Semua Bab Malam Terlarang Bersama Paman: Bab 11 - Bab 20

99 Bab

11. BOM WAKTU

“Anak siapa itu?”Pertanyaan dari Keenan barusan membuat Adrian tersentak. Matanya tidak bisa berbohong, kalau pria berumur 39 tahun itu sedang merasakan kepanikan. “Dari mana Mas Keenan tahu kalau Nada sudah kembali? Dan ….” Adrian mendadak ragu untuk melanjutkan kalimatnya, “dan dari mana Mas tahu kalau Nada tidak pulang sendirian?” “Ada informasi dari luar. Sepertinya seseorang atau mungkin banyak, sedang memperhatikan Victory. Jelas saja, karena perusahaan ini sangat sukses di industri perhotelan dan penerbangan,” terang Keenan. “Informasi dari mana, Mas?” tanya Adrian ngotot. “Orang luar. Aku tidak tahu persis, karena aku mendapatkan informasi dari istriku, Gladys. Tapi aku berpesan padamu untuk berhati-hati Adrian. Karena bisa saja rivalmu sedang mengawasi dan membuat bom waktu yang entah kapan akan meledak.”Sebagai mentor yang baik, Keenan memang sering kali memberi nasehat pada Adrian. Dia sudah menganggap Adrian sebagai juniornya yang harus dibimbing. Selain itu Keenan s
Baca selengkapnya

12. RESTU

“Me-menikah?” Adrian mendadak gagap.Setelah delapan tahun bersabar, akhirnya Adrian bisa mengantongi restu dari ayah Sindy. Sudah sejak lama Adrian mengusahakan hubungan mereka untuk segera direstui. Walau Adrian sudah menjabat menjadi CEO perusahaan terkenal sekali pun, Titan masih belum memberikan restu. Pasalnya pria itu tak ingin karir anaknya terhambat. Karena pada saat itu nama Sindy sedang naik daun. Selain itu, faktor Adrian yang hanya anak angkat, membuat Titan sedikit ragu.“Iya. Apa kamu tidak mau menikahi putri saya?” Pertanyaan tersebut segera disanggah oleh Adrian. “Tidak, Om. Tentu aku akan menikahi Sindy. Secepat yang kami bisa,” jawab Adrian dengan mantap. Binar bahagia tak hanya terlihat dari wajah Adrian. Sindy pun merasa sangat senang. Namun, di detik berikutnya raut wajah Sindy berubah. “Kenapa?” bisik Adrian, yang sadar dengan perubahan raut wajah kekasihnya itu. “Ah, i-itu … tapi bisakah kamu menunggu sedikit lagi, Mas?” Nada bicara Sindy terdengar pelan.
Baca selengkapnya

13. AYAH DEVEN

Mobil SUV berwarna putih kini melaju kencang menuju kediaman Eva. Adrian; orang yang ada di dalam mobil tersebut, meminta supirnya untuk tidak menemaninya kali ini. Setelah bertemu dengan Kiki; jurnalis yang memang sering mencari celah kekurangan para pebisnis. Adrian merasa harus segera menyelesaikan masalah yang sempat tertunda dengan Nada. Butuh waktu sekitar sembilan puluh menit bagi Adrian untuk sampai di kediaman ibu angkatnya.“Nada di mana, Mbak Ratna?” tanya Adrian yang saat kedatangannya disambut hangat oleh Ratna. “Di kamarnya, Mas. Mau saya panggilkan?” Adrian langsung menggeleng, dia melesat menuju kamar keponakannya. Pintu jati berwarna putih diketuk dua kali oleh Adrian, “Nada, bisa kita bicara sebentar?” tanyanya. Di dalam kamar, Nada yang sedang fokus pada ponselnya langsung mengerejap. Matanya langsung menatap ke arah pintu kamar.“Nada, ini Om. Kita harus bicara sebentar.” Adrian kembali memanggil Nada. Kini terdengar nada bicaranya sedikit memaksa. “Ma, mau a
Baca selengkapnya

14. BELUM TERLAMBAT UNTUK MENGAKHIRI

Dengan alis yang hampir bertaut, Nada menatap layar ponselnya. Biasanya Nada tidak pernah mengangkat telepon dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya. Namun, entah kenapa sekarang dia merasa sedikit bimbang. “Siapa, Ma? Angkat saja,” ucap Deven. “Hah?” Nada menoleh pada anaknya, “oh, iya. Mama angkat telepon dulu sebentar, ya?” katanya meminta izin. Segera Nada mengusap layar ponselnya, lalu menempelkan tombol berwarna hijau. “Halo,” sapa Nada.“Halo, kamu Nada?” tanyanya dengan sedikit suara yang terdengar sewot.“Ya … tapi maaf ini dengan siapa?”“Aku Sisil. Kamu tahu, kan?” Nada mencoba mengingat-ingat temannya yang bernama Sisil.Terdengar suara desahan kasar dari seberang sana, “Huh, aku Sisil tunangan Nicko.”Seketika Nada mengerejap, lalu berkata, “Oh, iya. Ada apa?”Sebenarnya Nada belum pernah bertemu dengan tunangan Nicko ini. Namun, memang beberapa kali Nicko pernah menceritakan tentang tunangannya. “Bisa kita bertemu? Ada yang ingin aku bicarakan. Aku tunggu kamu
Baca selengkapnya

15. SIAP MENJADI AYAH

Mana mungkin Deven tak paham dengan obrolan orang dewasa ini. Walau dirinya masih kecil, tapi Deven tahu kalau dia sedang dibicarakan.“Deven, itu cuman salah paham saja, Sa—“Belum juga Nada selesai mengucapkan kalimatnya. Nicko langsung menyela, “Iya.”Untuk ketiga kalinya; dalam waktu yang kurang dari satu jam, Nada kembali dibuat terkejut. “Nicko!”“Kalau Deven memang mau menganggap Om adalah papa Deven, tidak masalah. Om akan jadi papa Deven,” terang Nicko sambil tersenyum.Deven menarik kedua sudut bibirnya kaku, lalu dia hanya mengangguk.“Baiklah, kalau begitu ayo kita pulang,” ucap Deven.Nicko mengangguk dan langsung menyalakan mobil. Sedangkan Nada, dia masih mematung, sembari memandang Nicko dan Deven bergantian.Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai di rumah. Deven langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah besar itu. “Deven!” Nada memanggil anak laki-lakinya, tapi Deven tak menggubris. Dia tetap berlari memasuki rumah. Nada mendesah, dia bisa menduga ap
Baca selengkapnya

16. TERPANCING UMPAN

Nada berdiri di depan pintu apartemen milik Adrian. Sepanjang jalan, Nada mencoba untuk meneguhkan dan mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan Adrian, di tempat yang dulu hampir setiap hari dikunjunginya. Jari telunjuk Nada menekan tombol bel. Sedikit membutuhkan waktu lebih lama, sampai akhirnya pintu itu dibuka.“Nada, ada apa kamu malam-malam ke sini?” tanya Adrian yang membukakan pintu.“Ada yang ingin aku bicarakan dengan Om,” jawab Nada cepat. Namun, sedetik kemudian dia melihat sosok wanita di belakang Adrian. “Kenapa tidak kamu persilakan masuk dulu, Mas,” ucap Sindy, yang menghampiri Adrian, “halo, Nada sudah lama tidak berjumpa.” Sindy menyapa Nada dengan sebuah senyuman manis. Tentu saja Nada mengenal wanita yang kini sedang memeluk Adrian dari belakang. Ah, rasanya mual sekali melihat wanita itu bergelayut manja pada pamannya. “Aku tidak mau berbasa-basi. Lagi pula kalian tidak ingin aku ganggu lama-lama, bukan?” kata Nada, yang sama sekali tidak berniat untuk mem
Baca selengkapnya

17. MIMPI ITU LAGI

“Jangan bercanda, Nada!”Kalimat itulah yang keluar dari mulut Adrian, tatkala mendengar ucapan Nada barusan. Adrian merasa yang dikatakan Nada hanya bualan semata.Nada mendengus, sambil tersenyum sinis, “Benar bukan? Om tidak akan percaya dengan ucapanku.”Nada bisa sedikit bernapas lega, setelah sebelumnya merasakan sesak. Namun, di satu sisi dia merasa sedih, karena memang pamannya ini tidak mengingat apa pun kejadian malam itu.“Jadi, rasanya akan percuma jika aku mengatakan; baik kebenaran atau kebohongan. Nyatanya Om tidak pernah mempercayai ucapanku.”Mata Nada kini sudah terasa panas, bahkan pandangannya sudah sedikit kabur. Dia menundukkan wajahnya, berusaha menyembunyikan apa yang sedang ia dirasakan.“Om percaya padamu, Nada. Tapi ucapanmu barusan itu sangat keterlaluan sekali,” desah Adrian, lalu dia melanjutkan kalimatnya, “kamu adalah keponakan Om, walau kita hanyalah saudara angkat. Tapi, bagaimanapun juga kamu tetaplah keluarga Om. Om akan selalu melindungimu, kapan p
Baca selengkapnya

18. NADA DAN NICKO MENIKAH?

Nada membiarkan Deven sendirian di kamarnya. Seperti biasa, untuk meluapkan rasa kesalnya anak itu akan mencoba untuk menggambar. Rasa gelisah di hati Nada masih menyelimuti. Akhirnya dia mencoba menghubungi wali kelas Deven. “Halo, Miss maaf Deven tidak bisa sekolah,” ucap Nada saat panggilannya diangkat oleh Miss Billa. “Baik, Ibu. Kalau boleh tahu ada apa dengan Deven? Apa dia sedang sakit?” tanya Miss Billa dengan ramah. Nada menghela napas, “Saya juga tidak tahu, Miss. Tiba-tiba Deven mogok untuk sekolah. Dia bahkan sudah meminta untuk tidak masuk sekolah sampai hari Senin,” keluhnya. Umur Nada dan Miss Billa bisa dikatakan seumuran. Sehingga Nada merasa nyaman untuk menceritakan keluh kesah atas anaknya pada wali kelas Deven. “Mmm … sepertinya saya tahu kenapa Deven mogok sekolah, Bu,” jawab Billa dengan suara yang lemah. Nada menautkan alisnya, “Kenapa, Miss? Bisakah Miss menceritakan pada saya?” “Begini, hari ini di sekolah memang ada agenda membuat surat yang akan diber
Baca selengkapnya

19. MEMINTA IZIN

“Uhuk!” Nada tersedak saat meminum air mineral. Hidungnya terasa perih sekarang, bisa-bisanya dia tidak hati-hati di saat minum.Mungkin karena Nada masih memikirkan Deven. Dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Karena dia yakin seratus persen, kalau alasan Deven mogok sekolah karena malu dengan kondisinya. Tadi Deven melakukan panggilan video dengan teman sekolahnya; Freya dan Nathan. Mereka sepertinya merindukan Deven, dan meminta anak itu untuk bersekolah hari Senin nanti. Namun, Deven tidak menjawab saat teman-temannya itu meminta Deven untuk bersekolah. Bahkan si kembar itu merekomendasikan hal gila agar Deven mau untuk bersekolah. Mereka berkata bahwa nanti ayah mereka akan menjadi ayah Deven dalam sehari.“Ah, aku harus bagaimana supaya anakku tidak murung lagi?” desah Nada frustrasi. Namun, otaknya itu tiba-tiba mengingat sesuatu. Dia ingat akan ucapan Nicko yang dulu pernah diucapakannya untuk Deven. Apakah Nada meminta bantuan Nicko saja? “Baiklah, setidaknya aku ha
Baca selengkapnya

20. AYAH DEVEN SUDAH MATI

“Ayo kamu siap-siap, kita berangkat sekolah bersama. Hari ini Om akan menemani Deven di sekolah,” terang Nicko dengan senyuman lebarnya.Deven terlihat ragu-ragu, dia menatap sang ibu. Nada tahu tatapan mata Deven yang seperti itu. Tatapan memohon izin pada Nada. Tak ingin membuat anaknya kecewa, Nada pun mengangguk.“Ayo, kita siap-siap, Mama sudah siapkan seragam Deven hari ini,” ucap Nada.Senyuman pun terlukis di wajah Deven. Dia beranjak dan segera bersiap. Akhirnya Nada bisa bernapas lega sekarang.Setelah kurang lebih tiga puluh menit berkemas dan juga sarapan. Deven terlihat sudah siap dengan seragam sekolahnya.“Hari ini Mama Deven tidak boleh ikut, ya? Soalnya hari ini khusus kita berdua,” ujar Nicko sambil berjongkok di depan Deven.Lagi, Deven mendongak menatap sang ibu.“Kalau Deven hanya ingin berdua bersama Om Nicko, Mama tidak masalah. Mama akan menunggu Deven di sini. Lagi pula ini acara hari ayah nasional, kan?” kata Nada.“Baiklah, Mama. Aku berangkat dulu,” kata De
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status