"Kenapa kau tertawa, apanya yang lucu?" tanya Arfeen dengan wajah sedikit memerah. Larena melirik sang suami, dengan wajah memerahnya itu Arfeen tampak sangat menggemaskan. Ia menghentikan tawanya, mereka tetap berjalan bersisian. "Sejujurnya aku tak pernah mempermasalahkan apa yang orang pikirkan tentangku. Pernikahan kita ada juga karena ... demi orang tuaku yang ... memaksa untuk segera menikah!" akunya dengan nada lirih. Bagaimana mungkin Larena khawatir, wanita itu memiliki paras yang cantik. Body yang aduhai, caranya bersikap, stylenya, mampu membuat yang lebih muda minder terhadapnya. Predikat perawan tua tidaklah jadi masalah. Nyatanya banyak pria yang sering menjadikannya imajinasi liar mereka. Bahkan Arfeen sendiri, sebelum wanita itu menawarinya pernikahan kontrak. Sejak menolongnya, ia sering membayangkan tubuh Larena dalam pelukannya. Mereka memasuki lift, di dalam lift baru Larena memutar tubuh menatap suami kecilnya. "Tak kusangka kau bisa merona juga. Kau tahu Ar
Terakhir Diperbarui : 2023-09-29 Baca selengkapnya