Home / CEO / Malam Terlarang Bersama Paman / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Malam Terlarang Bersama Paman: Chapter 21 - Chapter 30

99 Chapters

21. AKU MENCINTAI NADA

“Wah, kalian sudah pulang? Ada Mas Adrian juga,” ucap Ratna memecah ketegangan di antara mereka. Baik Nicko dan Adrian sama-sama menoleh ke arah Ratna. “Iya, Mbak baru saja datang,” timpal Nicko, “Ayo kita masuk ke dalam,” ajaknya. Namun, Adrian langsung menahan tangan Nicko. Membuat pria itu menghentikan langkahnya. “Mau apa kamu masuk ke dalam?” tanya Adrian dengan tatapan sinis. “Aku? Mengantar Deven bertemu dengan ibunya. Mana mungkin aku meninggalkan dia, bukan?” Nicko membalikkan pertanyaan pada Adrian. Rasanya hal itu tak perlu ditanyakan, Adrian seperti anak-anak saja. “Biar aku saja yang masuk bersama dengan anak … ah, tidak maksudnya Deven.” Adrian langsung meralat ucapannya. Bahaya kalau sampai Nada mendengar perkataannya barusan. Bisa-bisa keponakannya itu akan marah, karena dia tidak bisa memanggil nama Deven dengan benar. “Ayo, Deven!” ajak Adrian. “Tidak. Aku mau masuk dengan Papa Nicko,” tolak Deven yang membuat Adrian langsung menganga. “Pa-pa?” Adrian mengul
Read more

22. PERASAAN TAK TERBALAS

Ketegangan di antara Adrian dan Nicko seketika pecah, tatkala Nada datang menghampiri mereka. Baik Adrian atau pun Nicko mereka langsung mengubah ekspresi wajahnya. Berusaha tidak membuat Nada curiga dengan ketegangan yang sempat muncul pada kedua belah pihak. “Nicko, Om, makan malamnya sudah siap,” ucap Nada. Pandangan mata Nada menatap curiga pada kedua pria itu. Namun, dia tak ingin menunjukkan dengan jelas. “Oh, baik kita segera ke sana,” kata Nicko yang langsung melempar senyum pada Adrian. Mendapatkan perlakuan manis dari Nicko—yang bagi Adrian seperti dibuat-buat—mebuat pria itu berdecih. Kemudian dia pun berjalan menuju ke arah ruang makan. Eva duduk di kursi bagian tengah. Adrian dan Nicko duduk di sisi kanan Eva. Sedangkan Nada dan Deven duduk di samping kirinya. “Makan malam kali ini terasa sangat ramai. Biasanya hanya ada Mama, Nada dan Deven. Itu pun kita tidak pernah berbincang apa pun,” kata Eva. Bibir Nada terangkat kaku. Memang benar, selama Nada pulang suasana
Read more

23. JANGAN NICKO

Nicko langsung pulang setelah berpamitan. Dia menolak ketika Nada menawarkan akan mengantarnya ke depan. “Nek, maksud Nenek apa tadi?” tanya Nada, sebelum neneknya itu pergi menuju kamar. Eva mengerutkan keningnya, “Maksud? Maksud apa?” Helaan napas kasar terdengar dari mulut Nada, “Maksud ucapan Nenek yang tentang menikah.” “Oh itu, Nenek hanya asal ucap saja, bercanda,” terang Eva, “tapi memang Nenek memiliki harapan kamu menikah dengan Nicko. Dia pria yang baik dan terlihat sangat menyayangimu.” “Ma, sudah jangan membahas itu!” Adrian langsung memotong. Mendengar ibunya terus mengungkit masalah pernikahan Nada dan Nicko membuat dirinya merasa mual. Di satu sisi, ada kecemburuan yang dirasakan Adrian. Bukan hanya merasa cemburu karena Nada bersama Nicko. Tapi merasa cemburu, karena Eva seolah memberikan restu dengan terang-terangan pada keponakannya. Sedangkan pada hubungan Adrian dan Sindy, ibu angkatnya itu bersikeras untuk tidak memberikan izin. “Aku pun tidak setuju jika
Read more

24. KELUARGA HARTANTO

Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Arman, membuat Nada merasa sedikit limbung. Namun, Nada mencoba untuk tetap tenang, dan tersenyum kaku.“Masa, sih, Pak? Rasanya tidak mungkin,” tampik Nada, “Om Adrian tidak terlalu suka makanan ini. Dia tidak terlalu suka dengan tekstur makanan yang seperti ini,” terangnya.Arman mengangguk. Sebagai seorang head chef dan sudah lama bekerja di tempat ini, tentu dirinya tahu selera dari setiap pimpinan perusahaan ini.“Saya serius, Nada. Setiap minggunya Pak Adrian selalu memesan kroket Belanda ini. Bahkan dia jarang memesan menu favoritnya,” imbuh Arman.Nada bingung harus menanggapi Arman seperti apa sekarang.“Ya bagaimana tidak rindu. Saat kamu masih di sini, setiap minggu—tepatnya hari Jumat, kamu selalu mampir ke sini bersama dengan Pak Adrian. Dan, beliau pun selalu datang di hari Jumat. Beliau memang terlihat sangat merindukan kebersamaan denganmu, selama enam tahun kamu tidak ada, Nada.” Arman menjelaskan serinci mungkin.Hal itu sukses
Read more

25. HARI PERTAMA BEKERJA

“Maaf kenapa Bapak bisa tahu?” tanya Nada dengan polosnya. Darell hanya tertawa kecil, “Nama belakangmu, Ibu Nada. Selain itu jangan ragukan kehebatan tim HR kami,” terangnya. Nada langsung melirik ke arah Nicko dan dibalas oleh sebuah senyuman manis dari laki-laki itu. Nada sekarang merasa tidak enak hati, ada perasaan khawatir yang ia rasakan sekarang. “Maaf, Pak, tapi jika memang keberadaan saya atas rekomendasi Bapak Nicko, mungkin saya tidak bisa melanjutkan interview ini. Mungkin Bapak tidak tahu kalau saya adalah teman dekat Pak Nicko. Saya tidak mau ada senti—” “Saya tahu, Nada. Ah, apakah boleh saya memanggilmu hanya dengan nama saja? Walau kamu ibu anak satu, tapi umurmu masih sangat muda,” sela Darell. Nada langsung membulatkan matanya. “Memang keberadaanmu atas rekomendasi dari Nicko. Itu pun terjadi secara kebetulan, karena kamu sendiri menulis keterangan open to work, di profil akun laman pencarian kerjamu. Dan, secara kompetensi kamu memang cocok dengan yang kami
Read more

26. JADI SEKRETARISKU

Nada sedikit tersentak dengan ucapan Adrian. Pasalnya intonasi bicara pria itu penuh dengan penekanan dan juga sediki menuntut.“Om, bisakah volume suaranya sedikit dikecilkan? Telingaku rasanya sakit sekali,” sarkas Nada.Terdengar desahan dari ujung sana, “Cepat ke kantor! Aku harus bertemu denganmu dan meminta penjelasan darimu, Nada.” Adrian seolah tak mengindahkan ucapan Nada. Dia masih berbicara dengan intonasi yang menekan.“Tidak bisa. Kalau mau bicara di rumah saja. Om bisa pulang ke rumah,” tolak Nada dengan cepat.Bertemu dengan Adrian di kantornya? Ah, tentu itu akan menjadi mimpi buruk bagi Nada. Bisa-bisa ia bisa mengingat secara keseluruhan, tragedi yang terjadi di malam sial itu.“Aku tidak bisa ke rumah, Nada. Aku banyak pekerjaan. Jadi, mau tidak mau kamu yang harus datang ke sini. Lagi pula ini juga perusahaanmu sendiri. Kenapa kamu selalu tidak mau datang ke kantormu, hah?” sewot Adrian, kini nada bicara pria itu tidak terdengar santai.Nada berdecak kesal, dia tid
Read more

27. BERTENGKAR

Adrian melirik ke arah ponselnya yang berdering. Kemudian dia langsung menekan sebuah tombol di sisi kiri ponsel. Seketika ponselnya itu memasuki mode getar, lalu Adrian membalikkan benda pintar itu. “Kenapa tidak diangkat?” tanya Nada yang langsung menatap Adrian. “Aku bisa menghubunginya kembali. Sekarang aku sedang ada urusan denganmu,” jawab Adrian dengan tegas. “Angkat saja, nanti dia pasti marah kalau Om mengabaikannya,” kata Nada, seraya dia meraih tas yang dia simpan di sampingnya, “lagi pula urusan kita sudah selesai. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi.” Nada bangkit dari duduknya, menggantungkan tasnya pada pundak. “Kembali duduk, Nada!” perintah Adrian. Namun, perintah itu direspon dengan sebuah gelengan kepala oleh Nada, “Aku harus segera pulang. Anakku menunggu di rumah,” tandas Nada yang kemudian berlalu meninggalkan Adrian. “Nada!” seru Adrian, tapi seketika pria itu menundukan pandangannya. Ketika perhatian semua orang di tempat itu tertuju padanya. Percuma
Read more

28. ALERGI

Adrian baru saja tiba di kediaman sang ibunda. Kemudian dia melihat Deven yang sedang sarapan bersama dengan Eva. Mata Adrian mencoba memindai ke sekeliling, tapi dia tidak menemukan orang yang dia cari. “Nada ke mana, Ma?” tanya Adrian pada ibunya. Mendengar suara Adrian, Eva langsung mengangkat pandangannya, “Oh Adrian, kamu sudah datang,” sambut Eva, “Nada sedang ada dinas di luar kota,” terang sang ibu. Karena hari ini adalah jadwal Eva untuk cek up, Adrian selalu datang di pagi hari untuk menemani sang ibu ke rumah sakit. “Terus Deven nanti sekolah dengan siapa?” tanya Adrian lagi sambil melirik ke arah Deven. “Sama Mbak Ratna. Hari ini juga Mbak Ratna yang akan mengambil raport perdana Deven. Kalau sempat, katanya Nada menyusul ke sekolah,” papar Eva seraya melahap suapan terakhirnya. Mata Adrian menatap Deven, yang tersenyum padanya. Kemudian anak laki-laki itu kembali fokus pada menu sarapannya. “Ma, apa Mama bisa pergi ke rumah sakit dengan supir dan di temani oleh Mbak
Read more

29. HARAPAN DEVEN

Adrian berjalan, melangkah mendekati Nada. Wajah wanita itu terlihat kesal dan menatap sinis Adrian.“Kamu yang keterlaluan, Om! Deven itu anakku, jangan seenaknya melakukan sesuatu tanpa izin dariku!” sentak Nada, pipinya merah karena amarah.Adrian melirik ke arah Deven, yang tengah menunduk. Melihat sikap Deven yang seolah merasa bersalah, membuat hati Adrian terusik.“Dev, kamu segera masuk ke kamar!” perintah Adrian dengan lembut.Anak itu pun mengangguk, mematuhi perintah dari Adrian. Dia pun berpamitan pada sang ibu yang masih nampak kesal.“Kalau kamu mau marah, marah lah padaku. Jangan pada Deven,” kata Adrian setelah memastikan Deven memasuki kamarnya.Kedua bola mata Nada berputar, lalu dia mendengus kasar.“Sejak kapan Om jadi peduli seperti itu pada anakku?” tanya Nada sinis.“Mulai hari ini. Aku akan lebih memperhatikan anakmu, karena bagaimana pun dia termasuk dalam keluarga Hartanto,” terang Adrian.“Terima kasih banyak. Tapi aku tidak butuh perhatian Om.”“Kamu?” Adri
Read more

30. PEKERJAAN ATAU PERUSAHAAN

Nada baru saja memesan makanan untuk makan siang atasannya. Darell tadi mengiriminya pesan bahwa dia sedang ingin makan masakan padang. Setelah kurang lebih dua puluh menit menunggu pesanannya pun datang. Nada segera membawa makanan tersebut ke dalam ruangan atasannya. “Kamu tidak sekalian pesan?” tanya Darell. “Tidak, Pak. Saya niatnya ingin makan di kantin bawah,” jawab Nada. Darell mengangguk, lalu mempersilakan Nada untuk kembali dan segera istirahat makan siang. Baru juga Nada sampai di kursi kerjanya, telepon kantornya langsung berdering. Dengan cepat Nada mengangkat panggilan tersebut. “Halo, dengan Nada di sini. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Nada. “Mbak Nada ini saya dari bagian resepsionis. Ada tamu yang ingin bertemu dengan Mbak. Dia sekarang menunggu di lobby bawah,” jawab seorang wanita di seberang sana. Alis Nada mengkerut, “Siapa, Mbak? Boleh tolong tanyakan dulu?” Seingatnya, Nada tak memiliki janji dengan siapa pun. “Namanya Pak Adrian Pradipta, katanya dia
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status