Juanita terdiam karena tidak menyangka Tommy akan memikirkan ucapan ibunya. Topik yang dihindari oleh mereka justru dibahas kembali. Juanita sempat merasa kecewa, tetapi ternyata Tommy mulai memikirkan resepsi pernikahan mereka.Akan tetapi, kebersamaan dia dan Tommy sudah mendapat penolakan besar. Kemungkinan keluarga Ador tidak akan mengizinkan mereka mengadakan resepsi. Jika mereka memaksakan untuk mengadakan resepsi tanpa mempertimbangkan penolakan keluarga Ador, maka pasti akan mengundang keributan besar.Pemikiran tersebut membuat Juanita merasa khawatir. Kedua alis lelaki itu terangkat. Dia memegang kedua bahu Juanita dan berkata, “Kenapa nggak perlu dipikirkan? Aku tahu, bagi perempuan hal yang paling penting adalah resepsi pernikahan. Aku mau membuat kamu menjadi perempuan paling bahagia di dunia ini.Juanita menatap Tommy dengan lekat. Orang-orang mengatakan bahwa mata setiap orang bisa berbicara. Dan detik ini, Juanita bisa melihat dirinya sendiri di kedua bola mata lelaki i
Yolanda tidak menyangka masalahnya ternyata akan jadi separah ini. Seketika itu pun dia langsung panik dan menggenggam erat Tanya dan berkata, “Tanya, gimana, nih?”“Kalau begini tinggal bayar saja ganti ruginya,” jawab Tanya sambil mengangkat bahunya.Mendengar itu Yolanda langsung mengamuk dan menghempas tangan Tanya, “Kamu ngomongnya enteng banget. Ganti ruginya sampai miliaran. Aku harus cari ke mana? Mana Tommy juga galak banget pula.”“Bukannya itu gampang?” kata Nanda meledek. Dia ini tidak hanya bodoh, tapi ternyata juga bejat.“Memangnya kamu punya solusiapa?” tanya Yolanda sambil menatapnya sinis.“Ya cari Juanita sajalah.”“Benar juga. Ini semua pasti terjadi juga gara-gara dia. Seharusnya aku minta ganti rugi dari dia.”Perasaan Yolanda jauh lebih lega merasa masalah ini sudah mendapatkan titik terang, maka dia pun mengajak Tanya pergi ke lapangan golf untuk bermain.Sementara itu di rumah keluarga Ador ….“Tommy, nanti kan mau mau pergi, coba dilihat dulu barangnya bawaann
“Mama kamu lagi sakit dan dirawat di rumah sakit. Dia minta Tante bawa kamu ke sana.”“Tapi Mama baru tadi pagi berangkat kerja masih baik-baik saja.”“Mama kamu nggak mau kamu khawatir, jadi dia bilang nggak apa-apa. Belakangan ini kerjaannya lagi banyak banget, makanya jadi pingsan dan harus dirawat di rumah sakit.”“Kamu bukan lagi bohongin aku, ‘kan?”“Tante mana mungkin bohongin kamu. Gimana kalau kita langsung ke rumah sakit saja biar kamu bisa lihat sendiri?”Walaupun Jingga orangnya sangat waspada, tetap saja dia sangat mengkhawatirkan ibunya, maka akhirnya dia masuk ke mobil bersama dengan Yolanda dan pergi meninggalkan klub.Malam hari itu, Juanita yang sudah menyelesaikan semua pekerjaannya lebih awal dibanding biasanya memutuskan untuk menjemput Jingga di klub. Seharusnya sekarang masih ada waktu, jadi dia menghubungi sopirnya.“Halo, hari ini kamu nggak usah jemput Jingga, ya. Kebetulan aku lagi sempat, jadi aku saja yang jemput. Oh, oke, makasih.”Sesampainya di klub, saa
“Nggak bawa uangnya masih berani datang? Nantanginkamu?”Jelas-jelas Yolanda sudah memberikan kesempatan bagi Juanita, tapi Juanita malah bertindak sesuka hatinya. Ini jelas menunjukkan bahwa Juanita tidak menganggap serius Yolanda!Salah memang Yolanda tidak dari dulu memberikan pelajaran kepada Juanita, makanya sekarang Juanita jadi meremehkan dirinya.“Maaf, tapi aku benar-benar nggak bisa kasih uangnya sekarang. Lepasin Juan dulu, nanti aku kasih uangnya.”Juanita tidak bisa menyembunyikan amarah yang sudah membakar dirinya meskipun dia sudah berusaha untuk berbicara dengan nada setenang mungkin.“Aku dibikin jadi begini sama Tommy gara-gara kamu. Dasar cewek jal*ng yang bisanya cuma ngomongin orang di belakang!”“Aku nggak ngerti kamu ngomong apa,” sahut Juanita.Melihat situasi yang tampak berbahaya bagi ibunya, Jingga spontan berlari ke arah Juanita untuk melindunginya. Walaupun Jingga masih anak kecil, dia adalah pria sejati yang tidak ingin melihat ibunya menderita. Namun saat
“Kenapa hal sepenting ini nggak kalian bilang dari tadi?” bentak Jacky dengan nada seperti sedang marah.“Maaf, Pak Jacky … aku … aku pikir Pak Tommy juga pasti lagi sibuk, jadi aku nggak mau ganggu.”“Sesibuk apa pun Pak Tommy, kalau sampai terjadi sesuatu sama Bu Juanita, kamu pikir dia bakal tinggal diam saja?”“Anu, jadi … Pak Jacky, sekarang kita harus gimana, dong?”“Sudah, nggak usah panik dulu. Coba kamu ceritain ke aku gimana kondisinya tadi sedetail mungkin.”“Jadi begini, tadi Bu Juanita kelihatannya agak buru-buru pas baru sampai rumah. Ibu sempat nanya Den Jingga sudah pulang atau belum. Pas aku bilang Den Jingga belum pulang, Bu Juanita jadi tambah panik. Habis itu dia dapat telepon yang kayaknya berhubungan sama Den Jingga, dan Bu Juanita langsung pergi.”Kerutan alis Jacky terlihat makin mengencang setelah mendengar cerita dari si pelayan rumah. Berdasarkan ceritanya tadi, Jingga pasti terlibat dengan suatu masalah. Gawat. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Juanita atau
Dua orang pengawal menahan tubuh Juanita ke lantai dan tangan mereka mulai meraba ke arah kerah baju Juanita.“Jangan, kalian semua jauh-jauh dariku!” seru Juanita melawan.“Di ruangan ini cuma adakita saja, jangan harap kamu masih bisa pergi dari sini,” kata salah satu pengawal itu.Seraya berkata, dia mencengkeram kerah baju Juanita dan menariknya dengan kuat. Juanita hanya mendengar suara nyaring bajunya yang dirobek. Juanita memejamkan matanya dan menjerit kencang. Dia tidak berani membayangkan apa yang dia lihat jika membuka matanya.Namun, kedua pengawal ini justru jadi makin terangsang saat mereka mendengar jeritan Juanita. Jarang-jarang mereka bertemu dengan wanita secantik Juanita, tanpa harus keluar biaya sepeser pun pula. Lelaki mana yang bisa menahan diri?Juanita pun berusaha semaksimal mungkin untuk melawan dan meronta, tapi itu tidak ada gunannya. Dia hanyalah seorang wanita yang lemah, mana mungkin bisa menang melawan dua orang pria yang besar dan kuat?Satu orang menah
Sejak saat itu Jingga bersumpah dia akan tumbuh menjadi pria yang kuat agar bisa melindungi ibunya. Kelak dia tidak akan membiarkan ibunya tersakiti lagi.Jacky membawa Juanita berlari ke arah yang sudah sangat dia kenali. Dia mendatangi ruangan praktik dokter dan mengetuk pintunya dengan keras, “Yosef, Yosef, cepat keluar.”Pintu pun terbuka dan Yosef yang baru saja keluar dari dalam terkejut melihat Jacky sedang menggendong seorang wanita yang sudah tak sadarkan diri.“Ini siapa?” tanya Yosef.Jacky tidak punya banyak waktu untuk cerita panjang lebar, dia langsung menyampingkan badannya dan masuk ke dalam menuju sebuah ranjang dan membaringkan tubuh Juanita di sana dengan hati-hati.“Mama,” sahut Jingga sambil berlari mengejar. Kaki Jingga tentu saja jauh lebih pendek dari Jacky, adi dia harus berusaha keras untuk bisa mengejar langkah Jacky. Sesampainya Jingga di kamar perawatan, dia mengabaikan Yosef dan langsung masuk ke dalam. Dia berlari mendekati sang ibu dan menggenggam tangan
“Oke, aku ngerti. Tolong kasih HP-nya ke Jacky.”“Ada apa, Pak Tommy?” tanya Jacky begitu dia menerima ponselnya kembali dari Yosef.Setelah Tommy menyampaikan perintahnya kepada Jacky untuk segera dilakukan, dia berkata, “Aku sebentar lagi balik. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku. Tolong jagain Juanita.”Seusai mengatakan itu, Tommy menutup teleponnya dan masuk ke dalam pesawat yang akan membawanya pulang.Sementara itu di tempat lain, Yolanda merasa apa yang dia lakukan sudah sangat sempurna, oleh karena itu dia mengundang Tanya dan Nanda ke klub untuk merayakannya.“Tante, memangnya hari ini ada acara apa ngajak kami kemari?” ujar Tanya bertanya.Awalnya Tanya masih punya urusan yang harus dia kerjaan, tapi Yolanda bilang ada hal penting yang ingin dia rayakan bersama. Untungnya akhir-akhir ini Tanya juga hanya sibuk dengan perusahaan yang baru dia dirikan, jadi dia masih punya waktu untuk pergi-pergi. Nanda juga sebenarnya tidak ingin datang, tapi karena kebetulan juga sedang