Jingga mengedipkan matanya dan bertanya dengan penuh rasa penasaran, “Mama lagi sibuk apa?”“Sebentar lagi Nenek ulang tahun. Mama lagi mikir enaknya bikin acara gimana,” jawab Juanita.Mendengar itu, Jingga langsung bersemangat dan menatap ibunya dengan matanya yang menggemaskan itu seakan takut permintaannya ditolak, “Mama, aku juga mau bantu, boleh ya?”“Boleh! Kalau Nenek tahu kamu juga ikut bantu, dia pasti bakal senang banget.”“Hehehe.”Ketika Tommy pulang dari kerja, dia melihat sepasang ibu dan anak ini sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Dia pun mendatangi mereka berdua dan bertanya, “Kalian berdua lagi ngapain?”“Papa pulang!”seru Jingga sambil melambaikan tangannya ke Tommy, “Aku sama Mama lagi mikir mau gimana ngerayain ulang tahun Nenek! Bagusnya aku kasih hadiah apa, ya?”Jingga terlihat kebingungan menentukan hadiahnya. Dari tadi dia juga menanyakan pendapat dari ibunya, tapi sampai sekarang masih belum ada jawaban yang memuaskan. Sebenarnya apa yang disukai oleh neneknya
Nanda menggosok dada Andre dengan kepalanya sambil berkata dengan nada manja, “Aku tahu.”“Kamu mau sepuluh miliar untuk apa?”Nanda duduk tegak dan berkata dengan bangga, “Tentu saja untuk investasi.”“Investasi?” Andre sama sekali tidak pernah berpikir kalau perempuan di sampingnya ini memiliki otak bisnis. “Investasi ke siapa?”Nanda tidak ingin Andre bertanya terlalu banyak, jadi dia pun menjawab dengan manja, “Aduh, kamu nggak usah tanya dulu. Biar ada kesan misteriusnya begitu, boleh? Tunggu sudah ada hasil aku baru beritahu kamu, oke?”Hari ini Nanda membuat Andre merasakan sesuatu yang beda dari biasanya. Oleh karena itu, dia langsung setuju, “Begini saja, aku kasih kamu enam miliar dulu. Meskipun sepuluh miliar bukanlah investasi yang besar, tetap saja keuangan perusahaan nggak boleh digunakan dengan sembarangan. Kamu ambil enam miliar dulu, sisanya aku berikan ke kamu lain kali.”Nanda seketika tersenyum lebar ketika mendengar hal itu. Dia pun melingkarkan tangannya di leher
Yolanda mengambil laporan itu dan tertegun begitu melihat kata “positif hamil” tertulis di pojok kanan bawah.“Ternyata benar.” Sorot mata Yolanda tampak seperti kebingungan, dia tiba-tiba merasa semua yang dia lakukan sia-sia.Tanya berkata lagi, “Belakangan aku suruh orang pergi cari informasinya, sepertinya sudah satu bulan lebih.”Yolanda mengedipkan matanya, sangat kentara kalau saat ini dia merasa tidak nyaman, “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Anak itu nggak boleh lahir ke dunia ini. Kalian punya cara apa, nggak?”Nanda tertawa menghina dan menyatakan keraguannya terhadap IQ Yolanda, “Gampang sekali, bukan? Kita ciptakan berbagai macam kecelakan dan buat anak itu mati saja.”Saat ini Yolanda tidak memiliki cara apa pun, otaknya kosong melompong, “Tapi sangat sulit bagi kita untuk dekati Juanita. Di mana pun dia berada, di situ ada Tommy.”Yolanda merasa sakit hati begitu teringat kejadian terakhir kali, ketika dia didorong Tommy di depan pintu rumah keponakannya itu.S
Mendengar penolakan Juanita yang begitu yakin membuat wajah Jerry menggelap. Nanda yang berdiri di samping langsung menimpali, “Ini semua jerih payah Papa, kalian nggak boleh nggak menghargai Papa, ‘kan?”Marlin yang sedari tadi diam juga ikut berbicara, “Cukup, kalian letakkan barangnya di sana saja, sekarang kalian juga sudah melihatku dan sudah boleh pergi.”Jerry menggerakkan bibirnya seakan ingin mengatakan sesuatu. Akan tetapi kening Marlin sudah berkerut dalam dan menghentikan ucapannya yang hendak terlontar keluar.“Ada kalimat yang nggak mau aku ucapkan kedua kalinya. Di sini nggak menyambut kalian, jadi silakan keluar.” Marlin mengusir mereka dengan suara dingin. Mendadak situasi di dalam ruang rawat menjadi sangat tegang.Hingga pada akhirnya Jerry hanya bisa mengatakan satu kalimat yang meminta Marlin banyak istirahat dan jaga kesehatan. Setelah itu dia membawa Nanda pergi dari sana. Setelah kedua orang itu pergi, ruang rawat tersebut berubah menjadi sangat sunyi.Setelah d
Juanita terdiam karena tidak menyangka Tommy akan memikirkan ucapan ibunya. Topik yang dihindari oleh mereka justru dibahas kembali. Juanita sempat merasa kecewa, tetapi ternyata Tommy mulai memikirkan resepsi pernikahan mereka.Akan tetapi, kebersamaan dia dan Tommy sudah mendapat penolakan besar. Kemungkinan keluarga Ador tidak akan mengizinkan mereka mengadakan resepsi. Jika mereka memaksakan untuk mengadakan resepsi tanpa mempertimbangkan penolakan keluarga Ador, maka pasti akan mengundang keributan besar.Pemikiran tersebut membuat Juanita merasa khawatir. Kedua alis lelaki itu terangkat. Dia memegang kedua bahu Juanita dan berkata, “Kenapa nggak perlu dipikirkan? Aku tahu, bagi perempuan hal yang paling penting adalah resepsi pernikahan. Aku mau membuat kamu menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini.Juanita menatap Tommy dengan lekat. Orang-orang mengatakan bahwa mata setiap orang bisa berbicara. Dan detik ini, Juanita bisa melihat dirinya sendiri di kedua bola mata lelaki i
Yolanda tidak menyangka masalahnya ternyata akan jadi separah ini. Seketika itu pun dia langsung panik dan menggenggam erat Tanya dan berkata, “Tanya, gimana, nih?”“Kalau begini tinggal bayar saja ganti ruginya,” jawab Tanya sambil mengangkat bahunya.Mendengar itu Yolanda langsung mengamuk dan menghempas tangan Tanya, “Kamu ngomongnya enteng banget. Ganti ruginya sampai miliaran. Aku harus cari ke mana? Mana Tommy juga galak banget pula.”“Bukannya itu gampang?” kata Nanda meledek. Dia ini tidak hanya bodoh, tapi ternyata juga bejat.“Memangnya kamu punya solusiapa?” tanya Yolanda sambil menatapnya sinis.“Ya cari Juanita sajalah.”“Benar juga. Ini semua pasti terjadi juga gara-gara dia. Seharusnya aku minta ganti rugi dari dia.”Perasaan Yolanda jauh lebih lega merasa masalah ini sudah mendapatkan titik terang, maka dia pun mengajak Tanya pergi ke lapangan golf untuk bermain.Sementara itu di rumah keluarga Ador ….“Tommy, nanti kan mau mau pergi, coba dilihat dulu barangnya bawaann
“Mama kamu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit. Dia minta Tante bawa kamu ke sana.”“Tapi Mama baru tadi pagi berangkat kerja masih baik-baik saja.”“Mama kamu nggak mau kamu khawatir, jadi dia bilang nggak apa-apa. Belakangan ini kerjaannya lagi banyak banget, makanya jadi pingsan dan harus dirawat di rumah sakit.”“Kamu bukan lagi bohongin aku, ‘kan?”“Tante mana mungkin bohongin kamu. Gimana kalau kita langsung ke rumah sakit saja biar kamu bisa lihat sendiri?”Walaupun Jingga orangnya sangat waspada, tetap saja dia sangat mengkhawatirkan ibunya, maka akhirnya dia masuk ke mobil bersama dengan Yolanda dan pergi meninggalkan klub.Malam hari itu, Juanita yang sudah menyelesaikan semua pekerjaannya lebih awal dibanding biasanya memutuskan untuk menjemput Jingga di klub. Seharusnya sekarang masih ada waktu, jadi dia menghubungi sopirnya.“Halo, hari ini kamu nggak usah jemput Jingga, ya. Kebetulan aku lagi sempat, jadi aku saja yang jemput. Oh, oke, makasih.”Sesampainya di klub, saa
“Nggak bawa uangnya masih berani datang? Nantanginkamu?”Jelas-jelas Yolanda sudah memberikan kesempatan bagi Juanita, tapi Juanita malah bertindak sesuka hatinya. Ini jelas menunjukkan bahwa Juanita tidak menganggap serius Yolanda!Salah memang Yolanda tidak dari dulu memberikan pelajaran kepada Juanita, makanya sekarang Juanita jadi meremehkan dirinya.“Maaf, tapi aku benar-benar nggak bisa kasih uangnya sekarang. Lepasin Juan dulu, nanti aku kasih uangnya.”Juanita tidak bisa menyembunyikan amarah yang sudah membakar dirinya meskipun dia sudah berusaha untuk berbicara dengan nada setenang mungkin.“Aku dibikin jadi begini sama Tommy gara-gara kamu. Dasar cewek jal*ng yang bisanya cuma ngomongin orang di belakang!”“Aku nggak ngerti kamu ngomong apa,” sahut Juanita.Melihat situasi yang tampak berbahaya bagi ibunya, Jingga spontan berlari ke arah Juanita untuk melindunginya. Walaupun Jingga masih anak kecil, dia adalah pria sejati yang tidak ingin melihat ibunya menderita. Namun saat