Waduh, apa ini termasuk rencana Aletta ya? Patut dicurigai nggak sih? Halo, pembaca sekalian~ Terima kasih komentar-komentar dan doanya ya >< Semoga kalian dalam kondisi baik juga sehingga bisa baca kisah Kaisar dan Embun~ Author juga akan berusaha memberikan yang terbaik untuk cerita ini. Jangan lupa dukungannya selalu untuk author ya. Sampai jumpa di bab berikutnya~
“Sepuluh juta views…?” gumam Embun. Ia tampak tidak percaya. Namun, baik video maupun jumlah views yang ditunjukkan oleh Aletta dengan bangga tersebut terlihat nyata. “Hehe~ Tidak hanya itu.” Aletta menarik Embun untuk duduk di kursi terdekat dan menunjukkan hal lain pada wanita berambut sebahu tersebut. [Estetik dan Menarik! Kafe Senjakala Sajikan Ruang untuk Para Kaum Muda Unik] Embun membaca sederet judul yang tampil di layar ponsel Aletta. Di bawah headline tersebut, ada potret band yang biasa manggung di kafe Embun saat petang. Judul lain menarik perhatian Embun kemudian. [Rekomendasi Aletta yang Patut Dicoba: Nostalgia dengan Sederet Makanan dari Kafe Senjakala] Ada potret foto Aletta yang sedang makan di bawah judul tersebut. “Itu hanya beberapa saja, Embun~” Wanita dengan rambut cokelat terang tersebut berujar dengan bangga. Ia kembali menyodorkan video pada Embun. “Coba lihat!” Sepasang mata Embun seketika terbelalak saat mendapati kafenya masuk ke dalam berita kulin
“Sebagai brand ambassador kafe ini, maksudku.” Embun tertegun. Sesungguhnya, ia tidak pernah memikirkan untuk menggunakan ambassador untuk kafenya. Menurutnya, itu adalah sebuah tanggung jawab sekaligus langkah besar dalam pengembangan bisnisnya. Sementara itu, Aletta yang melihat Embun tampak bimbang, buru-buru menambahkan, “Embun, aku tidak pernah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku culup populer!” Aletta kembali menunjukkan jumlah pengikut di akun media sosialnya. Sudah lebih dari dua puluh juta orang di sana. Embun juga melihat beberapa unggahan Aletta di akun tersebut. Ada beberapa di antaranya yang mendapatkankan views lebih dari satu hingga dua juta. Selain itu, komentar-komentar di unggahan Alletta kebanyakan positif. “Baiklah, mungkin aku bukanlah artis yang berhasil. Bahkan bisa dikatakan gagal,” ucap Aletta kemudian. “Aku sudah lama di dunia hiburan, tetapi tidak berhasil menyabet posisi pemeran utama. Banyak juga yang mengatakan bahwa aktingku buruk. Mungkin karena itu
“Apa yang harus aku lakukan?” Otak Aletta bekerja keras memikirkan cara agar Embun setuju dengan usulnya. Sementara itu, Embun mengeluarkan ponselnya sendiri dan mengecek berita-berita mengenai kafenya. Meskipun tidak tampil kegirangan dan bersikap berlebihan, sebenarnya di dalam hati Embun, ia merasa senang. Kafe yang ia dirikan beberapa tahun yang lalu, hasil dari kerja kerasnya selama ini ternyata memberinya hasil lebih besar daripada yang Embun harapkan. Wanita itu tidak sabar untuk memberi tahu Kaisar nanti malam–saat mereka mengobrol berdua. Sesuatu yang belakangan ini sering mereka lakukan. “Embun.” Pemiliki Kafe Senjakala tersebut kembali fokus pada Aletta saat gadis itu memanggilnya. “Aku mengerti,” kata Aletta kemudian. Wajahnya tampak sedih. “Kalau menurut kamu begitu, aku tidak akan memaksa menjadi brand ambassador kafe ini.” “Namun,” lanjut gadis berambut cokelat terang tersebut. Aletta menyentuh tangan Embun di atas meja dan menggenggamnya erat. “Aku harap kamu tid
[Apa kamu mau menonton konser bersamaku?] Tanpa sadar, Embun tersenyum membaca pesan dari suami dadakannya tersebut. “Malam ini?” balas Embun pada pesan Kaisar. Ia meletakkan ponselnya di atas meja dan berniat meregangkan badannya lagi, berpikir bahwa balasan Kaisar tidak akan datang dalam waktu dekat, Pria itu pasti sibuk dengan pekerjaannya. Tidak mungkin mereka bisa berkirim pesan dengan santai saat ini.. Namun, baru saja Embun meletakkan ponselnya, benda itu kembali berdenting, tanda sebuah pesan masuk. [Ya.] Satu balasan singkat tersebut membuat Embun bergumam pelan. Sesungguhnya ia merasa lelah. Hari ini adalah hari yang panjang untuknya dan badan Embun lebih membutuhkan pijat relaksasi daripada konser musik klasik. Selain itu, Embun belum pernah menonton konser musik klasik sebelumnya. Ia tidak tahu apakah ia akan menyukai hal tersebut atau tidak. Akan tetapi, Embun berpikir bahwa tidak ada salahnya ia mendampingi Kaisar menonton konser tersebut. Dengan begitu juga, E
“Aletta?” Embun tampak heran mendapatkan pesan dari wanita yang mengunjunginya siang tadi tersebut. Apalagi membaca bunyi teks tersebut. [Bagaimana, Embun? Apakah kamu suka kejutan dariku?] Sebuah pesan lain masuk ke ponsel Embun, pengirimnya masih sama. Aletta menambahkan sebuah link terusan ke media sosialnya. Ternyata perempuan berambut cokelat terang tersebut baru saja mengunggah video dua jam yang lalu, berisi sebuah tantangan kepada para pengikutnya. Siapa pun yang mengunggah ulasan makanan di Kafe Senjakala milik Embun maka akan mendapatkan hadiah dari influencer tersebut. Namun, tidak sembarang ulasan, melainkan ulasan terbaik dan unik! Tampaknya gerombolan orang-orang yang datang tiba-tiba malam ini adalah mereka yang menyanggupi tantangan dari sang influencer cantik itu. Sejujurnya, Embun memang tahu nama Aletta baik dan memiliki banyak pengikut, toh dia sudah mengeceknya tadi. Namun, ia tetap saja terkejut kalau pengaruh kata-kata Aletta sebesar ini terhadap para peng
“Tampaknya kamu sibuk sekali, Embun.” Mendengar hal tersebut, Embun tersenyum penuh permintaan maaf. “Maaf. Malam ini, kafe saya sibuk sekali.” Wanita itu berkata. Embun melihat sekeliling dan menyadari bahwa meskipun ia sudah menolak beberapa pelanggan karena kapasitas kafenya tidak mencukupi, serta bahan makanan kafe sudah habis, ternyata kafenya masih cukup penuh hingga ia tidak dapat menemukan tempat duduk untuk sang suami. Akan tetapi, tampaknya situasi sudah mulai terkontrol. Tampak bahwa semua pengunjung sudah mendapatkan makanan dan minuman yang mereka pesan. Staf pelayanan juga kini ada yang duduk di belakang meja kasir, sementara yang lainnya memastikan bahwa semua meja sudah mendapatkan pesanan mereka secara lengkap. Baru ketika itu. Embun menghela napas lega. “Kaisar. Mari naik ke kantor saya,” ujar Embun, masih dengan senyum. Ia memanggil Ratih untuk memberikan arahan terakhir sebelum kemudian ia naik ke ruangannya bersama Kaisar. “Embun.” Wanita itu berbalik men
“Ada aku.” Meskipun Embun menyadari kalau di sekitar mereka tengah timbul keributan kecil, tapi suara Kaisar tetap terdengar jernih di telinga Embun. Perlahan, ketegangan Embun mencair. Wanita itu tampak lebih tenang ketika akhirnya mereka memasuki auditorium yang terlihat sangat megah. Desain interiornya menggunakan gaya Eropa, tampak megah untuk mata Embun yang baru pertama kali melihatnya. Meskipun, memang, Embun pernah mendengar bahwa Asthana Hotel memiliki auditorium megah yang biasa digunakan untuk pertunjukan musik klasik, salah satu yang terbaik di negeri ini, Sejenak, Embun mawas diri terhadap penampilannya. Ia pun merasa bahwa ia tidak cocok dengan gaya ruangan auditorium ini. Namun, ia di sini karena Kaisar. Jadi, Embun mengesampingkan pemikirannya tersebut dan fokus pada teman menonton konsernya kali ini. Kaisar membawa Embun ke lantai dua, ke tempat duduk mereka. Dari sana, mereka akan bisa melihat para pemain di panggung dengan lebih jelas. “Kaisar?” Kaisar menghe
“Kamu jangan mempermainkan saya, Aletta!” Di seberang, Aletta kembali tertawa. “Jangan emosi dulu dong, Tante~” ucap wanita itu dengan santai. “Tidak banyak kok. Cuma satu miliar. Bukankah itu lebih kecil daripada yang pernah Tante berikan ke saya?” Lidya terdiam. Kurang ajar! Berani-beraninya anak ingusan ini mengancamnya lagi! Sayang sekali waktu itu Lidya tidak menduga betapa liciknya Aletta saat Lidya mengusir mantan pacar Kaisar itu pergi. Siapa yang menyangka bahwa Aletta merekam aksinya membayar gadis itu untuk meninggalkan Kaisar!? Kini, sembari mempekerjakan Aletta, tampaknya Lidya harus mulai menyusun cara untuk melenyapkan barang bukti itu. Ia tidak bisa mempertaruhkan reputasinya saat ini! “Soalnya, Tante,” ujar Aletta lagi tanpa menunggu balasan dari ibu Kaisar tersebut. “Saya butuh modal banyak untuk menjalankan rencana ini, jujur. Saya takut justru saya yang rugi dan tidak dapat untung.” Lidya mendengus, terdengar kesal. “Memangnya apa yang sudah kamu lakukan,