Beranda / CEO / Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan / Bab 43 - Obrolan yang Mencair

Share

Bab 43 - Obrolan yang Mencair

Penulis: Creative Words
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-10 23:00:52
"Kenapa, Kak?"

Perhatian Embun kembali ke Nicholas. Pria muda itu mengikuti arah pandang Embun, tapi tidak menemukan apa pun di sana.

"Tidak." Embun kembali tersenyum. "Jadi, menu apa yang kamu rekomendasikan?"

"Hm ... rigatoni truffle mushroom, nama menunya." Nicholas membawa Embun ke restoran di sebelah lobi. Meski sudah putus kontrak, kafe sebelumnya masih melayani pengunjung hotel hingga kafe pengganti sudah siap. "Kakak suka makanan seperti apa, omong-omong?"

Embun tampak berpikir sejenak.

"Sebenarnya, aku bukan orang yang pemilih dalam hal makanan," ucap wanita itu. "Jadi aku tidak ada masalah dengan jenis makanan apa pun."

Nicholas mengangguk-angguk.

"Kalau kafe Kak Embun sendiri apakah fokus ke jenis makanan khusus?" tanya Nicholas kemudian. Ia menanyakan hal tersebut karena ia belum pernah berkunjung ke kafe Embun.

Mungkin sekali-sekali Nicholas harus berkunjumg ke sana, begitulah pikir pria itu.

"Aku justru merasa menu makanan di kafeku cukup luas." Jawaban Embun mem
Creative Words

Maaf ya pembaca-pembaca, author updatenya masih lama dan mungkin nggak terlalu banyak. Doain author bisa update cepat dan banyak, ya!>< Jika menyukai buku ini terus berikan like, vote dan comment, ya! Author menghargai semua dukungan yang diberikan untuk buku ini, terima kasih!

| 79
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 44 - Kecurigaan Embun

    Embun meletakkan cangkir kopinya ke atas meja dan beralih mengambil air putih. Dia meminumnya dengan agak banyak, seperti ingin menghilangkan rasa yang ada di mulutnya. "Ada masalah, Kak?" tanya Nicholas. Ia heran melihat reaksi Embun setelah minum kopi. Namun, Embun hanya menggeleng dan mengatakan, "Tidak apa-apa." Sebenarnya, tidak tepat jika dikatakan tidak ada masalah. Namun, menurut Embun, ini bukan hal yang perlu dibesar-besarkan. Hanya saja, kopi yang baru saja dia minum rasanya sama sekali tidak menyegarkan, cenderung terlalu pahit dan pekat. Embun menduga ada kesalahan suhu saat membuatnya. Dan seharusnya ada yang menyadari hal ini. Karena bisa bahaya kalau sampai pelanggan yang menyadarinya lebih awal. Namun, bukan ranahnya untuk mengomentari hal tersebut. Embun di sini hanya sebagai seorang pelanggan saja. Tidak lama kemudian, makanan yang Nicholas pesan datang dan mereka berdua langsung mencobanya. Untuk hidangan satu ini, Embun harus mengakui bahwa ia menikmatin

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 45 - Karena Saya Percaya Pada Kaisar

    "Maaf, Pak Heru… Bukannya--" Pada akhirnya, karena Pak Heru tampak tidak menyadari kecerobohannya, Embun hendak menegurnya. Namun ucapannya disela oleh Nicholas. "Kak, sepertinya aku harus pergi sekarang." Tiba-tiba Nicholas berucap. Pria itu tampak mengernyit sembari menatap ponsel di tangan. "Aku harus kembali ke kantor." Dan seperti ingin menjelaskan lebih lanjut, Nicholas menambahkan, “Ada beberapa masalah yang harus segera diurus, kak.” Embun berkedip sekali, agak terkejut. "Ah, baik, Nic. Hati-hati, ya." Nicholas mengangguk dengan senyum lebar pada Embun, kemudian berdiri. Melihat itu, Pak Heru ikut berdiri dan sedikit menunduk saat menyalami Nicholas. Pak Heru ingin memberikan kesan baik kepada semua anggota keluarga Rahardja, termasuk Nicholas. Menjadi seorang manajer di hotel ini adalah suatu pencapaian yang luar biasa, dan pria itu tidak ingin mengacaukannya. Nicholas tersenyum tipis pada Pak Heru dan berbisik dengan suara rendah agar Embun tidak bisa mendengar mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 46 - Kebersamaan Aletta dan Pria Itu

    "Saya percaya pada pria itu." Pak Heru sempat ingin bertanya lebih lanjut mengenai ucapan Embun tersebut, terutama mengenai atasannya dan hubungan mereka berdua. Namun, kemudian ia urung. Manajer hotel tersebut khawatir itu akan memengaruhi kerja sama mereka. Di kepala pria paruh baya tersebut terngiang ucapan Kaisar bahwa kerja sama ini lebih penting dari apa pun. Nicholas juga khusus berpesan padanya agar memastikan kalau kesepakatan ini berjalan lancar. Oleh karena itu, Pak Heru tidak bertanya apa pun dan mengulurkan tangan pada Embun. Keduanya berjabat tangan, menandakan bahwa kesepakatan mereka berdua dimulai saat itu. “Mohon kerja samanya, Bu Embun.” Embun mengangguk dan tersenyum. “Semoga kerja sama kita lancar ya, Pak.” Karena tidak ada hal lain untuk didiskusikan lagi, Embun berniat untuk pulang. "Terima kasih atas waktunya, Pak Heru," ucap Embun disertai senyum. Ia kemudian berpamitan kepada Pak Heru. Sepeninggal Embun, Pak Heru buru-buru menelepon Kaisar. Wajahny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 47 - Ucapan Selamat

    “Dia … aku dan pria itu–” “Permisi. Dengan Ibu Embun?” Ucapan Aletta terputus. Perhatian Embun dan Aletta otomatis teralihkan. Seorang petugas keamanan hotel berdiri tak jauh dari mereka. Tubuhnya sedikit membungkuk ketika berbicara. “Ya?” Embun menyahut. Petugas keamanan itu menunjuk ke sebuah mobil biru yang terparkir tidak jauh dari mereka. “Mohon maaf, Ibu. Taksi yang dipesan sudah datang,” ucap pemuda berseragam itu dengan sopan. “Atas nama Ibu Embun.” Embun terkesiap. “Ah, ya. Terima kasih,” balasnya. Sepertinya ia sibuk dengan pikirannya sendiri cukup lama hingga tidak menyadari bahwa kendaraan jemputannya sudah datang. Karena tergesa, Embun melupakan informasi yang hendak diberikan oleh Aletta dan bergegas menuju taksi yang ia pesan. Pada Aletta kemudian wanita itu berkata, “Maaf, Aletta. Saya saya harus pergi. Kita mengobrol lain kali ya.” Dengan senyum ramahnya, Embun meninggalkan Aletta yang melambaikan tangannya, meskipun tampak enggan, pada Embun. “Sial. Nyaris

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 48 - Di Dapur Itu

    "Ka–" "Aku dengar tadi kamu–" Baik Embun maupun Kaisar sama-sama berhenti bicara. Wanita berambut sebahu itu melihat Kaisar menaikkan alisnya, tanda bertanya dan tampak heran. "Maaf," ucap Kaisar kemudian. "Silakan bicara dulu, Embun." Namun, Embun menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Apa yang mau kamu katakan?" Ia justru balas bertanya. Kaisar bergumam pelan. Alih-alih mengatakan apa yang akan ia ucapkan tadi, pria itu justru membuka rak dapur bagian atas dan mengeluarkan celemek untuk dipakai Embun. "Ini," ucap Kaisar. Suami Embun tersebut tampak kaku saat menyerahkannya pada Embun. Suasana juga berubah sedikit canggung karena Kaisar hanya berdiri di depan Embun sembari menatap istrinya tersebut sementara Embun memasang celemeknya sendiri. "Kenapa dia menatapku seperti itu?" batin Embun, tidak paham arti dari pandangan Kaisar. Namun, khas Kaisar, ia tidak mengatakan apa pun selama beberapa saat. Hingga akhirnya pria itu berkata, "Aku dengar tadi kamu makan siang dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 49 - Sepasang Suami Istri

    Apakah Kaisar sedang cemburu? Pada keponakannya sendiri? Mana mungkin! Memang, pemuda itu lebih ramah dan tampak mudah bergaul dengan siapa saja, cukup berbeda dengan Kaisar. Tapi tetap saja– “Saya tidak masalah, Kaisar,” tanggap Embun, memotong pikiran sang suami. “Seperti yang saya bilang tadi, Nicholas senang sekali menggoda orang,” Kaisar makin mengernyit. “Tetap saja,” sahut pria itu. “Kamu adalah istriku, Embun. Tante untuk Nicholas. Aku rasa, panggilan ‘kak’ kurang tepat.” Embun menoleh pada sang suami. Sejujurnya, ia merasa heran. Kenapa Kaisar begitu kaku tentang masalah panggilan? Sementara itu, Kaisar pun menoleh menatap Embun karena tidak mendengar jawaban sang istri. Hening sejenak, sebelum kemudian pria itu bertanya, “Tapi apakah kamu suka panggilan itu?” Embun memiringkan kepalanya sedikit. “Panggilan ‘kak’ terdengar lebih muda dibandingkan ‘tante’, bukan?” Ia balas bertanya dengan nada ringan, mencoba bercanda dengan Kaisar. Akan tetapi, Kaisar menghela nap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 50 - Kaisar dan Embun

    "Ayo berangkat. Aku akan mengantarmu me kafe." Embun berusaha menghilangkan keterkejutannya dengan cepat dan mengikuti Kaisar menuju mobil karena usai mengatakan hal itu, suaminya tersebut langsung berbalik dan pergi. Meski begitu, Kaisar membukakan pintu mobil di sisi penumpang untuknya. "Saya pikir kamu sudah berangkat sejak pagi seperti biasa, Kaisar," ucap Embun ketika Kaisar duduk di kursi pengemudi. "Maaf, saya tidak menyiapkan sarapan." "Tidak masalah," tanggap Kaisar. Pria itu menyalakan mesin. "Tadi aku mencoba membangunkanmu, tapi sepertinya kamu sangat kelelahan." Wajah Embun bersemu, merasa malu. "Kamu masuk ke kamar saya?" "Tidak. Hanya mengetuk pintu." Embun mengangguk-angguk. Meskipun begitu, dirinya tak bisa dicegah untuk berpikir berapa lama Kaisar berdiri di depan pintu kamarnya, mengetuk pintu sembari memanggil-manggil Embun sementara yang dipanggil masih sibuk di alam mimpi. "... Berapa lama kamu coba membangunkan saya?" Akhirnya, Embun bertanya. Mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 51 - Gangguan Aletta

    “Aku harus berbuat sesuatu mengenai Aletta.” Dengan penuh tekad, Kaisar mencoba menemukan cara untuk membuat Aletta menyadari posisinya sembari mengemudikan mobil menuju kantor. Karena tampaknya wanita itu sama sekali tidak berniat untuk mundur, sekalipun ia tahu Kaisar sudah menikah. Meskipun pernikahan Kaisar dan Embun berawal dari berjodohan dan dilandasi oleh kesepakatan alih-alih cinta, sama seperti yang pernah Kaisar katakan pada sang istri, ia tidak berniat main-main dalam pernikahan ini. ** Beberapa hari berlalu. Di kantornya, Embun masih tampak sibuk mempersiapkan beberapa hal untuk membuka cabang baru di Asthana Hotel. Kali ini, wanita itu tengah mengecek berkas lamaran pekerjaan yang ia pasang beberapa waktu yang lalu. Ia membutuhkan banyak pegawai baru yang nantinya akan ia tempatkan di kafe pusat dan di hotel. Tiba-tiba, pintu kantornya diketuk. “Selamat siang, Bu,” sapa manajer kafenya setelah Embun persilakan untuk masuk. “Salah satu kandidat rekomendasi saya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19

Bab terbaru

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 298 - Bahagia Selamanya

    Beberapa tahun kemudian .... Seorang anak berusia 4 tahun tengah sibuk berlarian di dalam supermarket. Ia menjelajahi lorong dan sempat berhenti di estalase yang memampangkan makanan manis sebelum akhirnya kembali berlari. Pada akhirnya, anak itu berhenti di pojok ruangan dan berjongkok, bersembunyi di balik tumpukan kotak berisi stok makanan ringan. "Hehehe~" Anak itu tertawa kecil, sebelum kemudian menutup mulutnya sendiri. Ia tengah bersembunyi. Dan yakin bahwa tidak akan ada yang menemukannya di sini. Namun, sepertinya anak itu terlalu percaya diri. "Nathan." Tiba-tiba seorang pria yang tampaknya berada di usia tiga puluhan datang. Tubuhnya yang tinggi besar menjulang di depan tumpukan kardus yang dipakai bocah 4 tahun itu untuk bersembunyi. "Sudah main-mainnya. Ayo pulang." Si bocah yang dipanggil 'Nathan' itu langsung cemberut. "Papa kok tahu aku di sini si?" ucapnya. "Aku lagi main petak umpet, Pa." "Sama siapa?" tanya sang ayah. "Nala." Bocah itu menyebutkan nama saud

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 297 - Karunia Terindah

    "Istriku memang cantik. Tidak perlu pengakuan orang lain lagi." Keheningan menyambut ucapan Kaisar tersebut, sementara Embun tersenyum kikuk akibat ulah sang suami. "Haha, saya setuju, Pak Kaisar. Saya setuju." Orang yang tadi berkomentar menanggapi dengan canggung. "... Bicara yang baik," bisik Embun pelan agar tidak didengar orang lain selain sang suami. "Memang aku sedang menjelekkan orang lain?" balas Kaisar sama pelannya. "Jangan pura-pura tidak tahu seperti itu, Kaisar Rahardja." Kaisar menghela napas. "Baiklah." Keduanya kemudian kembali menghadapi para tamu di depan mereka. "Oh, saya dengar Nyonya Embun sedang hamil, Pak?" Salah seorang tamu mengalihkan topik pembicaraan. "Semoga sehat-sehat selalu ya, baik ibu dan bayinya." Mendapatkan doa baik untuk istri dan anaknya, Kaisar tampak lebih ramah. "Terima kasih. Mohon doanya untuk keluarga kecil kami." Pria itu berkata. Seperti mendapatkan sinyal aman, semua tamu langsung mengobrol mengenai kehamilan Embun. "Apakah

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 296 - Janji Setia Selamanya

    "Saya, Kaisar Rahardja, menjadikan Embun Prajaya sebagai istri saya," ucap Kaisar, lurus menatap Embun dengan sorot matanya yang lembut dan penuh kasih. "Pada hari yang istimewa ini, di hadapan semua tamu yang menjadi saksi, saya berjanji akan selalu berada di sisi Embun, setia kepada wanita ini." Ada debar asing dalam dada Embun saat ia mendengarkan janji pernikahan Kaisar. Sebelumnya, mereka hanya menikah di kantor catatan sipil, tanpa berpikir bahwa hubungan mereka akan berkembang seperti ini. Tanpa berekspektasi bahwa mereka akan sama-sama mengikrarkan janji suci sekarang ini. Tidak ada yang romantis, sebelumnya. Embun membutuhkan suami agar ia bisa keluar dari rumah iparnya, dan Kaisar ingin menuruti kata sang ayah. Namun, semuanya sudah berbeda sekarang. "Sebagai suami, saya berjanji dan bersedia akan selalu mencintai Embun. Selalu ada untuk Embun, dalam suka maupun duka, sedih dan senang, sakit dan sehat, dan mendampingi istri saya hingga maut memisahkan." Kaisar mencium

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 295 - Pernikahan Embun dan Kaisar

    [Info Mengejutkan! Presdir Rahardja Group Ternyata Sudan Menikah Diam-Diam!] Berita itulah yang sedang menjadi perbincangan ramai di media. Banyak pihak yang terkejut dengan kenyataan bahwa Kaisar Rahardja ternyata sudah menikah dan mempunyai istri. Oleh karena itu, banyak wartawan dan rekan media massa lain yang menyesaki Ashtana Hotel, tempat Embun dan Kaisar akan melangsungkan pesta pernikahan, sekalipun mereka tidak diizinkan masuk karena Kaisar sudah mewanti-wanti ibunya agar tidak mengundang orang media. Sepertinya pria itu khawatir pemberitaan hanya akan membuat Embun stres dan berdampak pada kehamilan istrinya. "Kaisar, bukankah ini terlalu mewah?" tanya Embun. Wanita itu sedang didandani saat Kaisar mengunjunginya di ruang ganti hotel. "Berapa banyak tamu yang akan datang?" "Tidak banyak," jawab Kaisar, tanpa mengatakan informasi bahwa ibunya hampir mengundang 500 tamu. "Tapi nyaris semuanya teman-teman Mama." Embun menghela napas. "Meski begitu, Mama turut mengundang

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 294 - Perhiasan Keluarga Rahardja

    "Meskipun terlihat main-main, Nic adalah anak yang baik dan bertanggung jawab. Saya bisa menjamin itu." Usai mengatakan itu, Kaisar menoleh pada keponakannya dan menepuk bahu Nicholas. Sementara Friska diam saja. Seperti sudah berhenti berfungsi. "Nic, bawa pacarmu duduk." Kaisar tiba-tiba berucap. Nicholas menoleh menatap Friska yang wajahnya masih merah, lalu menarik tangan gadis itu pelan. "Mau keluar dulu saja?" bisiknya menawarkan. Nicholas seperti memahami kalau Friska perlu waktu untuk memproses timbunan informasi yang baru saja jatuh di depan matanya. Samar, Friska mengangguk. "Paman. Aku keluar sebentar. Mau cari minum yang manis-manis. Haus." Nicholas langsung izin. "Mau titip sesuatu?" Kaisar menoleh pada Embun, bertanya tanpa kata-kata. "Tidak. Sedang tidak ngidam." Embun tersenyum kecil. "Yakin?" Kaisar mengusap perut Embun. "Kadang si kecil ini berulah tiba-tiba." "Tapi nanti kalau ada apa-apa, apakah aku boleh telepon?" Embun bertanya pada Nic kemudian. "Ap

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 293 - Sudah Direstui

    "Kamu kenal dengan Nic?" Kini, Embun yang tampak heran. Meski begitu, ia mengangguk. "Kamu kenal juga?" balas istri Kaisar itu kemudian. "Dia keponakan suamiku." Friska makin terkejut saat mendengarnya. "Suamimu seorang Rahardja?" tanya Friska, campuran antara keterkejutan dan tidak percaya, karena ia baru tahu bahwa sahabatnya menikahi keluarga Rahardja. Sementara itu, Embun tampak bingung dengan reaksi Friska. "Hm? Ya?" tanggap istri Kaisar tersebut. "Memang aku belum pernah cerita? Nama suamiku Kaisar Rahardja." "Wah." Friska berdeham, lalu menoleh pada Nicholas yang baru bergabung dengan mereka. "Wah. Kebetulan macam apa ini?" "Aku juga sedikit terkejut saat menyadari ini," ungkap Nicholas. Pria itu menggenggam tangan Friska dengan kasual sembari tersenyum pada Embun. "Halo, Tante. Wajah Tante terlihat lebih segar sekarang." "Wah." Friska masih tampak terkesan, apalagi saat mendengar bagaimana Nicholas memanggil sahabatnya. Kalau begini, pria itu makin terdengar jauh leb

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 292 - Kalian Saling Kenal?

    "Oh? Mau mengadakan pesta pernikahan?" Embun mendengar keterkejutan dalam suara Rindang. Ia berniat menyahuti sang kakak, tapi sebelum ia sempat mengucapkan apa pun, Rindang sudah melanjutkan. "Embun kurang suka pesta. Tapi saya setuju kalau akan diadakan pesta. Menikah hanya sekali. Sayang jika tidak membuat kenangan baik." Istri Kaisar itu akhirnya menyerah. Ia tidak menanggapi, sementara Lidya dan Rindang justru terlibat obrolan seru soal pesta pernikahan. Ia belum membicarakan hal ini pada Kaisar, sekaligus mendengar tanggapan pria itu. Hingga akhirnya, Lidya pamit karena ia ada janji dengan Surya. Wanita itu berniat menjemput suaminya di kantor. "Kamu istirahat yang cukup. Makan yang benar," ucap Lidya. "Jangan terlalu membebani dirimu. Soal pesta, biar aku yang urus." Tersenyum lemah karena pasrah, Embun mengangguk. "Terima kasih, Ma," ucapnya. Dalam beberapa hari saja, keduanya sudah cukup dekat. Embun harus akui ini semua berkat kegigihan dan keterbukaan Lid

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 291 - Rencana Pesta Pernikahan

    "Embun anak baik. Dia tidak akan membencimu." Lidya teringat ucapan suaminya sebelum ia memutuskan untuk bertemu dengan Embun. Namun, sesaat sebelumnya, bukan hanya itu yang dikhawatirkan Lidya. Wanita itu juga ingin mengakui dosanya pada sang suami. Bahwa ia telah berselingkuh dengan Henri Pradana. Bahwa, sekalipun Lidya melakukan itu karena pernikahan mereka yang sudah dingin, sama sekali tidak membenarkan alasannya mengkhianati sang suami. "Mas Surya, aku--" Namun, sebelum Lidya sempat melakukannya, Surya sudah memotong kalimatnya. "Lidya." Tubuh Lidya membeku saat tiba-tiba Surya menangkup sisi wajahnya, membuat wanita itu menatap sang suami. Surya tersenyum kecil. "Sepertinya kamu sudah kembali," ucapnya pelan. "Menjadi istri yang dulu kucintai." Tangis Lidya pecah. Baru kemudian ia terpikir, perubahan sikap sang suami bisa jadi karena tingkahnya yang tidak karuan; hobi berfoya-foya dan menghabiskan uang suaminya di luar negeri tanpa meluangkan waktu untuk suami dan para

  • Menjadi Istri Dadakan Presdir Tampan   Bab 290 - Terima Kasih Karena Menyelamatkan Kami, Ma

    "Selamat sore." Lidya melangkah lebih dekat ke tempat tidur Embun setelah memutus kontak mata dengan yang lebih muda. "Aku tunggu di luar ya," ucap Surya kemudian, membuat baik Embun maupun Lidya menoleh ke arahnya. "Kalau ada apa-apa, panggil saja." Embun melihat ayah mertuanya itu berbalik dan berniat melangkah pergi, sebelum kemudian Lidya menggenggam tangannya. "Pa," bisik ibu Kaisar tersebut. Surya menatap sang istri dan tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, dia anak baik," kata pria tua itu. "Bicaralah pada menantu kita. Semuanya akan baik-baik saja." Pria itu meremas tangan istrinya pelan sebelum kemudian melepaskan genggamannya dan berlalu keluar. Meninggalkan Embun berdua dengan Lidya. Hening. Lidya tidak mengatakan apa pun, dan Embun menunggu wanita itu memulai karena ia pikir, akan lebih baik jika ia memberikan kesempatan pada ibu mertuanya untuk menyampaikan niatnya lebih dahulu. Sekalipun Embun juga punya hal untuk dikatakan. Namun, saat Lidya tidak kunjung bi

DMCA.com Protection Status