Juanita menggelengkan kepalanya. Perempuan itu tidak ingin berada di rumah itu lebih lama lagi, bahkan barang semenit pun juga tidak mau. Siapa sangka, hanya mencium aroma teh pada cangkir itu saja membuat Juanita merasa sangat mual, perempuan itu langsung berlari ke kamar mandi dan muntah di toilet.Santi dan Nanda langsung saling melempar pandangan mereka satu sama lain ketika melihat Juanita seperti itu. “Jangan-jangan ….”Juanita pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, tapi tidak ada apapun yang keluar.Perempuan itu tahu bahwa saat ini dirinya sedang hamil, sehingga pasti tidak ada yang keluar dari muntahannya, hanya saja tanpa sadar dirinya tetap pergi ke kamar mandi.Perasaan mual itu masih tetap ada, Juanita tidak mempunyai pilihan yang lain, selain pergi meninggalkan tempat itu secepat mungkin.Lagipula lebih lama tinggal di sana juga tetap tidak akan bisa membuat rasa mualnya menjadi berkurang.Baru saja perempuan itu berjalan keluar dari dalam kamar mandi, Jerry
Tanya secara tidak sadar ingin memberitahukan hal ini kepada Soraya, agar Soraya bisa membantu dirinya melawan Juanita.Namun kalau dipikir-pikir kembali, bagaimana kalau Soraya malah memilih untuk menerima Juanita sebagai menantunya karena anak yang tengah dikandungnya itu? Bukankah hal ini malah akan semakin mempersulit kondisinya?Tidak, sebelum bisa memastikan tindakan apa yang akan diambil oleh keluarga Adora, sebaiknya mereka tidak ada yang mengetahui hal ini.Semakin berpikir, raut wajah Tanya semakin muram. Perempuan itu seketika tidak tahu tindakan apa yang sebaiknya diambil.Tidak boleh, dirinya harus memikirkan berbagai cara agar anak Juanita tidak bisa lahir ke dunia!“Ibu Tanya, Ibu … nggak apa-apa, ‘kan?” tanya Nanda dengan sangat berhati-hati.Nanda sengaja jauh-jauh datang mencari Tanya dan memberitahukannya berita tersebut, bukan hanya agar mereka berdua terus berdiri dengan bodoh di sana tanpa melakukan apapun.Tentu saja dirinya mempunyai tujuan yang sama dengan Tany
Jingga mengedipkan matanya dan bertanya dengan penuh rasa penasaran, “Mama lagi sibuk apa?”“Sebentar lagi Nenek ulang tahun. Mama lagi mikir enaknya bikin acara gimana,” jawab Juanita.Mendengar itu, Jingga langsung bersemangat dan menatap ibunya dengan matanya yang menggemaskan itu seakan takut permintaannya ditolak, “Mama, aku juga mau bantu, boleh ya?”“Boleh! Kalau Nenek tahu kamu juga ikut bantu, dia pasti bakal senang banget.”“Hehehe.”Ketika Tommy pulang dari kerja, dia melihat sepasang ibu dan anak ini sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Dia pun mendatangi mereka berdua dan bertanya, “Kalian berdua lagi ngapain?”“Papa pulang!”seru Jingga sambil melambaikan tangannya ke Tommy, “Aku sama Mama lagi mikir mau gimana ngerayain ulang tahun Nenek! Bagusnya aku kasih hadiah apa, ya?”Jingga terlihat kebingungan menentukan hadiahnya. Dari tadi dia juga menanyakan pendapat dari ibunya, tapi sampai sekarang masih belum ada jawaban yang memuaskan. Sebenarnya apa yang disukai oleh neneknya
Nanda menggosok dada Andre dengan kepalanya sambil berkata dengan nada manja, “Aku tahu.”“Kamu mau sepuluh miliar untuk apa?”Nanda duduk tegak dan berkata dengan bangga, “Tentu saja untuk investasi.”“Investasi?” Andre sama sekali tidak pernah berpikir kalau perempuan di sampingnya ini memiliki otak bisnis. “Investasi ke siapa?”Nanda tidak ingin Andre bertanya terlalu banyak, jadi dia pun menjawab dengan manja, “Aduh, kamu nggak usah tanya dulu. Biar ada kesan misteriusnya begitu, boleh? Tunggu sudah ada hasil aku baru beritahu kamu, oke?”Hari ini Nanda membuat Andre merasakan sesuatu yang beda dari biasanya. Oleh karena itu, dia langsung setuju, “Begini saja, aku kasih kamu enam miliar dulu. Meskipun sepuluh miliar bukanlah investasi yang besar, tetap saja keuangan perusahaan nggak boleh digunakan dengan sembarangan. Kamu ambil enam miliar dulu, sisanya aku berikan ke kamu lain kali.”Nanda seketika tersenyum lebar ketika mendengar hal itu. Dia pun melingkarkan tangannya di leher
Yolanda mengambil laporan itu dan tertegun begitu melihat kata “positif hamil” tertulis di pojok kanan bawah.“Ternyata benar.” Sorot mata Yolanda tampak seperti kebingungan, dia tiba-tiba merasa semua yang dia lakukan sia-sia.Tanya berkata lagi, “Belakangan aku suruh orang pergi cari informasinya, sepertinya sudah satu bulan lebih.”Yolanda mengedipkan matanya, sangat kentara kalau saat ini dia merasa tidak nyaman, “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Anak itu nggak boleh lahir ke dunia ini. Kalian punya cara apa, nggak?”Nanda tertawa menghina dan menyatakan keraguannya terhadap IQ Yolanda, “Gampang sekali, bukan? Kita ciptakan berbagai macam kecelakan dan buat anak itu mati saja.”Saat ini Yolanda tidak memiliki cara apa pun, otaknya kosong melompong, “Tapi sangat sulit bagi kita untuk dekati Juanita. Di mana pun dia berada, di situ ada Tommy.”Yolanda merasa sakit hati begitu teringat kejadian terakhir kali, ketika dia didorong Tommy di depan pintu rumah keponakannya itu.S
Mendengar penolakan Juanita yang begitu yakin membuat wajah Jerry menggelap. Nanda yang berdiri di samping langsung menimpali, “Ini semua jerih payah Papa, kalian nggak boleh nggak menghargai Papa, ‘kan?”Marlin yang sedari tadi diam juga ikut berbicara, “Cukup, kalian letakkan barangnya di sana saja, sekarang kalian juga sudah melihatku dan sudah boleh pergi.”Jerry menggerakkan bibirnya seakan ingin mengatakan sesuatu. Akan tetapi kening Marlin sudah berkerut dalam dan menghentikan ucapannya yang hendak terlontar keluar.“Ada kalimat yang nggak mau aku ucapkan kedua kalinya. Di sini nggak menyambut kalian, jadi silakan keluar.” Marlin mengusir mereka dengan suara dingin. Mendadak situasi di dalam ruang rawat menjadi sangat tegang.Hingga pada akhirnya Jerry hanya bisa mengatakan satu kalimat yang meminta Marlin banyak istirahat dan jaga kesehatan. Setelah itu dia membawa Nanda pergi dari sana. Setelah kedua orang itu pergi, ruang rawat tersebut berubah menjadi sangat sunyi.Setelah d
Juanita terdiam karena tidak menyangka Tommy akan memikirkan ucapan ibunya. Topik yang dihindari oleh mereka justru dibahas kembali. Juanita sempat merasa kecewa, tetapi ternyata Tommy mulai memikirkan resepsi pernikahan mereka.Akan tetapi, kebersamaan dia dan Tommy sudah mendapat penolakan besar. Kemungkinan keluarga Ador tidak akan mengizinkan mereka mengadakan resepsi. Jika mereka memaksakan untuk mengadakan resepsi tanpa mempertimbangkan penolakan keluarga Ador, maka pasti akan mengundang keributan besar.Pemikiran tersebut membuat Juanita merasa khawatir. Kedua alis lelaki itu terangkat. Dia memegang kedua bahu Juanita dan berkata, “Kenapa nggak perlu dipikirkan? Aku tahu, bagi perempuan hal yang paling penting adalah resepsi pernikahan. Aku mau membuat kamu menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini.Juanita menatap Tommy dengan lekat. Orang-orang mengatakan bahwa mata setiap orang bisa berbicara. Dan detik ini, Juanita bisa melihat dirinya sendiri di kedua bola mata lelaki i
Yolanda tidak menyangka masalahnya ternyata akan jadi separah ini. Seketika itu pun dia langsung panik dan menggenggam erat Tanya dan berkata, “Tanya, gimana, nih?”“Kalau begini tinggal bayar saja ganti ruginya,” jawab Tanya sambil mengangkat bahunya.Mendengar itu Yolanda langsung mengamuk dan menghempas tangan Tanya, “Kamu ngomongnya enteng banget. Ganti ruginya sampai miliaran. Aku harus cari ke mana? Mana Tommy juga galak banget pula.”“Bukannya itu gampang?” kata Nanda meledek. Dia ini tidak hanya bodoh, tapi ternyata juga bejat.“Memangnya kamu punya solusiapa?” tanya Yolanda sambil menatapnya sinis.“Ya cari Juanita sajalah.”“Benar juga. Ini semua pasti terjadi juga gara-gara dia. Seharusnya aku minta ganti rugi dari dia.”Perasaan Yolanda jauh lebih lega merasa masalah ini sudah mendapatkan titik terang, maka dia pun mengajak Tanya pergi ke lapangan golf untuk bermain.Sementara itu di rumah keluarga Ador ….“Tommy, nanti kan mau mau pergi, coba dilihat dulu barangnya bawaann