Siang itu di sebuah restoran, Yolanda, yang sejatinya berencana berkencan dengan Ricky, tiba-tiba menerima panggilan telepon dari Jacky. Rasa was-was menghinggapinya saat melihat nomor asing di layar handphone, tapi dia tetap menjawabnya. "Halo, siapa ini?" tanya Yolanda, suaranya terdengar gugup, alisnya berkerut."Selamat siang, Bu Yolanda. Saya asisten Pak Tommy. Saya diinstruksikan Pak Tommy untuk menyampaikan pesan bahwa dalam waktu satu minggu Ibu harus melunasi denda atas pelanggaran kontrak. Jika tidak, Bu Yolanda akan mendapat surat peringatan dari pengacara kami," sahut suara Jacky dari seberang sana, kemudian langsung memutus sambungan.Yolanda terpaku mendengar dering telepon yang berakhir, merasa frustrasi. Harapannya agar Tommy bersikap lebih lunak seketika pupus; Tommy tak lagi memberi toleransi.Sementara Yolanda tenggelam dalam kemarahan, Tanya meneleponnya. "Halo, Tante, lagi apa?" suara Tanya terdengar manis, berusaha mendekatkan diri.Namun, kekesalan Yolanda mak
Juanita merasa Yolanda benar-benar berlebihan dengan kelakuannya yang nekat dan brutal. Meski merasa marah, dia lebih memperhatikan kekhawatiran asistennya yang terlihat sangat cemas.Kerusuhan tersebut dengan cepat menarik perhatian manajer restoran. Setelah melihat luka Juanita, manajer itu segera memberikan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahan.Juanita, meski merasa sakit, berpikir luka tersebut tidak terlalu serius dan cukup membalutnya saja. Namun, asistennya terlihat sangat khawatir dan menyarankan agar Juanita pergi ke rumah sakit."Wah, sepertinya nggak perlu, sih." Juanita mencoba meremehkan lukanya."Nggak, Bu. Lebih baik kita pergi ke rumah sakit saja," tegas asistennya.Akhirnya, Juanita setuju dan mereka berdua segera menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan, Juanita merasa geli melihat ekspresi khawatir yang berlebihan dari asistennya."Bu Juan, kita nggak bisa menganggap enteng ini. Pak Tommy selalu mengingatkan saya untuk menjaga Ibu. Kalau sampai ada sesua
Baru saja Yolanda hendak berkata sesuatu, ia mendengar nada sambung terputus dari teleponnya. Dengan perasaan marah, ia melempar teleponnya ke samping. Sementara dia masih bingung memikirkan langkah selanjutnya, teleponnya berdering lagi.Dengan asumsi bahwa pemilik pabrik mungkin berubah pikiran dan ingin melanjutkan kerjasama, Yolanda segera mengangkat telepon. "Halo? Bapak berubah pikiran, ya?" ujarnya penuh harapan.Namun, di ujung telepon terdengar suara bingung, "Bu Yola, Ibu bicara tentang apa?"Sadar bahwa suara itu tidak sesuai ekspektasi, Yolanda memeriksa nomor di layar dan menyadari bahwa itu adalah orang yang bertugas membeli barang-barangnya. Yolanda menguatkan suaranya dan bertanya, "Iya, ada yang bisa saya bantu?"Penelepon itu langsung menyampaikan kabar buruk, "Bu Yola, ada masalah. Semua peralatan impor yang kita beli ditahan oleh bea cukai karena tidak memenuhi persyaratan.""Kamu bilang apa?" Yolanda mengerutkan alisnya, terkejut.Penelepon itu mengulangi perkataan
Yolanda mengangguk serius, "Tapi Mbak, aku merasa Tommy berubah. Dulu dia nggak seperti ini, menentang keluarganya sendiri. Pasti ada yang mempengaruhi dia dari belakang. Kalau Mbak terus membiarkannya, orang tersebut mungkin akan mempengaruhi Mbak dan Tommy juga."Kata-kata Yolanda tampak tulus dan serius.Semakin lama Soraya mendengar, semakin gelap wajahnya. Dia mulai menyadari bahwa Tommy telah berubah sejak bertemu dengan wanita tertentu."Anak baik yang kubesarkan jangan sampai rusak karena wanita itu," pikir Soraya. "Harus ada cara menghilangkan pengaruh wanita itu dari hidup Tommy."Soraya memberikan dukungan kepada Yolanda, "Tenang Yola, aku sudah tahu masalahnya. Aku nggak akan biarkan kamu terus menderita.""Terima kasih, Mbak. Aku hanya bisa mengandalkan Mbak sekarang," kata Yolanda dengan wajah sedih.Meski Soraya mulai merasa kesal karena Yolanda terus mengganggunya, dia tahu bahwa masalah Juanita harus diselesaikan terlebih dahulu."Kamu pulang dulu, aku akan kabari kala
Setelah kembali ke rumah, Juanita membawa test pack ke kamar mandi dan melakukan tes kehamilan. Hati Juanita berdebar sambil menunggu hasilnya. Tak lama kemudian, alat tes tersebut menunjukkan dua garis merah. Juanita menutupi mulutnya, terkejut. Dua garis itu berarti ia hamil.Dia meyakinkan diri beberapa kali dan akhirnya percaya bahwa ia hamil, dan bayi itu adalah anak Tommy. Juanita membayangkan betapa bahagianya Tommy mendengar berita ini, membayangkan senyum di wajahnya yang biasanya dingin.Juanita merasa puas karena ini adalah bukti cinta mereka berdua. Walaupun hidupnya penuh dengan tantangan, kini ia merasa Tuhan telah memberinya berkah lain.Namun, ingatannya kemudian melayang ke Ingga, anaknya. Tommy bukan ayah kandung Ingga, dan Juanita khawatir Ingga mungkin merasa tersingkir atau tidak dicintai jika ada bayi baru di perutnya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai skenario tentang masa depan.Biasanya kehamilan adalah momen bahagia, tapi bagi Juanita, ini adalah campuran ke
Tangan dan mata Tommy bergerak sangat cepat, pria itu mengulurkan telapak tangannya yang lebar dan menghadang tangan Yolanda.Berhubung kekuatan Tommy terlalu besar, keseimbangan Yolanda menjadi goyah dan pada akhirnya jatuh ke lantai.Begitu Yolanda terjatuh ke lantai, perempuan itu langsung menjerit kesakitan, “Aduh ….”Sebaliknya, Tommy merasa tingkah laku Yolanda saat itu sangat konyol, sehingga pria itu pun tak kuasa menahan senyum dinginnya.“Kamu! Hanya karena seorang perempuan kamu berani mendorong aku?” Yolanda tidak berani memercayai bahwa pria yang ada di hadapannya ini adalah keponakan yang dari kecil sampai besar selalu dijaganya. “Bagaimanapun juga, aku ini adalah Tante kamu sendiri!” ucap Yolanda dengan sorot mata tidak percaya bercampur amarah dan juga kecewa.Tommy mengerutkan keningnya, terlihat jelas bahwa kesabaran pria itu sudah habis. Pria itu pun mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelepon Jacky, “Halo, Jacky … Tolong pesankan tiket ke eropa untuk Tanteku, jam
Juanita sedikit terkejut dan menatap Ibunya, “Nggak ‘kok …, nggak ada apa-apa.”“Aku lihat hari ini kamu sedikit aneh, seperti sedang sedih.” Gerak gerik putrinya ini tidak akan mungkin bisa keluar dari mata ibunya.Juanita langsung terkesiap, walaupun kondisi Marlin sedang sakit tetap bisa mengetahui keadaan dirinya. “”Cuma sedikit urusan kantor saja, nggak ada apa-apa, kok.”Marlin menepuk-nepuk punggung tangan Juanita, “Baguslah kalau begitu, kalau ada masalah apa-apa harus bilang sama Mama, ‘yah?”Juanita menganggukkan kepalanya, “Ma, beberapa hari lagi ulang tahun Mama, Mama mau kado apa?”Marlin tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Sekarang ini aku nggak ingin apa-apa, satu-satunya hal yang kuinginkan adalah, kamu dan Jingga bisa bahagia selalu, kalian berdua dapat melewati hari yang baik. Jangan sampai kalian dimanfaatkan oleh Papa kamu yang brings*k itu. Apalagi Jingga masih kecil, jangan sampai dianiaya.”Marlin langsung menggertakkan giginya ketika teringat suaminya ini
Juanita menggelengkan kepalanya. Perempuan itu tidak ingin berada di rumah itu lebih lama lagi, bahkan barang semenit pun juga tidak mau. Siapa sangka, hanya mencium aroma teh pada cangkir itu saja membuat Juanita merasa sangat mual, perempuan itu langsung berlari ke kamar mandi dan muntah di toilet.Santi dan Nanda langsung saling melempar pandangan mereka satu sama lain ketika melihat Juanita seperti itu. “Jangan-jangan ….”Juanita pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, tapi tidak ada apapun yang keluar.Perempuan itu tahu bahwa saat ini dirinya sedang hamil, sehingga pasti tidak ada yang keluar dari muntahannya, hanya saja tanpa sadar dirinya tetap pergi ke kamar mandi.Perasaan mual itu masih tetap ada, Juanita tidak mempunyai pilihan yang lain, selain pergi meninggalkan tempat itu secepat mungkin.Lagipula lebih lama tinggal di sana juga tetap tidak akan bisa membuat rasa mualnya menjadi berkurang.Baru saja perempuan itu berjalan keluar dari dalam kamar mandi, Jerry
Setelah Tommy selesai bicara, Juanita yang merasa bersalah menunduk. Hati Tommy melunak saat melihat sikap Juanita, tetapi Tommy harus menegaskan beberapa hal kepada Juanita. Bagaimanapun, Tommy tidak ingin mengalami hal yang menakutkan seperti ini lagi.Tommy berujar, "Juanita, waktu itu aku benar-benar nggak menyangka kamu berani bersembunyi dariku. Apa kamu tahu aku takut sekali nggak bisa menemukanmu?"Juanita yang merasa bersalah sama sekali tidak berbicara. Tommy tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukanmu, aku masih merasa kesal kepadamu karena kamu nggak percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, kamu bahkan berniat meninggalkanku. Jadi, sekalipun aku tahu keberadaanmu, aku juga sengaja nggak mencarimu. Aku mau kamu tahu apa yang kurasakan supaya kelak kamu nggak berani meninggalkanku lagi."Kelak Juanita tidak akan meninggalkan Tommy lagi. Juanita yang merasa sedih memeluk Tommy dengan erat. Dia tahu kali ini dirinya telah membuat Tommy ketakutan. Setelah melihat
Keluarga Saloza masih merasa kesal setelah meninggalkan lokasi pernikahan. Kenapa pernikahannya bisa berakhir seperti ini? Jelas-jelas, semuanya berjalan dengan lancar dan Tanya hampir menjadi menantu Keluarga Ador. Namun, pengantin wanitanya malah menjadi orang lain dalam sekejap.Di luar lokasi pernikahan, ekspresi Tommy tampak lembut. Apalagi, dia sedang menggendong Juanita yang memakai gaun pengantin. Juanita memukul punggung Tommy sembari berkata, "Turunkan aku dulu."Tommy menuruti perkataan Juanita, sepertinya dia khawatir Juanita merasa tidak nyaman karena sedang hamil. Juanita bertanya, "Apa kita akan pergi sekarang? Bagaimana dengan keluargamu dan Keluarga Saloza?" Juanita khawatir masalah ini akan memengaruhi Tommy.Tommy malah mengalihkan topik pembicaraan, "Apa tadi kamu terkejut?"Juanita mengatupkan bibirnya dan tidak menanggapi ucapan Tommy. Sewaktu menyadari keberadaannya, jantung Juanita berdegup kencang. Namun ... kapan Tommy mulai merencanakan semua ini?Tommy melir
Pernikahan menjadi kacau sehingga tidak bisa dilanjutkan lagi. Para tamu mulai heboh karena tidak menyangka pernikahan bisa berakhir seperti ini. Kejadian hari ini telah mempermalukan kedua keluarga, jadi pengurus rumah segera bertindak dan menyuruh para pengawal untuk mengantar semua tamu keluar. Dengan demikian, kedua keluarga bisa menyelesaikan masalah hari ini.Akhirnya, hanya tersisa anggota dari kedua keluarga di lokasi pernikahan. Juanita yang tidak tahu harus berbuat apa merasa sangat panik. Hanya saja, Juanita tahu sekarang dia tidak boleh pergi. Dia harus menemani Tommy untuk menghadapi semua permasalahan, apalagi sekarang Tommy berada di sisinya.Keberadaan Tommy sudah cukup memberi Juanita rasa aman. Jadi, Juanita hanya panik sesaat, lalu dia berusaha menenangkan dirinya.Aula yang awalnya dipenuhi orang-orang seketika menjadi sunyi setelah para tamu lainnya pergi. Anggota Keluarga Saloza tidak menyangka Tommy akan bertindak seperti ini dan mempermalukan mereka. Semua anggo
Tommy tersenyum ketika mendengar jawaban Juanita. Tommy tahu Juanita pasti bersedia menikahinya. Tommy dan Juanita telah mengalami banyak rintangan, sekarang akhirnya mereka bisa menikah. Tommy tidak mungkin melepaskan kesempatan yang begitu bagus.Semua tamu merasa sangat senang melihat pasangan mempelai yang berdiri di atas panggung, kecuali Ruben. Dia terus mengamati Juanita dan merasa ada yang tidak beres, terutama saat Juanita bersuara. Ruben pernah bertemu dengan Tanya. Meskipun mereka jarang berhubungan, Ruben bisa mengenali suara Tanya.Tadi, suara wanita itu memang sangat mirip dengan Tanya, tetapi Ruben merasa wanita itu bukan Tanya. Sebenarnya, Ruben ingin mengekspos mereka. Hanya saja, Ruben tidak terlalu yakin sehingga tidak berani bertindak gegabah. Kemudian, pendeta berucap, "Selanjutnya, saatnya sepasang mempelai bertukar cincin."Juanita gemetaran begitu mendengar suara pendeta. Hanya tinggal selangkah lagi, Juanita akan menjadi istri Tommy secara sah dan anaknya bisa
Di dalam aula, Tommy berdiri di depan pendeta sembari menunggu pengantinnya dengan sabar. Di bawah tatapan serius orang-orang, pintu akhirnya dibuka, lalu disusul oleh sosok cantik yang berjalan masuk. Wajah wanita itu ditutup oleh kerudung, jadi mereka tidak bisa melihat parasnya. Sementara itu, gaun yang pas badan membuat si pengantin tampak sangat menawan."Wow, pengantinnya cantik sekali!""Benar, mereka memang serasi!"Para tamu mulai memuji sembari bertepuk tangan. Pada saat yang sama, banyak kelopak bunga yang berjatuhan.Ketika mendengar suara-suara itu, Juanita sungguh terkejut. Dia tidak menduga hasilnya akan menjadi seperti ini.Tangan Juanita terkepal erat. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup ini. Sebuah pemikiran yang tidak pernah ada bahkan tiba-tiba muncul dalam benaknya, yaitu melarikan diri dari tempat ini.Orang yang berjalan di samping Juanita merasakan keanehan ini. Dia pun berbisik, "Demi masa depan anakmu, kamu harus terus berjalan."Juanita merasa dirinya sedan
Beberapa saat kemudian, mobil akhirnya tiba di suatu tempat. Juanita pun dibawa turun oleh kedua pengawal itu.Juanita tidak berteriak-teriak lagi sekarang. Dia berusaha untuk tenang meskipun merasa sangat takut. Kini, banyak adegan penculikan dan pemerkosaan yang terlintas di benaknya.Entah sudah berapa kali Juanita hampir mengalami peristiwa seperti itu. Makin dipikirkan, dia merasa makin getir.Namun, yang menyambutnya bukanlah suara galak pria. Juanita seperti dibawa ke suatu tempat, lalu mendengar suara beberapa orang wanita."Bawa dia masuk," perintah seorang wanita dengan tegas. Kemudian, Juanita pun dibawa masuk oleh kedua wanita.Setelah melewati tirai, kedua wanita itu mengulurkan tangan dan membantu Juanita melepaskan baju. Juanita sontak panik. Dia berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian kalau macam-macam!"Kedua wanita itu tidak berbicara, melainkan terus membantu Juanita melepaskan pakaiannya. Mana mungkin Juanita membiarkannya begitu saja, dia pun
Meskipun berpikir demikian, para wanita muda itu tidak memiliki latar belakang seperti Tanya. Jadi, mereka tidak bisa menjadi istri dari pria terhebat di Kota Andara. Mereka hanya bisa menjadi saksi dari pernikahan ini. Bagaimanapun, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka.Saat ini, Tanya yang berada di kamar rias menggigit bibirnya karena tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau bukan karena harus menjaga citranya yang lemah lembut, dia pasti sudah melompat dan berlari kegirangan, lalu memberi tahu semua orang di dunia ini bahwa dirinya akan menjadi istri Tommy.Ruben dan Yolanda juga berada di kamar rias. Ketika melihat wajah cantik Tanya, Yolanda pun memuji, "Cantik sekali, kamu sudah pasti pengantin tercantik di dunia ini."Tanya pun menunduk sembari tersenyum manis. Melihat ini, Ruben segera memuji, "Siapa yang tidak jatuh cinta melihat kecantikan Nona Besar Keluarga Saloza?"Tanya menjadi besar kepala karena terus dipuji. Wanita mana yang tidak senang saat dipuji oleh p
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang