Share

29. HARAPAN DEVEN

Author: mayuunice
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Adrian berjalan, melangkah mendekati Nada. Wajah wanita itu terlihat kesal dan menatap sinis Adrian.

“Kamu yang keterlaluan, Om! Deven itu anakku, jangan seenaknya melakukan sesuatu tanpa izin dariku!” sentak Nada, pipinya merah karena amarah.

Adrian melirik ke arah Deven, yang tengah menunduk. Melihat sikap Deven yang seolah merasa bersalah, membuat hati Adrian terusik.

“Dev, kamu segera masuk ke kamar!” perintah Adrian dengan lembut.

Anak itu pun mengangguk, mematuhi perintah dari Adrian. Dia pun berpamitan pada sang ibu yang masih nampak kesal.

“Kalau kamu mau marah, marah lah padaku. Jangan pada Deven,” kata Adrian setelah memastikan Deven memasuki kamarnya.

Kedua bola mata Nada berputar, lalu dia mendengus kasar.

“Sejak kapan Om jadi peduli seperti itu pada anakku?” tanya Nada sinis.

“Mulai hari ini. Aku akan lebih memperhatikan anakmu, karena bagaimana pun dia termasuk dalam keluarga Hartanto,” terang Adrian.

“Terima kasih banyak. Tapi aku tidak butuh perhatian Om.”

“Kamu?” Adri
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Malam Terlarang Bersama Paman   30. PEKERJAAN ATAU PERUSAHAAN

    Nada baru saja memesan makanan untuk makan siang atasannya. Darell tadi mengiriminya pesan bahwa dia sedang ingin makan masakan padang. Setelah kurang lebih dua puluh menit menunggu pesanannya pun datang. Nada segera membawa makanan tersebut ke dalam ruangan atasannya. “Kamu tidak sekalian pesan?” tanya Darell. “Tidak, Pak. Saya niatnya ingin makan di kantin bawah,” jawab Nada. Darell mengangguk, lalu mempersilakan Nada untuk kembali dan segera istirahat makan siang. Baru juga Nada sampai di kursi kerjanya, telepon kantornya langsung berdering. Dengan cepat Nada mengangkat panggilan tersebut. “Halo, dengan Nada di sini. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Nada. “Mbak Nada ini saya dari bagian resepsionis. Ada tamu yang ingin bertemu dengan Mbak. Dia sekarang menunggu di lobby bawah,” jawab seorang wanita di seberang sana. Alis Nada mengkerut, “Siapa, Mbak? Boleh tolong tanyakan dulu?” Seingatnya, Nada tak memiliki janji dengan siapa pun. “Namanya Pak Adrian Pradipta, katanya dia

  • Malam Terlarang Bersama Paman   31. GROUNDBREAKING

    “Bagaimana, Pak? Apakah Bapak mengizinkan?” tanya Nada pada atasannya.Setelah kemarin Adrian meminta Nada untuk ikut dalam perjalanan dinas ke Kalimantan, Nada berpikir semalaman. Dia mencoba untuk meneguhkan hatinya. Akhirnya, Nada pun bertekad bulat, kali ini dia akan hadir dalam acara perusahaannya.Darell hanya menarik napas, lalu dia menarik gagang telepon di atas meja kerjanya. Jari telunjuk Darell langsung menekan tombol nomor 2 pada deretan angka pada telepon kantornya.“Nicko, bisakah kamu datang ke ruangan saya?” tanya Darell.Iris mata Nada masih menatap pada atasannya, terlihat Darell mengangguk dan langsung menutup panggilan tersebut. Suasana di sana hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya Nicko datang ke ruang kerja Darell.“Permisi, ada apa, Pak?” tanya Nicko saat dirinya tiba di sana.“Nada meminta izin cuti hari Kamis dan Jumat. Apa kamu bisa mengurus pekerjaannya selama dia tidak ada?” Darell balik bertanya. Bisa dibilang Nicko adalah orang kepercayaan Darell.M

  • Malam Terlarang Bersama Paman   32. VACATION

    Nada tentu mengenal pria tua yang baru saja menyapanya. Dia adalah Calvin Winata salah satu komisaris di perusahaan Victory Grup. Selain itu beliau juga adalah junior dari kakeknya. Nada masih ingat cerita ayahnya, kalau Calvin ini—bisa dibilang orang kedua di Victory. Karena Calvin adalah orang yang membantu kakeknya ketika sedang merintis hotel pertama kali.Mendapat sapaan dari pria yang memiliki pengaruh atas perkembangan Victory, membuat Nada menarik kedua bibirnya ke atas.“Kabarku baik, Pak Calvin. Bagaimana dengan Anda?” tanya Nada.Calvin mengangguk seraya membalas senyuman Nada, “Kabarku juga baik.” Kemudian mata Calvin melirik ke arah anak laki-laki yang sedang memakai sepatunya, “itu siapa?” tanyanya.Tentu pertanyaan dari Calvin barusan membuat wajah Nada dan Adrian menegang. Nada melirik ke arah Deven, wajah polos anak itu membuat Nada tak tega untuk membuat beribu kebohongan pada orang lain.“Itu se—”“Anak saya, Pak!” Nada menyela ucapan Adrian. Dia sudah menduga Adria

  • Malam Terlarang Bersama Paman   33. MENYELAM

    Adrian baru saja merapikan barangnya, lalu segera mengganti pakaian dengan stelan pantai. Dia kini mengenakan kaos berwarna putih, lalu dia kembali memakai kemeja pantai berwarna cerah dan bercorak, sebagai outer. Tak lupa dengan celana selutut.Di luar sana, Adrian melihat sosok Nada yang sedang berada di pantai. Terlihat Deven melompat kegirangan dan itu membuat Adrian tersenyum simpul. Kemudian dia pun keluar dari kamarnya, dan segera menghampiri mereka.“Cantik sekali,” gumam Adrian.Mata hitamnya itu kini menangkap sebuah objek yang sudah lama tidak ia lihat. Wajah samping Nada yang terlihat sangat cantik dan dewasa. Selain itu Adrian mendapatkan sebuah momen langka, setelah enam tahun berlalu. Dia melihat Nada tertawa dan tersenyum lepas. Hal itu kembali membuat hatinya menghangat.“Nada, Deven!” seru Adrian, yang kemudian melangkah mendekat ke arah mereka berdua.Sontak sang pemilik nama langsung menoleh ke arah Adria

  • Malam Terlarang Bersama Paman   34. JAMUAN MAKAN MALAM

    Telinga Adrian menangkap suara Nada yang terdengar meminta tolong. Dengan cepat, Adrian berbalik dan melihat kalau Nada sudah terhuyung dan hanyut terSERET ombak.“Nada!” seru Adrian, dia langsung berlari kembali pada Nada.“Mama!” Sang anak tak kalah khawatir, karena dengan jelas melihat ibunya hanyut. Dia pun ikut berlari.“Deven, kamu diam di sana!” perintah Adrian dengan tatapan yang tajam. Seketika Deven menghentikkan langkahnya. Air mata anak itu kini mulai menggenang dan lolos membasahi pipinya.Adrian berlari sekuat yang dia bisa. Kini jaraknya sudah dekat dengan Nada. Dia bisa melihat keponakannya yang tidak berdaya . Dengan secepat kilat Adrian meraih tangan Nada dan menarik dia kepelukannya.Ternyata Nada sudah tidak sadarkan diri. Maka dengan menahan rasa panik, Adrian mencoba menggendong Nada menuju ke tepian. Kemudian dia membaringkan Nada di sana.“Nada, bangun!” panggil Adrian sambil menepuk pipi keponakannya.Kini beberapa orang di pantai itu mendekat ke arah Nada dan

  • Malam Terlarang Bersama Paman   35. KARMA

    Adrian sudah merasa tidak nyaman. Walau katanya aroma dari bau buah durian di daerah ini tidak terlalu menyengat. Namun, bagi Adrian semua bau si raja buah sama saja. Dengan hanya menghirup aromanya saja reaksi alergi akan muncul, apalagi jika Adrian sampai memakannya.“Pak Levi, mohon maaf, sepertinya saya harus kembali ke kamar,” kata Adrian berpamitan. Kepalanya limbung dan beberapa bagian tubuhnya sudah terasa gatal.“Oh, silakan. Selamat beristirahat, Mas,” balas Levi.Adrian pun langsung bangkit dengan sisa tenaga yang dimilikinya. Dia harus segera sampai ke kamar dan segera meminum obat agar alerginya tidak semakin parah. Ya, Adrian alergi dengan buah durian. Aroma dan rasanya yang menyengat, membuat tubuhnya tidak bisa mentoleransi hal tersebut.Saat Adrian berjalan di tengah pandangan yang mulai mengabur, Adrian bisa melihat dengan jelas sosok Nada yang berlari ke arahnya.“Nada,” ucap Adrian dengan suara yang sangat serak. Tenggorokannya kini terasa kering dan seolah terceki

  • Malam Terlarang Bersama Paman   36. TOLONG BANTU JODOHKAN MAMA

    “Selama kami tinggal di Amerika, Mama sibuk bekerja. Terkadang aku selalu merasa kesepian, karena setiap hari harus menghabiskan waktu dengan Mbak Ratna. Namun begitu, Mama selalu menyempatkan waktunya di akhir pekan untuk bersamaku.”Deven mulai menceritakan bagaimana ibunya. Sedangkan Adrian mendengarkan dengan saksama.“Aku tahu kalau Mama itu sangat sayang padaku. Walau dia sibuk bekerja, tapi Mama selalu menomorsatukan aku. Mama juga sebenarnya tidak pernah marah. Mama sering marah itu ketika di sini, Om,” terang Deven.“Mamamu memang orang yang baik, Dev. Lembut dan penuh perhatian.” Adrian pun menimpal, “biasanya kalau mamamu sedang marah, hal itu tidak akan berlangsung lama,” imbuhnya.Deven mengangguk, “Tapi terkadang aku kasihan pada mama. Aku tahu mama selalu menyembunyikan rasa sedihnya. Mungkin mama tidak ingin aku melihatnya menangis.”“Memangnya mamamu sering menangis?” tanya Adrian lagi.“Terkadang mama menangis setiap malam. Apalagi saat berada di sini, aku merasa mam

  • Malam Terlarang Bersama Paman   37. TIDAK INGIN KEHILANGAN

    Sudah beberapa hari ini Nicko berusaha menghindar dari Nada. Percakapan antara Nada dan Elaine masih membekas di dalam pikirannya. Apakah Nicko masih memiliki cinta sepihak, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu?Lamunannya buyar, ketika seseorang tiba-tiba datang menghampiri meja kerjanya. Seketika Nicko tersentak saat mengetahui bahwa Nada lah yang kini ada di hadapannta“Pak Nicko. Ini berkas yang tadi,” kata Nada sembari meyodorkan sebuah dokumen pada Nicko.“Oh, iya.”Nicko langsung menerima dokumen tersebut, lalu dia kembali fokus pada layar komputer. Akan tetapi, sesuatu mengusik pikirannya, karena Nada tidak kunjung pergi dari hadapannya.“Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Nicko pada Nada.“Tidak, tapi aku hanya ingin bertanya. Apa nanti malam kamu senggang? Aku ingin mengajakmu makan malam,” jawab Nada.Biasanya Nicko akan merasa senang jika Nada mengajaknya jalan. Hany

Latest chapter

  • Malam Terlarang Bersama Paman   99. JANJI

    Sebelum masuk ke dalam ruang persalinan, Adrian diharuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu dia segera masuk dan mendapati istrinya sedang merintih kesakitan.“Sayang!” seru Adrian segera menghampiri sang istri.Peluh sudah membasahi wajah Nada. Bahkan rambutnya pun terlihat basah oleh keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Adrian langsung menggenggam tangan Nada, yang sebelumnya ditemani oleh seorang perwat.Matanya menatap Nada yang nampak sedang berjuang menahan rasa sakit. Hatinya merasa tak tega, melihat istrinya begitu berjuang dengan susah payah untuk melahirkan nyawa baru yang akan menjadi warna tersendiri dalam kehidupan mereka.“Sayang, kamu bisa. Aku ada di sini,” bisik Adrian.Mendapatkan motivasi seperti itu, Nada merasa senang. Namun, dia tidak bisa menunjukkan dengan ekspresi wajahnya.“Ibu, sedikit lagi. Ini kepalanya sudah keluar,” kata sang dokter.Adrian melihat ke arah sang dokter yang membimbing persalinan istrinya.“Ayok, Bu. Sepertinya keda

  • Malam Terlarang Bersama Paman   98. PERSALINAN

    Nada sudah diizinkan untuk pulang. Kondisi kehamilannya sangat amat baik, janinnya pun terlihat sehat dan sudah diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja Nada masih merahasiakan hal ini pada suaminya.“Sudah semua, Mbak?” tanya Nada.“Sudah.” Ratna baru saja mengunci pintu apartemen yang menjadi tempat singgah mereka selama di negara ini.“Baik, ayo kita berangkat. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Deven,” kata Nada.Ratna mengangguk, lalu tersenyum. Hari ini mereka akan pulang ke Indonesia. Sayangnya Adrian tidak bisa menjemputnya, karena ada agenda bisnis yang tidak bisa dia hindari.Selama beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka pulang dan disambut hangat oleh Deven dan Eva yang sudah menunggu mereka. Terlihat nenek dari Nada itu sudah menanti kedatangan cucunya.“Kamu sehat, Nada?” tanya Eva, yang masih terlihat segar, walau kondisinya harus selalu duduk di kursi roda. Usianya yang sudah senja, membuat kesehatannya menurun.“Sehat, Nek. Nenek bagiamana?” tanya Nada sambil m

  • Malam Terlarang Bersama Paman   97. GAGAL MENJADI SUAMI

    Sekarang mereka sedang berada disebuah restoran mewah. Mereka hendak makan malam bersama, menikmati makanan khas dari negeri gingseng. Namun, belum juga makanan tiba, Nada sudah izin untuk ke toilet.“Mamamu kenapa, Dev? Apa dia sakit?” tanya Adrian.Deven menggeleng, “Tidak tahu, Pa. Padahal biasanya tidak apa-apa.”Adrian menyipitkan matanya, tiba-tiba saja dia merasa sedikit ada yang janggal dengan istrinya. Sampai akhirnya Nada kembali dari toilet, dan Adrian tak lepas memandang Mitha. Bahkan saat makanan tiba dan mereka makan malam pun, Adrian terus memandang Nada.“Sudah selesai?” tanya Adrian, saat makana di hadapan mereka sudah habis.Nada dan Deven mengangguk. Adrian pun mengangkat tangannya, tak lama kemudian seorang pelayan perempuan mendatangi Adrian. Dia pun meminta tagihan atas makannya.“Silakan, Pak,” kata pelayan itu dengan bahasa Korea.Adrian menerima sebuah bill holder berwarna hitam. Namun, ada yang aneh dari barang itu, karena terlihat ada yang mengganjal. Hanya

  • Malam Terlarang Bersama Paman   96. HOLIDAY

    “Mama! Sepatu boots aku di mana?” teriak Deven pada sang ibunda.“Sudah Mama masukkan ke dalam koper, Sayang. Kamu pakai sepatu cats aja, ya,” timpal Nada, yang sedang menarik kopernya keluar dari kamarnya.Adrian terlihat mengekor Nada dari belakang, “Ini jaket tebal dan syal tidak sekalian masuk ke koper, Ma?” tanya Adrian, yang menenteng sebuah tas kecil yang berisi barang yang dikatakannya.“Tidak usah. Sampai Korea pasti kita butuh pakaian hangat. Di sana sedang musim dingin,” jawab Nada.Ya, keluarga bahagia ini hendak menuju negeri gingseng. Semenjak menikah, mereka belum sempat berbulan madu. Karena Adrian masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.Di akhir tahun ini, Adrian memang sudah merencanakan untuk berlibur ke negara Korea Selatan bersama dengan orang yang dicintainya.“Nada, sudah tidak ada yang tertinggal, bukan?” Eva muncul dengan kursi rodanya. Mengingatkan pada Nada tentang barang yang dia bawa.Nada menoleh dan langsung tersenyum pada neneknya, “Tidak ada, Nek sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   95. ADIK UNTUK DEVEN

    Wajah Adrian dan Nada kini merah seperti kepiting rebus. Bagaimana bisa, mereka sedang bermesraan dan ketahuan oleh anak yang masih di bawah umur.“Ah … itu,” ucap Nada gelagapan. Dia melirik ke arah Adrian, memberikan isyarat untuk menjelaskan apa yang barusan kita lakukan tadi.“Mama jangan malu begitu. Ini bukan pertama kali aku melihat kalian seperti itu, kok,” aku Deven.Anak itu berjalan menghampiri ayah dan ibunya, yang sebentar lagi akan menikah secara sah.Mendengar pengakuan Deven, tentu membuat mata Nada membulat maksimal. Rasa malu kini mulai menjalar di sekujur tubuhnya.“Bukan pertama kali? Berarti sebelumnya pernah?” tanya Nada.Deven mengangguk, lalu masing-masing tangannya memegang tangan Nada dan Adrian.“Aku senang kalian bisa menikah. Aku senang, karena nanti aku punya papa asli!” ucapnya dengan wajah yang berbinar. Menatap Nada dan Adrian secara bergantian.“Akhirnya Mama tidak sendiri lagi nanti. Mama dan Papa akan sama-sama membesarkan aku. Walau kemarin aku sem

  • Malam Terlarang Bersama Paman   94. WEDDING DRESS

    Nada membelalakan mata, tatkala Adrian berkata demikian di depan publik. Dia ingat, kalau Adrian memang berniat untuk menikahinya. Namun, Nada tidak berekspektasi akan secepat ini. Apalagi ditambah cara dia melamar Nada di depan banyak orang. Tentu saja respon para audiens terlihat senang. Mata mereka nampak berbinar, lampu flash pada kamera juga tak henti-hentinya menyala. Tangan mereka sibuk dengan papan ketik pada keyboard-nya masing-masing. “Bagaimana, Nada?” tanya Adrian, yang menunggu jawaban dari wanita yang saat ini ada di hadapannya, “mau kah kamu menikah denganku?” Sekali lagi, Adrian memperjelas ucapannya. Khawatir Nada lupa dengan apa yang dikatakannya. Karena hampir lima menit Nada melongo, menatap Adrian. Seketika Nada mengerejap, lalu dia melirik ke arah audiens. Nampaknya mereka sama penasaran seperti Adrian. Bibir Nada mendadak terasa kering, dia pun menjilatnya. Irama detak jantungnya pun sudah mulai cepat. Seperti musik dengan irama cepat dan menggambarkan musik

  • Malam Terlarang Bersama Paman   93. REBRANDING

    Calvin dibawa ke rumah sakit. Kondisinya tidak sadarkan diri. Di sana keluarga Calvin juga ikut menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Kemudian dokter keluar dari ruang periksa, dan segera mendatangi pihak keluarga. Ada raut kesedihan dan perasaan berat yang terlihat dari wajah sang dokter.“Dok, bagaimana dengan keadaan Papa saya?” tanya seorang wanita, dia Yuvia—anak bungsu dari Calvin.Dokter itu terdengar menghela napas dalam. Wajah Yuvi nampak gusar melihat respon sang dokter. “Dok?” Yuvi kembali memanggil sang dokter. “Mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pak Calvin Winata mengalami serangan jantung, dan nyawanya tidak bisa kami tolong,” ucap sang dokter.Siapa pun yang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan dokter, pasti akan langsung terhenyak. Pasalnya tadi Calvin terlihat biasa saja, walau sedikit lesu. Namun, kali ini siapa sangka, rencana Tuhan tidak ada yang tahu. “Tidak mungkin, Dok!” seru Yuvi, dengan mata yang sudah mulai berkaca. Wanita itu kemudian dirangku

  • Malam Terlarang Bersama Paman   92. KONFERENSI PERS

    Nada dan Adrian sontak menoleh. Kemudian mereka melihat sosok perempuan dengan mengenakan setelan jas berwarna peach. Adrian yang tahu siapa wanita itu, langsung bangkit dari kursi. “Bu Sarah,” ucap Adrian.Wanita itu adalah Sarah, salah satu anggota dewan komisaris perusahaan Victory. Entah ada niat apa dia sampai datang jauh-jauh kemarin.“Halo, Adrian. Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa Sarah. Adrian hanya mengangguk, memberikan salam penghormatan. Nada, yang tadi sempat dipanggil, seraya menghampiri Sarah.“Ya, Bu? Ada apa Ibu repot-repot sampai datang ke mari?” tanya Nada.“Aku tidak merasa direpotkan, Nada. Aku datang kemarin karena ini membicarakan sesuatu perihal perusahaan. Bisakah kita bicara sebentar? Bersama Adrian pun tidak masalah,” terangnya. Akhirnya mereka menyanggupi permintaan Sarah. Karena masih harus menunggu Eva, yang sedang diinterogasi oleh pihak berwajib. Mereka pun hanya berbincang di dalam mobil milik Sarah. “Keadaan perushaan sedang collaps. Saham ki

  • Malam Terlarang Bersama Paman   91. SEDIKIT LAGI, NADA

    Berita hari ini seolah serentak menyiarkan kabar tentang Victory Airlines dan Victory Hotel. Pihak berwajib sudah mendapatkan bukti tentang keberadaan obat terlarang di pesawat kargo milik Victory Airlines dan juga arah distribusi barang tersebut. Dari puluhan cabang Victory hotel, barang terlarang itu hanya ditemukan di VKK. Namun begitu, nama Victory benar-benar menjadi buruk di mata publik.“Ini semua fitnah!” seru Calvin, yang dengan secara tiba-tiba diangkut paksa oleh tim dari Bareskrim Polri.“Tidak mungkin Victory Hotel dan Airlines mendistribusikan obat terlarang seperti ini!” raungnya.Jelas sekali, Calvin tidak ingin diamankan oleh pihak yang berwajib.“Siapa yang memerintah kalian, hah? Bawa aku pada Pak Fredy!” Calvin nampaknya menolak untuk bersikap kooperatif pada pihak berwajib. “Sudah jelas di surat penangkapan, kami langsung ditugaskan oleh Pak Kapolri!” tegas seorang polisi bernama Bisma. Ya, perintah penangkapan Calvin memang langsung dikeluarkan oleh petinggi p

DMCA.com Protection Status