All Chapters of Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan: Chapter 41 - Chapter 50

298 Chapters

Bab 41 - Ada Hubungan Apa?

"--Bu Embun?" Embun berkedip, seperti baru sadar ada yang memanggilnya. Dengan segera wanita berambut sebahu tersebut menoleh pada Heru, manajer Asthana Hotel yang tengah bersamanya. Pak Heru tampak heran. Pria paruh baya itu sudah beberapa kali memanggil nama Embun, tetapi wanita itu tidak menyahut dan hanya fokus ke grup lima orang tak jauh dari mereka. "Maaf, Pak Heru," ucap Embun, terdengar menyesal. Ia tidak ingin pria di depannya ini berpikir bahwa Embun tidak menghargainya. "Bagaimana?" Meskipun tampak heran, Pak Heru mengulang pertanyaannya, "Apa Bu Embun mau menyapa Pak Kaisar?" Manajer hotel itu berpikir, jika ia bisa sekalian menunjukkan bagaimana sikap baiknya pada Embun setelah teguran Kaisar tadi, pandangan bosnya itu akan lebih baik. Pak Heru tidak mau dipandang sebagai manajer yang lambat bekerja dan suka menunda-nunda pekerjaan. Sementara itu, pertanyaan Pak Heru membuat Embun kembali mengalihkan pandangannya pada Kaisar dan beberapa orang yang bersamanya, term
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Bab 42 - Percakapan dengan Nicholas

“Kalau begitu, apakah sudah pasti Ibu Embun ini menerima tawaran kerja samanya?” Nicholas bertanya lagi. Ekspresinya tampak main-main lagi saat menyebut ‘Ibu Embun’, membuat Embun tersenyum kecil. Nicholas benar-benar santai dan tidak kaku seperti Kaisar. Mungkin juga karena usianya yang jauh lebih muda dibandingkan dengan Kaisar, pikir Embun. “Iya,” ucap Embun dengan suara lembutnya. “Justru saya harus berterima kasih karena sudah ditawari kerja sama ini.” Setelah dipikir-pikir, meskipun Kaisar kaku dan kadang bersikap dingin pada Embun, namun pria itu sebenarnya adalah seseorang yang perhatian. Buktinya ya seperti sekarang, tawaran kerja sama dengan hotel besar ini. Mengingat Kaisar ternyata mampu membuat Embun tersenyum diam-diam. Mendengar hal itu, Nicholas mengangguk-angguk sebentar. Kemudian ia menoleh pada Pak Heru. “Kalau begitu, berkasnya harus segera diurus ya, Pak?” Nicholas kemudian melanjutkan lagi, “Jangan biarkan Ibu Embun menunggu terlalu lama.” Pak Heru men
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

Bab 43 - Obrolan yang Mencair

"Kenapa, Kak?" Perhatian Embun kembali ke Nicholas. Pria muda itu mengikuti arah pandang Embun, tapi tidak menemukan apa pun di sana. "Tidak." Embun kembali tersenyum. "Jadi, menu apa yang kamu rekomendasikan?" "Hm ... rigatoni truffle mushroom, nama menunya." Nicholas membawa Embun ke restoran di sebelah lobi. Meski sudah putus kontrak, kafe sebelumnya masih melayani pengunjung hotel hingga kafe pengganti sudah siap. "Kakak suka makanan seperti apa, omong-omong?" Embun tampak berpikir sejenak. "Sebenarnya, aku bukan orang yang pemilih dalam hal makanan," ucap wanita itu. "Jadi aku tidak ada masalah dengan jenis makanan apa pun." Nicholas mengangguk-angguk. "Kalau kafe Kak Embun sendiri apakah fokus ke jenis makanan khusus?" tanya Nicholas kemudian. Ia menanyakan hal tersebut karena ia belum pernah berkunjung ke kafe Embun. Mungkin sekali-sekali Nicholas harus berkunjumg ke sana, begitulah pikir pria itu. "Aku justru merasa menu makanan di kafeku cukup luas." Jawaban Embun mem
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

Bab 44 - Kecurigaan Embun

Embun meletakkan cangkir kopinya ke atas meja dan beralih mengambil air putih. Dia meminumnya dengan agak banyak, seperti ingin menghilangkan rasa yang ada di mulutnya. "Ada masalah, Kak?" tanya Nicholas. Ia heran melihat reaksi Embun setelah minum kopi. Namun, Embun hanya menggeleng dan mengatakan, "Tidak apa-apa." Sebenarnya, tidak tepat jika dikatakan tidak ada masalah. Namun, menurut Embun, ini bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Hanya saja, kopi yang baru saja dia minum rasanya sama sekali tidak menyegarkan, cenderung terlalu pahit dan pekat. Embun menduga ada kesalahan suhu saat membuatnya. Dan seharusnya ada yang menyadari hal ini. Karena bisa bahaya kalau sampai pelanggan yang menyadarinya lebih awal. Namun, bukan ranahnya untuk mengomentari hal tersebut. Embun di sini hanya sebagai seorang pelanggan saja. Tidak lama kemudian, makanan yang Nicholas pesan datang dan mereka berdua langsung mencobanya. Untuk hidangan satu ini, Embun harus mengakui bahwa ia menikmatin
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

Bab 45 - Karena Saya Percaya Pada Kaisar

"Maaf, Pak Heru… Bukannya--" Pada akhirnya, karena Pak Heru tampak tidak menyadari kecerobohannya, Embun hendak menegurnya. Namun ucapannya disela oleh Nicholas. "Kak, sepertinya aku harus pergi sekarang." Tiba-tiba Nicholas berucap. Pria itu tampak mengernyit sembari menatap ponsel di tangan. "Aku harus kembali ke kantor." Dan seperti ingin menjelaskan lebih lanjut, Nicholas menambahkan, “Ada beberapa masalah yang harus segera diurus, kak.” Embun berkedip sekali, agak terkejut. "Ah, baik, Nic. Hati-hati, ya." Nicholas mengangguk dengan senyum lebar pada Embun, kemudian berdiri. Melihat itu, Pak Heru ikut berdiri dan sedikit menunduk saat menyalami Nicholas. Pak Heru ingin memberikan kesan baik kepada semua anggota keluarga Rahardja, termasuk Nicholas. Menjadi seorang manajer di hotel ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa, dan pria itu tidak ingin mengacaukannya. Nicholas tersenyum tipis pada Pak Heru dan berbisik dengan suara rendah agar Embun tidak bisa mendengar mer
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Bab 46 - Kebersamaan Aletta dan Pria Itu

"Saya percaya pada pria itu." Pak Heru sempat ingin bertanya lebih lanjut mengenai ucapan Embun tersebut, terutama mengenai atasannya dan hubungan mereka berdua. Namun, kemudian ia urung. Manajer hotel tersebut khawatir itu akan memengaruhi kerja sama mereka. Di kepala pria paruh baya tersebut terngiang ucapan Kaisar bahwa kerja sama ini lebih penting dari apa pun. Nicholas juga khusus berpesan padanya agar memastikan kalau kesepakatan ini berjalan lancar. Oleh karena itu, Pak Heru tidak bertanya apa pun dan mengulurkan tangan pada Embun. Keduanya berjabat tangan, menandakan bahwa kesepakatan mereka berdua dimulai saat itu. “Mohon kerja samanya, Bu Embun.” Embun mengangguk dan tersenyum. “Semoga kerja sama kita lancar ya, Pak.” Karena tidak ada hal lain untuk didiskusikan lagi, Embun berniat untuk pulang. "Terima kasih atas waktunya, Pak Heru," ucap Embun disertai senyum. Ia kemudian berpamitan kepada Pak Heru. Sepeninggal Embun, Pak Heru buru-buru menelepon Kaisar. Wajahny
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

Bab 47 - Ucapan Selamat

“Dia … aku dan pria itu–” “Permisi. Dengan Ibu Embun?” Ucapan Aletta terputus. Perhatian Embun dan Aletta otomatis teralihkan. Seorang petugas keamanan hotel berdiri tak jauh dari mereka. Tubuhnya sedikit membungkuk ketika berbicara. “Ya?” Embun menyahut. Petugas keamanan itu menunjuk ke sebuah mobil biru yang terparkir tidak jauh dari mereka. “Mohon maaf, Ibu. Taksi yang dipesan sudah datang,” ucap pemuda berseragam itu dengan sopan. “Atas nama Ibu Embun.” Embun terkesiap. “Ah, ya. Terima kasih,” balasnya. Sepertinya ia sibuk dengan pikirannya sendiri cukup lama hingga tidak menyadari bahwa kendaraan jemputannya sudah datang. Karena tergesa, Embun melupakan informasi yang hendak diberikan oleh Aletta dan bergegas menuju taksi yang ia pesan. Pada Aletta kemudian wanita itu berkata, “Maaf, Aletta. Saya saya harus pergi. Kita mengobrol lain kali ya.” Dengan senyum ramahnya, Embun meninggalkan Aletta yang melambaikan tangannya, meskipun tampak enggan, pada Embun. “Sial. Nyaris
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Bab 48 - Di Dapur Itu

"Ka–" "Aku dengar tadi kamu–" Baik Embun maupun Kaisar sama-sama berhenti bicara. Wanita berambut sebahu itu melihat Kaisar menaikkan alisnya, tanda bertanya dan tampak heran. "Maaf," ucap Kaisar kemudian. "Silakan bicara dulu, Embun." Namun, Embun menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Apa yang mau kamu katakan?" Ia justru balas bertanya. Kaisar bergumam pelan. Alih-alih mengatakan apa yang akan ia ucapkan tadi, pria itu justru membuka rak dapur bagian atas dan mengeluarkan celemek untuk dipakai Embun. "Ini," ucap Kaisar. Suami Embun tersebut tampak kaku saat menyerahkannya pada Embun. Suasana juga berubah sedikit canggung karena Kaisar hanya berdiri di depan Embun sembari menatap istrinya tersebut sementara Embun memasang celemeknya sendiri. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" batin Embun, tidak paham arti dari pandangan Kaisar. Namun, khas Kaisar, ia tidak mengatakan apa pun selama beberapa saat. Hingga akhirnya pria itu berkata, "Aku dengar tadi kamu makan siang dengan
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

Bab 49 - Sepasang Suami Istri

Apakah Kaisar sedang cemburu? Pada keponakannya sendiri? Mana mungkin! Memang, pemuda itu lebih ramah dan tampak mudah bergaul dengan siapa saja, cukup berbeda dengan Kaisar. Tapi tetap saja– “Saya tidak masalah, Kaisar,” tanggap Embun, memotong pikiran sang suami. “Seperti yang saya bilang tadi, Nicholas senang sekali menggoda orang,” Kaisar makin mengernyit. “Tetap saja,” sahut pria itu. “Kamu adalah istriku, Embun. Tante untuk Nicholas. Aku rasa, panggilan ‘kak’ kurang tepat.” Embun menoleh pada sang suami. Sejujurnya, ia merasa heran. Kenapa Kaisar begitu kaku tentang masalah panggilan? Sementara itu, Kaisar pun menoleh menatap Embun karena tidak mendengar jawaban sang istri. Hening sejenak, sebelum kemudian pria itu bertanya, “Tapi apakah kamu suka panggilan itu?” Embun memiringkan kepalanya sedikit. “Panggilan ‘kak’ terdengar lebih muda dibandingkan ‘tante’, bukan?” Ia balas bertanya dengan nada ringan, mencoba bercanda dengan Kaisar. Akan tetapi, Kaisar menghela nap
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

Bab 50 - Kaisar dan Embun

"Ayo berangkat. Aku akan mengantarmu me kafe." Embun berusaha menghilangkan keterkejutannya dengan cepat dan mengikuti Kaisar menuju mobil karena usai mengatakan hal itu, suaminya tersebut langsung berbalik dan pergi. Meski begitu, Kaisar membukakan pintu mobil di sisi penumpang untuknya. "Saya pikir kamu sudah berangkat sejak pagi seperti biasa, Kaisar," ucap Embun ketika Kaisar duduk di kursi pengemudi. "Maaf, saya tidak menyiapkan sarapan." "Tidak masalah," tanggap Kaisar. Pria itu menyalakan mesin. "Tadi aku mencoba membangunkanmu, tapi sepertinya kamu sangat kelelahan." Wajah Embun bersemu, merasa malu. "Kamu masuk ke kamar saya?" "Tidak. Hanya mengetuk pintu." Embun mengangguk-angguk. Meskipun begitu, dirinya tak bisa dicegah untuk berpikir berapa lama Kaisar berdiri di depan pintu kamarnya, mengetuk pintu sembari memanggil-manggil Embun sementara yang dipanggil masih sibuk di alam mimpi. "... Berapa lama kamu coba membangunkan saya?" Akhirnya, Embun bertanya. Mendenga
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more
PREV
1
...
34567
...
30
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status