"Aku ... aku tidak tahu!" jawab Larena jujur. Arfeen memejamkan mata, ia tahu ini terlalu cepat untuk mereka. Dan ia juga bisa mengerti, dengan apa yang baru saja ia ceritakan kepada sang istri. Maka wajar jika wanita itu ragu. Ia sendiri takut jika suatu saat akan melukai istrinya. Ia membuka matanya kembali, menatap lembut wanita di depannya. "Kau tak perlu menjawab, hanya ... cukup kita lalui pernikahan ini. Kita coba untuk menjadi sepasang suami-isteri!"Larena mengerutkan kening, sedikit tak mengerti. "Kita jalani apa adanya saja, hanya ... aku mohon0 jangan selalu mengingatkan tentang pernikahan kontrak. Bukankah ... kau juga sudah berjanji untuk memberi kesempatan bagi pernikahan ini?"Larena mengingat hal itu, ketika Arfeen berjanji akan mendapatkan dana untuk La Viva, pemuda itu hanya meminta dirinya tak melepaskan pernikahan ini sebagai imbalan. Dan Arfeen berhasil mendapatkan dananya, harusnya dirinya bisa memberikan apa yang pemuda itu minta kan? Sebuah kesempatan un
Freya memanggil si pembawa acara lalu membisikkan sesuatu. Pembawa acara itu pun mengerti, kemudian kembali bersuara menggunakan microfon."Ok, untuk memeriahkan acara ini kita semua akan mengadakan sebuah permainan. Bagaimana jika kita akan bermain truth or dare?"Ucapan si pembawa acara disambut meriah oleh para tamu yang kebanyakan adalah teman kuliah Freya. Mereka setuju dengan permainan itu. Maka permainan pun dimulai. Sebuah botol diputar di atas meja bundar yang dikelilingi para gadis, karena yang pertama kali bermain adalah para gadis. Termasuk di pengantin wanita. Dan Larena juga ada di antara mereka. Jujur saja Arfeen mulai khawatir, ia yakin Freya sengaja lakukan itu untuk menjebak Larena. Putaran pertama mulut motor mengarah kepada Ane. Ia memilih dare dari harus minum satu sloki. Putaran ke dua mulut botol mengarah kepada Freya dan ia memilih untuk truth."Katakan dengan jujur, apakah kau pernah menyukai Arfeen?" pertanyaan itu dilempar oleh Zia. "Aku sempat menyuka
"Me-menggoda bagaimana? Mana mungkin orang tidur bisa menggoda?" protesnya tak terima. "Yang melihatmu tidur aku. Tapi bagaimana jika orang lain? Kau pasti sudah diperkosanya!" "A-apa?" "Aku mau mandi, ada kuis pagi ini!" Arfeen meluncur dari ranjang dan langsung melesat ke dalam kamar mandi. Sementara Larena masih bengong di tempatnya. Terkadang suami kecilnya itu sangat mengesalkan. Ia pun memungut bantal lalu melempar ke pintu kamar mandi. Baru saja Larena bangkit dari ranjang, suara handphone berdering di atas nakas. Itu adalah handphone Arfeen. Tapi karena tak mau berhenti maka Larena pun penasaran. Ia memungut benda hitam itu untuk melihat siapa yang menelepon suaminya sepagi ini. Kedua matanya membesar saat nama Freya terpampang di layar. "Freya!" desisnya lirih. Kenapa wanita itu menelepon suaminya? Bukankah di pesta tadi Freya menghina Arfeen? Tak hanya itu, wanita itu juga mencoba ingin mempermalukan dirinya. Larena akhirnya mengangkat panggilan itu."Arfeen! Apakah
"Aku salut dengan istrimu!" puji Nathan setengah berbisik. Arfeen hanya meliriknya. "Dia bisa menghadapi Freya dengan tenang, dan dia lebih memilih dare dari pada mengatakan sesuatu yang mungkin saja bisa mempermalukan dirimu atau bahkan dirinya sendiri!""Dia memang wanita yang pintar, itu sebabnya aku menikahinya."Nathan menyimpulkan senyum miring, "Kalau begitu kenapa kau tidak mencarikannya satu untukku? Aku juga ingin memiliki istri yang kaya dan cerdas.""Sayangnya tak semua orang memiliki nasib baik sepertiku!" saut Arfeen membuat Nathan menelan ludah dengan getir."Kampret! Iya iya aku tahu kau mampu menikahi wanita tercantik di kota ini. Secara soal tampang, kau itu memang goodlooking!"Arfeen hanya menyimpulkan senyum sebagai tanggapan. "Tapi, Feen. Ngomong-ngomong ... sebenarnya bagaimana sih pertemuan kalian bisa berlanjut setelah kau menolongnya waktu itu?"Arfeen menghela nafas panjang sembari menyadarkan punggung. "Itu cerita yang tidak pendek, akan memakan sedikit
"Larena!""Itu Karena?" tanya Nathan yang rupanya ada bersamanya. Arfeen sangat terkejut mendapati wanita itu terikat di ranjang. Sampai ia tak menggubris sang sahabat. "Andrew, lepaskan aku!" Teriakan Karena bisa ia dengar dengan jelas. Wanita itu berusaha meronta, Arfeen khawatir apa yang wanita itu lakukan akan menyakiti dirinya. Tampak ikatan di pergelangan wanita itu sangat kuat. "Andrew, lepaskan Larena!" pinta Arfeen. Sekarang wajah Andrew muncul di layar. "Melepaskannya? Haa ... aaa ... mana mungkin! Larena itu milikku, bukan milikmu. Jadi aku yang berhak memilikinya!""Bedebah kau, Andrew!" maki Arfeen namun ia tak hilang akal. Lekas ia memberi kode kepada Nathan menggunakan tangan untuk meminta handphone sahabatnya itu. Meski awalnya tidak mengerti akhirnya Nathan paham jika sahabatnya hendak meminjam handphonenya. Mungkin menghubungi polisi. Ketika Nathan mengeluarkan handphone, Arfeen lekas merebutnya. Ia lekas mengirim pesan kepada Liam untuk untuk melacak plat mobil
Sebenarnya Arfeen sudah berada di luar gedung ketika Andrew meneleponnya. Ia tak ingin membuat pria itu curiga jika dirinya sudah ada di sana. Tempat Andrew menyandar Larena rupanya adalah sebuah hotel bintang 3, alasan dia memilih tempat itu adalah yang pertama karena ia tak memiliki cukup uang. Yang kedua, itu adalah tempat umum yang pasti jarang dicurigai. Anak buah Liam meminta semua karyawan hotel untuk meninggalkan tempat itu. Dari resepsionis mereka juga mengetahui bahwa Andrew memesan kamar sambil menggendong wanita, ia mengaku mereka adalah penganti baru. Arfeen menggeram mendengar hal itu. Si resepsionis memberi tahu di kamar nomer berapa pria itu. Sekarang anak buah Liam sudah bersiap di depan pintu kamar. Sebagian yang lain berada di belakang hotel untuk mencegat Andrew kabur dari jendela.Arfeen memerintahkan agar hanya dirinya saja yang masuk ke kamar itu. Ia sudah mendapatkan kunci cadangannya. Jadi ia akan memasuki kamar itu dengan sangat perlahan. Benar saja, Andr
Larena menatap kesal ke arah motor sang suami yang kian menjauh. Satu hal yang membuat Larena heran. Suami kecilnya memberikan sebuah Maybach kepada Freya sebagai pancingan untuk balas dendamnya. Namun kenapa pemuda itu masih menggunakan motor butut yang layaknya dibuang itu? "Jean!""Iya, Nyonya.""Di mana Arfeen menemukanmu?" tanyanya tanpa menoleh. "Seorang teman merekomendasikan saya!""Teman? Apakah temanmu bekerja pada suamiku?""Pada keluarga Tuan Arfeen tepatnya."Keluarga Arfeen? Ia ingat Arfeen menceritakan tentang keluarganya. Mungkin keluarga yang itu. Artinya keluarga Arfeen harusnya termasuk orang kaya kan? "Jean, kau bisa katakan siapa keluarga Arfeen?""Maaf, Nyonya. Itu bukan wewenang saya!" ia menolak secara halus. Larena menyimpulkan senyum miring. "Bukankah suamiku mengatakan agar kau tak membuatku tak senang. Dan aku tak senang dengan jawabanmu!" Ia mencoba memancing. "Maafkan saya, Nyonya. Tapi itu sungguh bukan kewenangan saya, Nyonya tanyakan sendiri saja
"Tapi aku bisa membayangkan Seperti apa reaksi Robert saat ini!" Ia pasti begitu murka terhadap Freya yang terang-terangan mengejarnya di dalam video itu!"Mungkin mereka akan bercerai!" saut Nathan."Tak ada niat untuk menghancurkan hubungan mereka juga sih, tapi karena video itu sepertinya Freya harus berjuang keras untuk bisa meyakinkan Robert agar mereka masih menjadi suami istri!" Arfeen menyandarkan punggungnya. Apa yang terjadi pagi ini sungguh di luar kendalinya. Siapa sangka jika Freya akan mendatanginya dan bersikap seperti itu di kampus. Seharusnya wanita itu lebih berhati-hati. "Tapi, Feen. Aku sungguh penasaran di mana kau bekerja sekarang?"Hasil menyimpulkan senyum tipis, "Kau pasti akan mati jantungnya jika aku boleh tahu!"Ia menelan ludah dengan pahit. "Pelit sekali sih? Lagi pula siapa yang memiliki riwayat penyakit jantung?" Nathan tak terima dengan ocehan temannya. "Ok, jangan terkejut. Aku bekerja di Mahesvara Group!"Kedua mata Nathan melotot. Bahkan tubuhny