“Jangan bercanda, Nada!”Kalimat itulah yang keluar dari mulut Adrian, tatkala mendengar ucapan Nada barusan. Adrian merasa yang dikatakan Nada hanya bualan semata.Nada mendengus, sambil tersenyum sinis, “Benar bukan? Om tidak akan percaya dengan ucapanku.”Nada bisa sedikit bernapas lega, setelah sebelumnya merasakan sesak. Namun, di satu sisi dia merasa sedih, karena memang pamannya ini tidak mengingat apa pun kejadian malam itu.“Jadi, rasanya akan percuma jika aku mengatakan; baik kebenaran atau kebohongan. Nyatanya Om tidak pernah mempercayai ucapanku.”Mata Nada kini sudah terasa panas, bahkan pandangannya sudah sedikit kabur. Dia menundukkan wajahnya, berusaha menyembunyikan apa yang sedang ia dirasakan.“Om percaya padamu, Nada. Tapi ucapanmu barusan itu sangat keterlaluan sekali,” desah Adrian, lalu dia melanjutkan kalimatnya, “kamu adalah keponakan Om, walau kita hanyalah saudara angkat. Tapi, bagaimanapun juga kamu tetaplah keluarga Om. Om akan selalu melindungimu, kapan p
Baca selengkapnya