Share

40. Aku Bukan Pengkhianat

Penulis: Y Airy
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 00:38:09

Larena menatap kesal ke arah motor sang suami yang kian menjauh. Satu hal yang membuat Larena heran. Suami kecilnya memberikan sebuah Maybach kepada Freya sebagai pancingan untuk balas dendamnya. Namun kenapa pemuda itu masih menggunakan motor butut yang layaknya dibuang itu?

"Jean!"

"Iya, Nyonya."

"Di mana Arfeen menemukanmu?" tanyanya tanpa menoleh.

"Seorang teman merekomendasikan saya!"

"Teman? Apakah temanmu bekerja pada suamiku?"

"Pada keluarga Tuan Arfeen tepatnya."

Keluarga Arfeen? Ia ingat Arfeen menceritakan tentang keluarganya. Mungkin keluarga yang itu. Artinya keluarga Arfeen harusnya termasuk orang kaya kan?

"Jean, kau bisa katakan siapa keluarga Arfeen?"

"Maaf, Nyonya. Itu bukan wewenang saya!" ia menolak secara halus.

Larena menyimpulkan senyum miring. "Bukankah suamiku mengatakan agar kau tak membuatku tak senang. Dan aku tak senang dengan jawabanmu!" Ia mencoba memancing.

"Maafkan saya, Nyonya. Tapi itu sungguh bukan kewenangan saya, Nyonya tanyakan sendiri saja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   41. Benang Merah

    "Tapi aku bisa membayangkan Seperti apa reaksi Robert saat ini!" Ia pasti begitu murka terhadap Freya yang terang-terangan mengejarnya di dalam video itu!"Mungkin mereka akan bercerai!" saut Nathan."Tak ada niat untuk menghancurkan hubungan mereka juga sih, tapi karena video itu sepertinya Freya harus berjuang keras untuk bisa meyakinkan Robert agar mereka masih menjadi suami istri!" Arfeen menyandarkan punggungnya. Apa yang terjadi pagi ini sungguh di luar kendalinya. Siapa sangka jika Freya akan mendatanginya dan bersikap seperti itu di kampus. Seharusnya wanita itu lebih berhati-hati. "Tapi, Feen. Aku sungguh penasaran di mana kau bekerja sekarang?"Hasil menyimpulkan senyum tipis, "Kau pasti akan mati jantungnya jika aku boleh tahu!"Ia menelan ludah dengan pahit. "Pelit sekali sih? Lagi pula siapa yang memiliki riwayat penyakit jantung?" Nathan tak terima dengan ocehan temannya. "Ok, jangan terkejut. Aku bekerja di Mahesvara Group!"Kedua mata Nathan melotot. Bahkan tubuhny

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   42. Kemesraan Di Atas Ranjang

    "Berikan datanya secepat mungkin!" perintah Arfeen lagi. "Baik, Tuan Muda." Liam meninggalkan ruangan itu, Arfeen menghela nafas panjang dengan memejamkan mata sejenak. Kerja sama antara Radika dan Ferano di masa lalu yang mengalami kegegalan, mengakibatkan Vano dipecat dan tak boleh lagi ikut campur di Jaya Abadi Corp. Ada insiden apa sebenarnya? Ia juga harus tahu seperti apa tanggapan mertuanya, Vano tentang Mahesvara Group. Bukankah ia harus menjemput Larena pulang? Mungkin sambil dinner ia bisa bertanya tentang hal itu jika Larena mengetahui sesuatu. Maka ia pun lekas meninggalkan kantor untuk menuju La Viva. Ketika ia sampai di lobi, rupanya Larena memang sudah berdiri di teras lobi seolah menunggunya. Arfeen turun dari mobil, menghampiri wanita itu. "Sudah lama menunggu?" "Baru beberapa menit." "Bagaimana jika ... kita langsung dinner di luar saja. Aku yang traktir!" ajaknya. "Kau baru saja menerima gaji?" Arfeen hanya mengedikkan bahu. Larena menyetujui ajakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   43. Kuputuskan Untuk Mencintaimu

    "Marla?" Baik Arfeen mau pun Larena terkejut dengan kemunculan wanita itu. Mereka tak menyangka jika akan bertemu lagi di tempat ini, yang lebih parah wanita itu mendengar percakapan mereka tentang pernikahan kontrak. "Apa itu benar Arfeen? Kalian hanya menikah kontrak?" tanya Marla dengan sedikit harapan di hatinya. Arfeen dan Larena tak menjawab. "Kupikir, pernikahan kalian sungguhan? Tapi ternyata hanya sandiwara?" "Itu sama sekali bukan urusanmu, Marla!" jawab Arfeen dengan tenang. Marla menyimpulkan senyum miring, "Jadi ... apakah sekarang kau memiliki banyak uang karena wanita ini menyewamu?" tanyanya melirik Larena dengan kedua matanya. "Sudah kukatakan itu bukan urusanmu!" "Mungkin memang bukan urusanku, aku hanya tidak menyangka kau rela menjual dirimu kepada tante-tane ini!" Larena melotot mendengar hal itu. Ia memang membeli Arfeen, tapi hanya sebagai ststus suami, bukan tubuhnya. "Terserah apa katamu, itu sama sekali tak mempengaruhi hubungan kami." "Arfeen, ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   44. Lihatlah Hasil Perbuatanmu

    "Pembual!" umpat Larena kesal. Namun ia tak berusaha melepaskan diri. Arfeen memeluknya kian erat. Membiarkan wanita itu menangis. Insiden dengan Marla membuatnya menunda niat awal untuk bertanya tentang peristiwa 20 tahun yang lalu. Dalam perjalanan pulang, Larena tertidur dalam pelukannya. Ia terpaksa menyetir dengan satu tangan karena tangan yang satu harus merangkul tubuh sang istri. Namun yang membuatnya mengumpat berkali-kali adalah efek dari pelukan itu. Wajah Larena yang lelap sangat menggoda, tubuh wanita itu yang menempel padanya tak dipungkiri membangkitkan si Junior. Terasa berdenyut dan sakit. Ketika sampai rumah, ia membangunkan sang istri. "Yang, kita udah sampai rumah. Kau masih betah memelukku apa?" bisiknya membuat salah satu mata Larena memicing. Perlahan Larena menjauhkan tubuh, mengamati sekeliling yang semuanya tak asing. Itu adalah garasi rumahnya. Arfeen turun lebih dulu karena ia ingin membukakan pintu untuk sang istri. Ia juga membantu memapah wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   45. Aku Akan Pelan-pelan, Tapi Tidak Janji

    "Arfeen!" desah Larena yang kemudian mendongakkan kepala karena sensasi yang ia rasakan dari perbuatan Arfeen. Tanpa dikomando kedua tangannya meremas rambut pemuda itu. Lidah Arfeen sekarang menuruni perutnya, terus meluncur hingga ke bagian paling indah yang Larena miliki. Ia memberikan beberapa kecup ringan di sana sebelum berdiri. Sekali lagi menyambar mulut wanita itu dengan rakus. Arfeen mengangkat tubuh Larena ke dadanya, membawa ke ranjang dan membaringkan di sana. Ia melucuti pakaiannya sendiri karena sepertinya sang istri masih malu untuk melakukan itu untuknya. Sekarang ia juga sudah polos di depan wanita itu, kedua mata Larena menatap tiap ototnya tanpa kedip. Pandangannya lalu turun hingga ia harus melebarkan mata mendapati junior Arfeen yang telah tagap sempurna dengan ukuran yang membuatnya takut. Tubuhnya bergetar, itu adalah pertama kalinya ia melihat milik pria. Arfeen tahu sang istri gugup, dari reaksinya sepertinya wanita itu memang belum pernah melakukannya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   46. Tak Akan Ijinkan Kau Keluar Ranjang

    Larena terkejut mendapati milik Arfeen yang rupanya masih tegap. Ia menelan ludah seketika. Kemudian kembali menatap wajah sang suami. "Masih mau?" tanyanya polos. Senyum nakal terlukis di wajah Arfeen. "Habisnya ... istriku ini sangat cantik, bagaimana aku tidak tergoda kembali?" Larena jadi salah tingkah, rupanya dirayu di atas ranjang jauh lebih membuatnya gugup. Arfeen menarik dagunya agar bisa menangkap bibir ranum Larena. "Arfeen!" "Hem?" Akhirnya mereka melakukannya sekali lagi dan kali ini dengan durasi yang lebih lama. Larena benar-benar sampai kehabisan tenaga, begitu permainan selesai ia langsung terlelap. Arfeen memeluk erat tubuh polos sang istri di balik selimut. Siapa yang akan percaya jika seorang wanita berusia 35 tahun masih virgin! Masih ranum seperti gadis belia. Paginya, Arfeen lekas meloncat keluar kamar mandi ketika mendengar Larena setengah berteriak memanggilnya. "Iya, sayang. Kau kenapa?" tanyanya panik, tubuhnya masih penuh dengan busa. Dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   47. Hanya Staf Sudah Berani Menjanjikan Kebahagiaan

    Bocah kecil? Rahang Arfeen mengeras ketika pria di seberang sana mengatainya sebagai bocah kecil! Usianya sudah 22 tahun, ia sudah cukup dewasa dan kenapa masih banyak yang memanggilnya bocah? Apakah karena ia menikahi wanita berusia 35 tahun? Jadi ia dianggap sebagai anak kecil. "Rena?""Aku si bocah itu!" jawabnya dengan gerutu. Di sisinya Larena pun melotot mendengar ucapan sang suami yang sepertinya dipenuh amarah. "Ouh, kau ... suami Rena? Em ... siapa namamu?""Kau bertanya? Ok, ingat ini baik-baik. Namaku Arfeen Grafielo. Aku suami Larena Jayendra, jadi jangan menyebutku bocah karena aku memiliki nama!" Randy berdehem, suara Arfeen cukup dingin. Meski mereka berseberangan waktu dan tempat namun bulu kuduknya bisa berdiri. "Dokter Randy, apa kau masih hidup di sana?" tanya Arfeen membuat Laren amengerutkan kening."Eim, iya. Aku di sini?""Aku butuh salep dan antibiotik, bisa kau antarkan ke rumah Larena!" "Salep, antibiotik? Kau sakit apa? Habis dipukuli oleh Om Vano?"

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   48. Biarkan Aku yang Melayanimu, Ratuku!

    "Arfeeennn!"Suara menggelegar Viera terdengar dari ruang tamu. Hal itu membuat Larena terkejut, apa yang dilakukan sang suami sehingga membuat mamanya berteriak seperti itu?"Arfeen, Mama kenapa?""Ouh, itu ... mungkin Mama hanya dengan kangen denganku! Kau tahu jika tak teriak satu hari saja mungkin mulutnya gatel!"Larena merengut mendengar hal itu, bocah ini terkadang memang jail! Arfeen duduk di tepi kasur, ia mengangkat bungkusan plastik bening ke udara. "Obatnya sudah datang!"Larena melotot, "Apakah Randy yang mengantar ke mari?"Arfeen hanya mengangguk. Larena bangkit namun tertahan karena terasa perih. "Argh!" Ia pun kembali duduk. "Mau ke mana? Tidak ingat sedang sakit?"Larena menggigit bibirnya, "Lupa!" cicitnya nyaris tak terdengar. "Tapi kenapa tak bilang kalau Randy datang?"Brak!"Arfeen, buka pintunya!" teriak Viera. Baik Arfeen mau pun Larena menoleh ke arah pintu. "Kenapa pintu kamarnya dikunci?" tanya Larena protes. "Kan mau mengobati lukamu, kalau pasti lag

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09

Bab terbaru

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 237 : Tamat

    Arfeen terpaku menatap sosok di depannya itu. "Bella! Apa yang kau lakukan di sini?" "Menyelamatkanmu dari para gadis itu, apalagi?" jawab wanita itu dengan senyum hangat. "Aku masih bisa mengatasi mereka sendiri!" "Oya, lalu kenapa kau lari?" "Aem!" Arfeen kebingungan untuk menjawab. "Ayolah, Arfeen. Kau memang seorang Casanova, tapi kau benci dikerubungi para gadis. Seharusnya kau menempatkan pengawalan ketat untuk mengantisipasi. Di acara seperti ini sudah pasti jati dirimu akan terbongkar!" Arfeen menghela nafas panjang. "Terima kasih, tapi aku harus pergi!" ia hendak melangkah namun Bella kembali menyandarkan tubuhnya menggunakan telunjuk. "Kau mau aku berteriak bahwa kau sedang melecehkan aku?" Arfeen menyimpulkan senyum miring. "Kau mengancamku?" "Aku hanya ... argh!" kalimat Bella belum berlanjut karena Arfeen sudah lebih dulu membalik tubuh wanita itu yang kini justru dirinya yang bersandar tembok dengan tangan Arfeen di lehernya. "Dengar Bella, sudah aku katakan

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 236

    "Rena, apa kau tega pada Kakek?" seru Ferano yang mencoba membujuk cucunya. Dua orang polisi sudah memegangi lengannya kanan dan kiri. "Larena, Papa sudah tua. Tega sekali kalian lalukan itu?" seru Arland tak terima. "Kami masih keluargamu!""Keluarga!" desis Arfeen dengan kecut, "Keluarga tidak menumbalkan anggota keluarganya sendiri."Arland menatap tajam kepada Arfeen. "Ini pasti ulahmu kan?" ia hendak menyerang nalun lekas digentikan oleh anak buah Arfeen. Kedua tangannya dicengkeram dan langsung diborgol ke belakang. "Lepaskan aku!"Buk!Satu tinju mendarat di wajah Arland. Nyaris semua anggota keluarga Jayendra sudah ditahan. "Arfeen!""Lancang kau hanya menyebutkan nama saja, panggil Tuan Zagan!" seru Gray. Mereka semua membeliak, Tuan Zagan?Jadi Arfeen ... Arfeen adalah Tuan Muda Mahesvara? Kenapa Lyra tak pernah memberitahu? "Tuan Muda, kami tidak melakukan kesalahan apa pun padamu. Tolong ampuni kami!" pinta Radika. Arfeen mengeraskan rahang. "Korban kecelakaan Papa

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 235

    "Ahk, jangan terlalu kencang. Itu menyakitiku!"Seketika kedua mata Larena mendelik, ia melepas peluknya dna menatap wajah di bawahnya. Mata pemuda itu sudah membuka, tengah menatapnya. "Kau ... kau sudah siuman?" beonya. Arfeen mengulum senyum. "Jadi ... pesonaku begitu mengagumkan ya, sampai kau jatuh cinta berkali-kali?" celetuknya memainkan satu alis. "Sejak kapan kau sadar?" tanya Larena mencubit perut Arfeen. "Argh ... sakit, Wife. Sakit, aku masih sakit kenapa kau menganiaya aku?" protesnya mengelus bekas cubitan sang istri. Larena menatap wajah di depannya masih dengan tatapan tak percaya. "Sejak kapan kau sadar? Kau sengaja ingin membuatku takut? Hah?" air mata langsung mengalir deras di pipinya. Arfeen menyentuh pipi sang istri, mengusap cairan hangat itu dengan ibu jarinya. "Maaf!" ucapnya lirih. Larena pun langsung merebahkan diri ke pelukannya."Kenapa kau lakukan itu?" isaknya, "Aku pikir ... kau akan benar-benar meninggalkan aku ... jangan seperti itu lagi ...

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 234

    "Keluarga Adipradana?" seru Vano. "Kau dan Arfeen?""Iya, Tuan. Saya dan Presdir sama-sama mimiliki darah kleuarga Adipradana. Presdir ... adalah cucu dari Jenderal Wira Adipradana!"Vano menghela nafas dalam. Pantas saja Arfeen berbeda dari semua keluarga Mahesvara yang lainnya. Anak itu jelas memiliki jiwa seorang pemimpin. Ternyata di dalam darahnya mengalir darah orang hebat. Larena sangat beruntung bisa menikahi dengannya. "Golongan darah Anda sama dengan pasien?" tanya si dokter. "Iya, Dok. Anda bisa mengambil sebanyak yang dibutuhkan!" jawabnya dengan iklas. "Mari ikut saya!"Jordi tetap harus melakukan mengecekan terlebih dahulu, setelah cocok baru transfusi bisa dilakukan. Beruntung Arfeen hanya membutuhkan dua kantung darah, sehingga masih bisa mengambil dari tubuh Jordi. Di luar ruangan, Larena masih menangis. Bahkan tangisnya kian pilu. Arfeen rela mengorbankan nyawa demi dirinya, pemuda itu membuktikan kata-kata yang rela mati demi dirinya. Sementara ia ... apa yang

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 233

    "Arfeen!" suara Larena bergetar. Ia menggengam erat tangan pemuda itu yang terasa sangat dingin. Biasanya tangan Arfeen sangat hangat! Sekarang, ia benar-benar takut jika pemuda itu akan pergi untuk selamanya. Larena meletakan telapak tangan itu ke pipinya yang basah oleh cairan hangat yang tak bisa ia bendung. Berharap tangan dingin itu akan menghangat, nyatanya justru kian dingin. Ia bahkan menggosok telapak tangan Arfeen dengan kedua tangannya lalu kembali menempelkan pada pipinya. Tapi tetap tak berhasil. Dokter sedang mencoba menghentikan pendarahan di luka Arfeen. Peluru yang mengenainya berkaliber cukup besar, itu mengakibatkan darah terus mengalir keluar meski posisi Arfeen terngkurap. Tapi tak mungkin melakukan tindakan untuk mengeluarkan pelurunya di dalam helikopter. Sang dokter tak ingin mengambil resiko. Larena sungguh tak tega melihat kondisi punggung pemuda itu, tangisnya semakin menjadi. Berkali-kali ia mengecupi telapak tangan Arfeen yang ia genggam. Bahkan keti

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 232

    "Larena!"Larena menghentikan langkah dua meter di hadapan Arfeen. Arfeen langsung berhambur memeluk wanita itu, Larena sama sekali tak memberikan respon apa pun. wanita itu hanya mematung, membiarkan sang suami memeluk tubuhnya. Karena mungkin saja itu akan menjadi pelukan terakhir mereka. Jujur saja Larena merasa merindukan pelukan itu. Ketika berada di dalam pelukan Arfeen ia merasa sangat tenang. Tapi ia hanya memikirkan bayi yang ada dalam kandungannya. Lyra bilang jika bayi itu lahir laki-laki maka itu akan menjadi ancaman, maka wanita itu akan datang untuk menghabisi putranya. Untuk itu ia harus menjauh dari Arfeen. Lagipula apa yang dilakukan lelaki itu juga banyak membuatnya kecewa. "Kau baik-baik saja kan? Lyra tidak menyakitimu?"Larena hanya menggeleng. Arfeen tampak sangat bahagia lalu memeluknya sekali lagi namun kali ini Larena menolak pelukannya. Hal itu membuat Arfeen terpaku. "Ada apa?""Aku ingin kita tetap berpisah!" pinta Larena. "Berpisah? Sayang!""Jang

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 231

    Suara lembut itu membuat Tantra terpaku, rahangnya langsung mengeras menatap sepupunya. Wanita itu! Darah keluarga Wijaya rupanya lebih kuat di tubuh Lyra daripada keluarga Mahesvara. "Kau tak sepantasnya melakukan ini terhadap Kakek, Lyra.""Apakah aku meminta pendapatmu?" tanya Lyra sinis. Tentu saja hal itu membuat tangan terasa sedikit marah. Tapi Tantra tahu harusnya ia tak berdebat dengan Lyra. Sejak awal Lyra memang yang selalu menghasut dirinya untuk merasa iri kepada Arfeen. Bahkan selalu mendorongnya untuk membenci sepupunya itu. Tapi rupanya itu semua ada niat picik! Lyra hanya memanfaatkann dirinya untuk membenci Arfeen. Karena wanita itu membutuhkan dukungan. Tantra yang saat itu masih polos selalu berhasil termakan oleh bujukan dari Lyra untuk membenci Arfeen. Sejak kecil Lyra selalu berpura-pura baik di depan Arfeen dan juga selalu keluarga. Tapi di belakang ia selaku menatap Arfeen penuh benci. "Lyra, Seharusnya kau tak perlu melakukan ini!" ucap Radika. "Aku t

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 230

    "Tantra!" desis Radika dengan bibir gemetar. Meski Tantra tak memiliki kelebihan seperti Arfeen, tapi pemuda itu tetap cucunya. "Tuan Muda, Tantra!" desis Liam."Kakek, jangan pikirkan aku!" seru Tantra yang sama sekali tak ada rasa takut. "Kelangsungan Klan Mahesvara jauh lebih penting dari nyawaku yang sama sekali tak berharga!" Tantra memberanikan diri berucap demikian. Ia masih ingin hidup, tapi jika hanya karena dirinya akuenya klan Mahesvara harus hancur, ia tidak akan pernah rela. Seumur hidupnya ia belum bisa memberikan kontribusi apa pun untuk keluarganya. Paling tidak nyawanya bisa berarti untuk bisa menyelamatkan kekuasaan klan Mahesvara. Ia yakin Arfeen mampu membawa keluarga Mahesvara menjadi lebih berjaya. Apalagi jika dalam pertarungan ini mereka menang. Maka ia tidak akan menyesal mati untuk itu. "Sepertinya kakekmu tidak menyayangimu, Tuan Muda Tantra. Sayang sekali ... harusnya kau memilih pihak yang benar untuk bisa mendapatkan hakmu!" Maher sengaja mengatakan

  • Pesona Pria Terhina yang Ternyata Mafia   Bab 229

    Arfeen memutuskan untuk mendekat. "Jadi kalian semua bersatu untuk menjatuhkan aku? Ini sangat menarik!" Dewa menyimpulkan senyum getir. "Andai saja sejak awal kau mau mengalah, ini tidak akan terjadi. Aku pasti akan memberikan dukungan kepada klan Mahesvara, dan kita bisa bersama menjadi lebih besar!" Arfeen menimpai dengan tawa ringan yang getir. "Maaf, Tuan Dewa Wijaya. Aku tidak membutuhkan dukunganmu untuk bisa berjaya. Aku masih memiliki kemampuan!" "Sombong sekali, kau hanya beruntung karena terlahir sebagai anak lelaki, Arfeen. Jika tidak! Kau pasti sudah buang ke tong sampah!""Yakin? Aku ragukan itu, Kakek memiliki alasan kuat kenapa mempertahankan aku. Karena pada kenyataannya ... akulah yang kelak akan membuat nama Mahesvara semakin besar. Kau tidak percaya itu?""Jangan pernah bermimpi, karena hari ini ... akan menjadi hari terakhirmu menghela nafas!"Arfeen menaruh telunjuk di bibirnya seolah sedang berfikir. "Sayangnya setelah aku pikirkan ... hari ini tidak akan me

DMCA.com Protection Status