski Soraya mulai merasa kesal karena Yolanda terus mengganggunya, dia tahu bahwa masalah Juanita harus diselesaikan terlebih dahulu."Kamu pulang dulu, aku akan kabari kala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
28
DMCA.com Protection Status